Author : Kxanoppa
Tags :
-
Choi
Siwon
-
Lee
Hyuk Jae/Eunhyuk
-
Jang
Sora (OC)
Genre : Romance
Rating : G
Length : One Shot
A/N : Mian kalo feelnya masih krg
dapet, mian kalo banyak kesalahan kata/typo. Aku masih amatir dan masih perlu
belajar. I’ve done my best for this one, so happy reading guys ! Hope yall will
like it.
(udah pernah dipublish di http://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/06/07/i-wish/)
****
Story Line :
“Untuk apa kau mengumpulkan
bintang kertas sebanyak itu?” suara beratnya mulai memenuhi indera
pendengaranku. Memecah keheningan di antara kami. Akupun mulai memutar otak
untuk bisa menjawab pertanyaan itu, melihat raut wajahnya yang tampak sangat
penasaran.
“Karena aku ingin suatu saat
nanti, bintang-bintang ini bisa mengabulkan permohonanku..” jawabku santai,
tidak lupa dengan senyuman sebagai penutupnya.
“Permohonan? Bagaimana mungkin
hal itu bisa terjadi? Ini kan hanya kertas lipat biasa, Sora-ya..” celetuknya
lagi yang terdengar semakin heran dan terkesan meremehkan sebuah keyakinan yang
sudah lama kutanam dalam benakku.
“Terdengar konyol bukan? Tapi
jika kau bisa mengumpulkannya sampai 1000 bintang, permohonanmu akan
terkabul..” protesku tak mau kalah.
“Lalu apa permohonanmu?” Tanya
pria bertubuh tegap itu lagi.
“Permohonanku?” Aku merasa
terpojok saat ia menanyakan apa permohonanku. Sejujurnya aku masih belum tahu
pasti, apa yang sebenarnya aku inginkan. Sejauh ini aku sudah merasa bahagia
dengan semua yang kumiliki. Bagaimana tidak? Aku cantik, cerdas, dilahirkan dan
dibesarkan dalam sebuah keluarga terpandang, dan yang terpenting adalah bahwa
aku memilikinya. Seorang pria tampan berhati tulus yang selalu ada di sisi ku
selama 1 tahun terakhir, Choi Siwon. Jadi, apa yang benar-benar aku inginkan?
Aku tidak tahu. Melihatnya sangat penasaran, aku tidak tega untuk tidak
memberitahunya.
“Itu rahasia!” Jawabku sembari
bercanda, membuatnya membelalak tak percaya dan itu tampak sangat lucu.
Meskipun ia seorang pria dewasa dengan tubuh atletis, terkadang ia juga
bertingkah kekanakan. Aku tak bisa menahan tawaku saat itu. Tapi jauh di dalam
lubuk hatiku, aku merasa bersalah. Maafkan aku, Siwon Oppa. Saat aku tahu apa
keinginanku nanti, kau adalah orang pertama yang akan kuberitahu. Aku janji.
****
Sore itu kami berjanji untuk
bertemu di sebuah gedung bioskop untuk bisa menonton film bersama. Aku sengaja
tiba lebih awal karena sebelumnya aku selalu membuatnya menunggu lama dan aku
merasa sangat bersalah. Aku ingin bisa menebus kesalahanku itu dan memberinya
kejutan. Sudah lebih 20 menit dari waktu yang dijanjikan, namun belum juga
kutemukan sosoknya di antara kerumunan yang ada di sana. Aku mulai risau. Selama
ini Siwon tidak pernah terlambat apalagi sampai mengingkari janji. Aku berusaha
menghubunginya, namun tak juga di angkat. Aku mencoba untuk tetap menunggu
dengan sabar dan berharap ia segera datang. 30 menit, 40 menit, 1 jam. Ia tak
juga muncul dihadapanku. Bahkan film yang akan kami tonton sudah akan dimulai.
Aku sangat kecewa. Aku marah. Aku kesal. Semua bercampur menjadi satu. Baru
kali ini Siwon tidak menepati janjinya. Selama 1 tahun kami menjalin hubungan,
baru kali ini pula aku dibuatnya begitu kesal. Ia bahkan tidak mencoba
menghubungiku untuk sekedar meminta maaf atau memberikan alasan kenapa ia tidak
datang. Karena malam semakin larut, aku putuskan untuk berhenti menunggunya dan
pulang.
Sesampainya di rumah, aku berniat
untuk melanjutkan pembuatan koleksi bintang kertasku. Tapi melihat benda itu
membuatku teringat akan dirinya, dan membuatku semakin lesal karena ia tidak
menepati janji. Sungguh aku sangat sedih dan kecewa. Aku tahu ini mungkin
terkesan sangat kekanakan, tapi aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa merasa
semarah ini. Aku menyimpan kembali toples berisikan bintang kertas itu ke dalam
laci meja kerjaku, dan mengurungkan niatku untuk melanjutkannya. Masih kurang
separuh lagi untuk bisa mencapai angka 1000, dan karena aku sedang marah saat
itu, aku tidak peduli lagi apakah aku harus meneruskannya atau tidak.
****
Sudah 2 hari berlalu sejak Siwon
tidak menepati janjinya. Sudah 2 hari aku sedih dan kecewa karena ia tak
sekalipun menghubungiku dan aku tak mencoba untuk menghubunginya lebih dulu.
Itu berarti bahwa sudah 2 hari pula, kami tidak bertemu. Aku merasa aneh dengan
semua ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mungkin aku melakukan kesalahan
yang membuatnya juga marah padaku dan tidak ingin menemuiku ataupun
menghubungiku? Aku tidak ingat jika aku telah menyakitinya. Kenapa Siwon
mencampakkan aku seperti ini? Tidakkah ia juga merasa bersalah karena tidak
datang sore itu? Tak apa jika ia lupa, aku hanya ingin ia meminta maaf dan
menjelaskan padaku. Tidak seperti ini. Aku merasa terpuruk hanya karena
memikirkannya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku berusaha meruntuhkan dinding
keangkuhanku untuk bisa mulai mencoba menghubunginya lebih dulu, karena jauh di
dalam lubuk hatiku ini, aku sangat mengkhawatirkannya.
Nada sambung telepon terdengar
ketika aku mencoba menghubunginya dengan ponselku. Sekali, dua kali, tiga kali.
Berkali-kali sudah aku mencoba meneleponnya, tapi ia sama sekali tidak menjawab
panggilanku. Aku lelah. Aku tidak bisa meneruskan ini lebih lama lagi. Aku
pikir akan lebih baik kalau aku langsung pergi saja ke rumahnya dan bicara
langsung dengannya untuk meminta penjelasan.
****
Di depan sebuah rumah megah
dengan pagar kokoh menjulang aku berdiri. Berharap para sekuriti yang menjaga
rumah itu bisa segera membukakan pintu dan membolehkan aku masuk.
“Ahjussi, ini aku, Sora. Apakah
Siwon Oppa ada di rumah? Aku ada perlu dengannya..” ucapku pada kepala sekuriti
yang ada di sana, yang memang sudah kukenal sejak aku resmi menjadi pacar Siwon
tahun lalu. Park Ahjussi, kepala sekuriti paling ramah yang pernah kukenal itu,
biasanya akan langsung membukakan pintu begitu melihatku datang. Tapi tidak
untuk hari ini. Ia tidak kunjung membukakannya untukku. Ia berjalan mendekati
pintu pagar dan mulai menyampaikan sesuatu padaku dengan wajah lesu.
“Sora-ssi.. Ehm.. Maafkan aku,
tapi hari ini Siwon sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.. Apakah ada hal
lain yang bisa kubantu? Jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padanya, biar
aku saja yang menyampaikannya..” ujar Park Ahjussi yang terdengar agak terbata.
Ia bilang Siwon tidak ingin diganggu. Apakah jika aku yang datang, maka aku
juga akan mengganggu? Siwon Oppa, apakah aku mengganggumu selama ini?
Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi benak dan pikiranku.
“Ahjussi.. Sebenarnya apa yang
terjadi? Katakan padaku yang sebenarnya. Jebal..” pintaku dengan sedikit
memohon, begitu ia hendak kembali masuk ke dalam. Ia bahkan tidak berani
mengangkat wajahnya dan terus menunduk dihadapanku. “Park Ahjussi!” aku yang
terlalu diselimuti emosi, tidak bisa mengendalikan diri lagi dan tak sengaja
membentaknya, membuat Park Ahjussi sempat terkejut dan tak tega melihatku yang
terus berdiri di luar.
“Masuklah.. Aku akan mengatakan
pada Nyonya bahwa kau datang..” ajak Park Ahjussi yang mulai membuka pintu pagar
dan menyilahkan aku masuk.
Aku menunggu di teras rumah mewah
itu cukup lama, sampai akhirnya seorang wanita paruh baya dengan wajah yang
masih terlihat cantik itu menunjukkan dirinya. Dengan sigap aku langsung
membungkuk member hormat, seperti biasa jika aku bertemu dan berhadapan
dengannya. Melihat wajahnya yang cantik, sangat mengingatkanku akan seseorang
yang sangat kusukai. Aku tahu, bahwa ketampanan Siwon Oppa telah diturunkan
dari ibunya yang kini telah berdiri sejajar dihadapanku.
“Ahjumma..” sapaku sopan.
“Mau apa kau datang kemari?
Bukankah kepala sekuriti Park sudah memberitahumu bahwa Siwon sedang tidak
ingin di ganggu?” Tanya Choi Ahjumma –ibu Siwon- dengan ekspresi yang cukup
sulit dijelaskan. Ia tampak berbeda. Seketika itu juga kecantikannya memudar
dalam penglihatanku. Ia tampak sangat tidak suka melihat kedatanganku.
“Jwosonghamnida, Ahjumma. Aku
datang karena ada perlu dengan Siwon Oppa. Ada yang ingin kutanyakan padanya..”
jelasku dengan sedikit memohon.
“Tidak bisa. Aku tidak mengijinkanmu
bertemu dengannya.” Jawabnya ketus, melarangku tanpa alasan yang pasti.
“Wae, Ahjumma? Apakah ada
sesuatu? Apa aku melakukan suatu kesalahan? Jika ya, aku minta maaf.. Aku tak
pernah berniat untuk menyakiti siapapun. Ahjumma, aku mohon, ijinkan aku bertemu
dengannya..” pintaku sekali lagi sambil terus memohon. Bahkan debar jantungku
ikut terpacu seiring dengan bertambahnya tingkat emosiku. Ia tak menjawab
permintaanku dan hanya memandangku, seolah aku telah benar-benar melakukan
kesalahan dan membuatnya kesal.
“Ahjumma, sebenarnya ada apa? Apa
yang terjadi dengan Siwon Oppa?” hatiku semakin gundah dan tak tenang melihat
sikap Park Ahjussi dan juga Choi Ahjumma yang berubah drastis seperti itu. Park
Ahjussi bahkan masih menundukkan kepalanya lesu, mendengar perbincangan kami di
teras rumah. Aku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang mereka coba sembunyikan
dariku.
“Kau pulanglah.. Siwon tidak
ingin diganggu siapapun, termasuk kau. Kedatanganmu kemari hanya akan
membuatnya sedih. Jadi kumohon, pulanglah Sora-ya..” Ia akhirnya kembali angkat
bicara setelah aku mengejarnya dengan banyak pertanyaan. Jawaban yang ia
berikan sangat tidak memuaskanku, dan justru membuatku semakin khawatir. Aku
termenung, membisu mendengar ucapannya itu. Sedih? Apa maksudnya? Apa yang
kulakukan hingga membuat Siwon sedih? Aku tidak mengerti. Sedikitpun aku tidak
mengerti.
“Apa? Apa yang sudah kulakukan?
Ahjumma..—“ belum selesai aku bicara, Choi Ahjumma sudah menyela untuk
memerintahkan Park Ahjussi dan juga sekuriti yang lain untuk membawaku keluar.
Aku tidak percaya dengan apa yang kualami siang itu. Rasanya aneh sekali. Apa
yang terjadi? Kenapa kehadiranku begitu tak diinginkan? Aku bahkan belum
berhasil menemui Siwon Oppa. Aku yang kembali terdiam, hanya bisa menangis saat
Choi Ahjumma melakukan itu padaku. Aku masih belum beranjak sedikitpun dan
terus memandanginya dengan tatapan menyedihkan yang kumiliki saat itu.
“Sora-ssi, sebaiknya kau pulang
sekarang.. Ayo ikut aku..” ajak Park Ahjussi yang berusaha menarikku keluar.
Aku tidak mau. Aku memberontak dan bertahan sekuat mungkin agar Park Ahjussi
dan yang lainnya berhenti untuk memaksaku.
“Ahjumma, jebal.. Aku ingin masuk
dan bertemu Siwon Oppa..” pintaku sekali lagi dengan airmata yang mulai
bercucuran membasahi pipiku. “Ahjumma..” aku terus memanggilnya namun ia terus
mengalihkan pandangannya dariku. Park Ahjussi kembali menarikku, dan kini
pertahananku mulai goyah. Aku terlalu lemah. “Ahjumma! Ahjumma, jebal..!” aku
berusaha untuk melepaskan diri namun tenagaku tak cukup lagi untuk
melakukannya. “Ahjumma…” panggilku terakhir kali sebelum akhirnya mereka
benar-benar berhasil mengusirku.
****
“Yoboseyo?” sapaku pada seseorang
di ujung telepon yang mencoba menghubungiku.
“Sora-ya..” balasnya dengan suara
khas yang sudah sangat kukenal.
“Ne, Hyuk-ah.. Waeyo?”
“Bisakah kita bertemu sore ini di
kafe Comma? Ada yang ingin kubicarakan denganmu..”
“Sore ini? Baiklah.. Jam 4 tepat
aku akan datang..” ucapku mengiyakan ajakan itu, sebelum akhirnya memutuskan
sambungan telepon kami.
Eunhyuk atau yang biasa kusapa
Hyuk-ah, adalah teman baikku dan juga Siwon. Sudah cukup lama aku tidak bertemu
dengannya. Aku tidak tahu kenapa ia tiba-tiba menghubungiku. Sepertinya ada
sesuatu yang penting yang ingin ia sampaikan padaku. Jika itu menyangkut Siwon
Oppa, aku harap ia akan benar-benar menjelaskan segala misteri yang belum
berhasil kupecahkan dan aku harap itu adalah kabar baik. Aku masih sangat sedih
jika harus mengingat insiden pengusiran yang kualami di rumah Siwon kemarin.
Jam 4 lewat 10 menit, aku tiba di
kafe yang kami janjikan untuk bisa bertemu. Bisa kulihat dari kaca pembatas
kafe itu, Eunhyuk sudah datang lebih dulu dan sibuk dengan gadgetnya.
“Hyuk-ah, apakah aku begitu
terlambat? Mian..” ujarku begitu sampai dihadapannya dan segera menarik kursi
untuk bisa duduk berhadapan dengannya.
“Ah, tidak.. Ini baru lewat 10
menit. Aku bisa mengerti karena jalanan Seoul memang sangat padat dan macet
akhir-akhir ini..” jawabnya santai dengan senyum khasnya yang memperlihatkan
gusi dan sederetan gigi putihnya.
“Sudah lama sekali sejak kita
terakhir bertemu.. Bagaimana kabarmu? Hubunganmu dengan Siwon bagaimana? Masih
baik-baik saja kan?” lanjutnya lagi dengan sederet pertanyaan yang membuatku
begitu tertegun saat ia mengucapkan nama Siwon.
“Ne? Oh, tentu. Aku baik, dan hubungan kami
juga masih baik-baik saja..” jawabku tanpa pikir panjang dengan senyum yang
memang aku buat-buat untuk menutupi masalah yang sedang kualami. Dugaanku bahwa
ia mengetahui sesuatu tentang Siwon ternyata salah. Ia tidak tahu apapun
tentang apa yang terjadi. Untuk itu, aku urungkan niatku untuk bercerita
ataupun meminta bantuannya. Selesai dengan jawaban itu, aku melihat Eunhyuk
yang juga sedang memandangku dengan tatapan yang tak biasa. Kami saling menatap
untuk beberapa saat, seolah ia bisa membaca pikiranku hingga membuat suasana
menjadi agak canggung saat itu.
“Lalu bagaimana denganmu,
Hyuk-ah?” tanyaku untuk memecah keheningan diantara kami dan menghilangkan
segala kecanggungan ini.
“Sora-ya, sebenarnya tujuanku mengajakmu
kemari adalah untuk memberikan ini..” balasnya yang sama sekali tidak menjawab
pertanyaanku, sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempangnya dan
menunjukkan benda itu padaku.
“Apa maksudnya? Bagaimana kau
bisa tahu..?” aku begitu terkejut ketika ia meletakkan setoples bintang yang
terbuat dari kertas lipat itu di atas meja.
“Mungkin ini belum bisa membuat
koleksi bintang kertasmu sampai 1000. Tapi berapapun jumlahnya, aku harap ini
bisa cukup membantumu ya..” ucapnya yang terdengar sangat tulus, kembali dengan
senyum khasnya sebagai penutup. Aku begitu tersentuh dengan sikap dan
perkataannya.
“Gomawoyo! Tapi.. Bagaimana kau
bisa tahu?” karena penasaran, aku mulai melemparkan pertanyaan yang terkesan
menyelidik padanya. Mendengar pertanyaanku, ia tak langsung menjawab dan tampak
sedikit berpikir, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.
Seketika itu juga, ia tampak mencurigakan bagiku.
“Ah, sudah hampir jam 5! Aku lupa
kalau hari ini ada janji lain. Sora-ya, gomawo karena sudah mau bertemu
denganku sore ini. Aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, dan sampaikan salamku
untuk Siwon!” selorohnya kemudian berdiri dan beranjak dari hadapanku.
****
“Sora-ya, saatnya makan malam.
Ayo cepat, sebelum nasi-nya akan menjadi dingin!” panggil Omma, mengingatkanku
akan waktu makan malam. Aku yang masih sibuk dengan pekerjaan yang dikejar deadline harus cepat-cepat turun ke
lantai bawah, sebelum Omma akan benar-benar mengomeliku karena tak kunjung
muncul di ruang makan. Karena terburu-buru saat membereskan meja, aku tak
sengaja menjatuhkan toples bintang pemberian Eunhyuk tadi sore. Untunglah
toples itu tidak pecah. Tetapi isi toples itu tumpah berserakan dan berantakan.
Aku berniat membereskannya dulu sebelum meninggalkan kamar. Saat hendak kubereskan,
ternyata ada secarik kertas kecil seperti surat di antara bintang-bintang itu.
“Sora-ya,
Bagaimana keadaanmu? Maafkan aku karena tidak menepati janjiku untuk nonton
film bersama sore itu. Kau pasti sangat marah padaku. Karena ada sesuatu yang
mendesak, aku tak bisa bertemu denganmu. Aku sengaja membuatkan bintang kertas
ini untukmu sebagai permintaan maafku. Aku tahu kau akan suka. Mungkin ini
tidak banyak, dan masih kurang untuk bisa membuat koleksimu mencapai 1000. Tapi
aku harap kau akan bisa memaafkanku dengan ini. Aku sudah berusaha semalaman
untuk membuatkannya untukmu! Simpan dengan baik ya :^)”
Tanganku bergetar setelah membaca
apa yang tertera didalamnya. Airmataku tak bisa kutahan lagi untuk tidak jatuh.
Aku menangis, entah karena terharu atau sedih atau merindukannya. Aku pikir
ketiganya benar. Aku sangat ingin bertemu dengannya malam itu juga.
Aku segera berbenah diri dengan
pakaian rapi dan jaket tebal karena udara di luar akan sangat dingin di malam
hari. Aku berjalan menuruni tangga perlahan agar jangan sampai Omma dan Appa
tahu aku akan pergi. Karena kalau mereka tahu, aku pasti tidak akan diijinkan
pergi selarut ini. Aku melewati ruang tengah dan ruang makan dengan hati-hati.
Bersyukur, Omma dan Appa tidak sedang melihatku saat itu. Aku berhasil keluar
rumah malam itu dan tujuanku adalah untuk kembali ke rumah Siwon. Apapun yang
terjadi.
Aku terus berdiri dan menunggu di
depan rumah megah milik keluarga Choi. Aku sengaja tidak memencet bel, dan
hanya berdiri memandang kemewahan rumah itu dari luar. Berharap Siwon akan
menunjukkan dirinya malam itu dan melihatku sudah berdiri di depan rumahnya.
Meski kedinginan, aku tidak peduli dan terus menunggu. Malam semakin larut, dan
aku masih menunggu. Seperti gadis bodoh. Ya, Siwon sudah membuatku bertingkah
seperti gadis bodoh. Tapi aku menyukainya. Belum pernah aku merasa serindu ini
pada seseorang, sekaligus kesal pada saat yang sama. Aku hanya ingin
melihatnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya, apa yang ia lakukan hingga
ia mencampakkan aku seperti ini. Saat aku tengah asik dengan lamunan dan
pemikiranku sendiri, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh guntur dari langit.
Hujan sudah turun membasahi rambut dan pakaianku sedikit demi sedikit, hingga
hujan itu semakin deras. Aku tidak membawa payung, bahkan ponselku kutinggalkan
karena terburu-buru. Omma pasti akan marah besar jika tahu apa yang sudah
kulakukan ini.
Tak lama setelah itu, di saat aku
memeluk diriku sendiri seperti gadis jalanan yang kedinginan dan kehilangan
arah, hujan itu berhenti. Berhenti mengguyur tubuhku yang semakin melemah dan
mati rasa karena kedinginan. Sesuatu yang besar melindungiku dari tangisan
langit malam itu.
“Ternyata kau di sini. Sesuai
dugaanku..” terdengar suara khas seorang pria yang sudah berdiri di sampingku
dengan payung yang dibawanya. Aku yang menggigil hanya bisa memandangnya heran.
“Kau pergi begitu saja dan
meninggalkan ponselmu, hingga membuat Omma-mu begitu khawatir. Begitukah sikap
seorang gadis dewasa yang benar?” tukasnya terdengar sedikit marah. Kenapa?
Kenapa dia harus marah? Ia mulai melepaskan sweater
yang dikenakannya dan menyelimutiku dengan sweater itu. Melihatnya bersikap sok perhatian seperti itu
membuatku semakin muak. Aku menampiknya.
“Apa yang terjadi pada Siwon Oppa?
Kau tahu sesuatu kan?” tanyaku langsung ke pokok permasalahan. Aku juga sangat
kesal padanya karena tidak memberitahuku kalau bintang kertas itu milik Siwon.
Ia juga bersikap seolah ia tak tahu apapun, padahal kenyataannya ia sangat
tahu.
“Hyuk-ah. Jawab aku! Kau tahu
sesuatu kan?” tanyaku sekali lagi dengan intonasi yang sedikit lebih tinggi
dari sebelumnya. “Aku tahu sesuatu telah terjadi pada Siwon. Ada apa
sebenarnya? Kenapa dia menghindariku?” aku begitu frustrasi karena terus
memikirkannya. Satu-satunya orang yang bisa kuandalkan hanya Eunhyuk.
“Mianhae. Ini sudah malam dan kau
kehujanan. Kau bisa sakit. Aku akan menjelaskannya padamu setelah kita sampai
di rumah. Ayo..” Eunhyuk meraih tanganku hendak mengajakku pulang bersamanya,
dan sekali lagi aku menampiknya.
“Tidak. Aku tidak akan pergi dari
sini sampai aku tahu apa alasan Siwon Oppa menghindariku..! Aku sangat
merindukannya, aku ingin bertemu dengannya. Tolong aku..” aku mulai hilang akal
dan berteriak dihadapannya seperti orang gila. Aku menarik kerah kaosnya dan
memukul-mukul dada-nya frustrasi. Eunhyuk tidak melawan sedikitpun, dan justru
mendekapku erat.
“Mianhae.. Ijinkan aku untuk
membantumu. Katakan apa yang harus aku lakukan. Jangan menangis lagi..”
****
“Ahjussi, kami tahu ini sudah
terlalu larut untuk berkunjung. Tapi kami mohon, ijinkan kami masuk..” pinta
Eunhyuk setelah memencet tombol bel di depan rumah besar itu dan membuat Park
Ahjussi harus menunjukkan dirinya.
“Kalian..? Sora-ssi.. Bagaimana
kalian bisa datang selarut ini? Dan Sora-ssi, bagaimana kau bisa sampai basah
kuyup begini? Baiklah, ayo masuk..” timpal Park Ahjussi yang tak tega melihat
keadaanku dan Eunhyuk di malam yang berhujan deras itu.
Park Ahjussi segera masuk ke
dalam untuk memberitahu kepala pelayan, agar Eunhyuk dan aku bisa diperbolehkan
masuk hanya untuk malam itu saja. Beruntung, kami akhirnya diperbolehkan masuk.
Aku begitu cemas kalau Choi Ahjussi dan Choi Ahjumma mengetahui kedatangan kami
lalu mengusir kami seperti yang kualami waktu itu.
“Tidak usah takut, Sora-ya. Kalau
mereka tidak menginginkan kehadiranmu, aku yang akan membelamu..” ujar Eunhyuk
seakan tahu benar apa yang ada dalam benakku. Membuatku begitu tercengang
sekaligus merasa aman.
“Gomawo..” jawabku lirih padanya,
lebih terdengar seperti sebuah bisikan.
“Bagaimana kalian bisa datang
kemari selarut ini?” Tanya Choi Ahjumma yang muncul tiba-tiba dan membuatku
hampir terkena serangan jantung karena takut. Aku memegang lengan Eunhyuk erat
dan berusaha sembunyi di balik tubuhnya.
“Ahjumma.. Jwosonghaeyo.. Aku
mengantarkan Sora karena ia sangat ingin bertemu dengan Siwon malam ini. Kami
mohon supaya Ahjumma mengijinkan kami melihatnya..” ucap Eunhyuk pada Choi
Ahjumma yang masih belum bisa kumengerti. Dari kalimat yang dilontarkan
Eunhyuk, kenapa ia menggunakan kata ‘melihat’? itu menimbulkan rasa penasaran
dalam benakku. Aku menemukan kejanggalan dari kata-kata itu. Apa maksudnya?
“Sora-ya.. Berhenti bersembunyi
dariku seperti itu.” Perkataan Choi Ahjumma cukup mengejutkanku. Sepertinya ia
sudah tidak marah padaku. “Maaf atas sikapku padamu waktu itu. Aku hanya tidak
ingin Siwon sedih. Karena ini sudah larut, tidak ada lagi yang bisa kulakukan
selain mengijinkan kalian melihatnya. Dan Sora-ya, kau boleh menginap di sini
malam ini jika kau mau.. Sepertinya Siwon juga sangat membutuhkanmu..” jelas
Choi Ahjumma panjang lebar. Sedangkan aku masih harus mencernanya satu per
satu. Aku tidak mengerti apa maksud perkataannya dengan ‘melihatnya’, dan juga
‘sedih’. hal itu membuatku semakin takut untuk menerima kenyataan. Aku takut
sesuatu yang buruk sudah menantiku di depan mata. Aku tidak siap.
“Sora-ya, jangan takut. Ada aku
di sini. Choi Ahjumma sudah memperbolehkan kita masuk. Ayo, kita ke kamar Siwon
sekarang.. Kau akan tahu nanti..” ajak Eunhyuk yang sudah meraih dan
menggenggam tanganku, mencoba memberiku sedikit kekuatan. Dari cara bicaranya,
sepertinya itu memang sesuatu yang buruk. Aku takut kalau dugaanku benar.
Tidak. Aku tidak ingin itu terjadi.
Eunhyuk terus menggandeng
tanganku untuk berjalan mengikuti Choi Ahjumma menuju kamar Siwon. Aku merasa
semakin aneh. Aku sudah tahu dimana letak kamar Siwon, begitu juga dengan
Eunhyuk. Kenapa Choi Ahjumma harus mengantar kami? Di tengah perjalanan kami
menaiki anak tangga, aroma obat-obatan mulai menyeruak masuk ke dalam rongga
penciumanku. Tubuhku semakin bergetar. Tiba-tiba saja aku tidak ingin lagi
meneruskannya. Aku menghentikan langkahku.
“Ada apa, Sora-ya?” Tanya Eunhyuk
yang heran dengan sikapku. Aku hanya takut. Aku takut sesuatu terjadi pada
Siwon.
“Aku.. Aku tidak ingin lagi
meneruskannya..” jawabku asal tanpa pikir panjang, dan melepaskan genggaman
Eunhyuk dari tanganku.
“Tidak.. Aku tidak ingin
meneruskannya.. Aku tidak mau.. Aku takut.. Siwon Oppa..” aku mulai meracau
tidak jelas. Tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.
“Sora-ya..” panggil Choi Ahjumma
yang juga terdengar bergetar, membuatku semakin yakin bahwa sesuatu yang buruk
telah terjadi pada Siwon. Aku bisa melihat itu dari air muka Choi Ahjumma.
“Tidak. Katakan padaku itu tidak
benar! Siwon Oppa-ku baik-baik saja.. Iya kan? Choi Ahjumma, Hyuk-ah.. Katakan
padaku itu tidak benar..! Katakan padaku! Jebal!” selorohku frustrasi, membuat
semua pelayan yang ada di dalam rumah itu harus ikut menunjukkan diri untuk
memeriksa apa yang terjadi. Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan membuat
kegaduhan di rumah orang lain.
“Sora-ya.. Mianhae.. Sebenarnya
Siwon.. Dia.. Dia menderita kanker lambung..” jelas Choi Ahjumma kemudian,
sambil terisak dan berusaha menyeka airmatanya. Duniaku seakan runtuh mendengar
itu. Hatiku hancur. Sakit sekali. Aku berusaha untuk tersenyum menanggapi hal
itu. Namun perasaanku sama sekali tak bisa dibohongi. Airmataku terus mengucur
keluar dari kedua kelopak mataku. Aku tidak pernah membayangkan ini terjadi
sebelumnya. Sejauh ini hidupku sudah begitu baik, bahkan sempurna. Kenapa
takdir harus menghancurkannya seperti ini? Kenapa aku? Kenapa Siwon? Kenapa?
****
Setelah mengetahui yang
sebenarnya, aku lebih memilih untuk mengurung diri di kamar. Berulang kali Omma
membujukku untuk makan, namun aku tak pernah benar-benar menanggapinya. Yang
kulakukan hanya bisa merenung dan menangis. Aku pikir aku akan mati hanya
dengan melakukan 2 hal itu. Tapi bukankah itu bagus? Jika aku mati, bukankah
aku dan Siwon akan tetap bisa bersama? Pikiranku mulai kacau. Aku tidak punya
cukup kekuatan untuk bisa beraktivitas dengan normal seperti biasa. Aku merasa
duniaku sudah hancur. Aku memandang koleksi bintang kertasku dengan senyum
pahit. Sedetik kemudian, airmata kembali membasahi pipiku. Aku menangis
sejadinya saat itu. Berteriak frustrasi, tak peduli jika semua orang akan
menganggapku gila.
“Sora-ya, buka pintunya!
Sora-ya..!” teriak Omma dari depan pintu kamarku sambil terus menggedor pintu
itu keras.
“Sora-ya! Cepat buka pintunya!
Ada yang harus kukatakan padamu..” seloroh seorang lain yang juga sudah berdiri
di depan kamarku. Eunhyuk.
Aku berusaha menguatkan diriku
untuk bangkit, lalu menyeka airmataku sebelum akhirnya aku menuruti permintaan
Omma dan Eunhyuk untuk membuka pintu.
“Hari ini Siwon akan dipindahkan
ke rumah sakit. Penyakitnya sudah sangat parah karena ia selalu menolak untuk
diperiksa di rumah sakit selama ini. Kau harus datang dan melihatnya. Siwon
membutuhkanmu..” ujar Eunhyuk padaku, membuat pertahananku –sekali lagi- goyah.
“…….” Tidak ada balasan apapun
yang keluar dari mulutku. Airmataku serasa kering dan aku sudah terlalu lelah
untuk menangis. Eunhyuk menggenggam tanganku, menyalurkan kehangatan yang ia
miliki untuk membuatku tegar.
“Aku tahu kau sangat ingin
melihatnya. Kuatlah. Kita akan segera ke rumah sakit untuk menjenguknya..”
“Kenapa..? Kenapa ia tak jujur
padaku?” tanyaku yang akhirnya angkat bicara, membuat Eunhyuk menatapku iba
tanpa bisa menjawabnya.
****
Dengan terus menggenggam toples
bintang kertas milikku, aku berjalan lemah menyusuri koridor rumah sakit itu
bersama Eunhyuk. Aku sudah cukup terpuruk, dan kini aku sudah terlalu lelah.
Aku pasrah. Apapun yang terjadi, aku harus bisa kuat. Kami sampai di depan
sebuah ruangan, tempat Siwon di rawat. Tanganku yang kembali bergetar kutautkan
erat pada toples bintangku, agar jangan sampai siapapun melihat kelemahanku
ini. Eunhyuk membuka pintu itu perlahan dan mempersilakan aku untuk masuk. Aku
melangkahkan kaki-ku ragu, namun akhirnya aku tetap melangkah masuk. Bisa
kulihat seseorang terbaring di ranjang berwarna putih itu. Ia tampak sangat
berbeda, tidak seperti Siwon yang selama ini kukenal. Sangat pucat. Tubuh tegap
dan atletisnya yang selalu kusukai kini harus terbaring lemah dan tak berdaya.
Aku mendekatinya. Mengamati seksama wajah tampannya yang telah memucat dan
terhalang oleh masker oksigen yang ia kenakan. Aku duduk di tepi ranjang itu,
dan meletakkan setoples bintang kertasku di meja yang tak jauh dari ranjang.
“Oppa, aku datang.. Bangunlah dan
lihat aku.. Aku sangat marah karena kau tidak jujur padaku.. Kenapa kau lakukan
ini padaku?” tanyaku lirih dan sedikit terbata karena menahan tangis. Tanganku
tergerak untuk bisa menyentuhnya. Aku membelai lembut rambutnya, sebelum
akhirnya sesuatu yang mengejutkan terjadi. Rambutnya yang kubelai ikut terbawa
di sela-sela jariku. Sudah separah inikah? Aku bahkan tidak menggunakan tenaga
untuk melakukannya tapi rambutnya rontok begitu mudah. Tuhan, kenapa harus
seperti ini? Apa yang harus kulakukan? Aku menarik tanganku dan menggenggam
helaian rambutnya yang masih terbawa. Aku tak bisa lagi menahan tangisku. Aku
terisak, hingga akhirnya Eunhyuk mendekatiku.
“Kau tampak lelah. Ayo kita
pulang. Kita bisa menjenguknya lagi besok..”
Aku memandang Eunhyuk sekilas
lalu kembali melemparkan pandanganku pada Siwon. Aku masih belum bisa
menghentikan tangisku saat itu. “Oppa, besok aku akan datang lagi. Tunggu
aku..”
****
Di rumah, aku berniat untuk
meneruskan pembuatan bintang kertasku. Aku sudah membawa separuh yang kumiliki
sebelumnya ke rumah sakit. Itu berarti, masih tersisa separuh lagi dari 1000,
atau lebih tepatnya sebanyak 500 buah. Aku ingat bahwa Siwon telah membuatkan
200 bintang untukku. Dengan bantuan Siwon, kini aku tak perlu susah payah untuk
membuat hingga 500. Tersisa sekitar 300 buah bintang lagi untuk aku bisa
mencapai 1000 bintang, dan setelah itu aku bisa membuat sebuah permohonan. Jika
dulu aku tak punya keinginan yang pasti, kini aku sudah memilikinya. Aku
berjanji dalam hati bahwa permohonanku adalah untuk Siwon. Untuk kami bisa
selalu bersama. Aku membuat bintang-bintang itu dengan giat sepanjang malam.
Aku terjaga hanya untuk membuatnya.
Keesokan harinya, aku bersemangat
untuk bisa segera menjenguk Siwon di rumah sakit. Aku sudah menyelesaikan
bintang kertas origami-ku hingga 1000 buah. Dengan permohonan yang sudah kubuat
dalam hati, aku berjalan dengan pasti. Namun langkahku sempat terhenti begitu
kulihat beberapa dokter yang baru saja keluar dari kamar rawat Siwon. Jantungku
berdebar tak keruan, memikirkan kemungkinan terburuk apa saja yang akan
terjadi. Semoga semua itu tidak benar dan hanya pemikiranku saja. Aku
melanjutkan langkahku, lebih cepat, ketika para dokter itu sudah berjalan
menjauh. Aku melihatnya dari kaca pintu kamar itu, dan lega mendapati Siwon
yang masih berada di sana. Ia tampak lebih baik dari kemarin. Masker oksigen
sudah tidak dikenakannya lagi, dan ia duduk bersandar pada ranjangnya. Aku
memutar kenop pintu pelan dan masuk ke dalam.
“Sora-ya..?” sapanya seakan tak
percaya bahwa aku benar-benar datang dan berdiri dihadapannya.
Aku berjalan pelan mendekat ke
arahnya, meletakkan setoples bintang kertasku yang berikutnya ke atas meja lalu
memeluknya dalam diam. Aku memeluknya erat, dan mulai menangis lagi. Dadaku
sesak sekali. Rasanya ingin sekali memarahinya, memakinya, memukulnya karena ia
tak jujur padaku dan tega membuatku begitu terpuruk selama beberapa hari
terakhir.
“Sora-ya..” panggilnya lagi
dengan suara lemah. Ia membalas pelukanku, dan membelai kepalaku lembut.
“Kumohon bertahanlah.. Demi aku,
ayah dan ibumu, Eunhyuk, dan juga demi dirimu sendiri..” pintaku dengan suara
serak di sela-sela tangisku yang semakin menjadi-jadi. Aku masih terus
memeluknya, seakan tak ingin melepasnya. Begitu juga dengan Siwon. Dengan 1000
bintang yang kumiliki, aku harap Tuhan akan mengabulkan doaku. Agar aku dan
Siwon bisa bersama selamanya..
****
“Sora-ya..? Sora-ya..? Kau sudah
sadar..?” suara seseorang yang sangat kukenal dan bahkan kusukai itu terus
mengalir dalam indera pendengaranku, dan membangunkanku. Aku membuka kedua
mataku perlahan, entah kenapa rasanya berat sekali. Setelah benar-benar membuka
mata, aku melihat siluet seorang pria tampan yang sudah ada dihadapanku. Aku
pikir aku akan benar-benar jatuh cinta padanya.
“Sora-ya..” panggil orang itu
lagi kemudian menggenggam tanganku. Aku berusaha mengumpulkan seluruh nyawaku
untuk benar-benar tersadar.
“Siwon Oppa..” aku begitu
terkejut mendapatinya telah duduk di samping ranjangku, dengan pakaian rapi dan
tampak sangat tampan, meskipun dengan raut wajah penuh kekhawatiran yang
ditampilkannya.
“Siwon Oppa..? Ini benar kau
kan?” tanyaku lagi untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Apakah
aku sedang bermimpi? Siwon yang mendengar itu heran, dan menempelkan punggung
tangannya di kening-ku, memastikan apakah aku sedang demam atau tidak.
“Aku kira demammu sudah turun.
Tapi kenapa kau jadi aneh begini..? Sudah, istirahat saja. Aku akan
menemanimu..” ujar Siwon lalu membenahi letak bantal dan selimutku, menyuruhku
untuk kembali tidur.
“Apa yang terjadi? Bukankah kau
sedang dirawat di rumah sakit? Kenapa kau malah kerumahku?” tanyaku lagi yang
membuat Siwon semakin bingung dan mengernyitkan kedua alisnya.
“Kau ini bicara apa? Kau pingsan
di depan gedung bioskop saat menungguku, Sora-ya. Kau tidak ingat? Mian karena
aku datang terlambat dan membuatmu menunggu cukup lama.. Segera setelah tahu
kau pingsan, aku membawamu pulang dan memanggilkan dokter. Kau pingsan karena
kelelahan..” jelas Siwon panjang lebar, membuatku terbelalak tak percaya dan
tak tahu harus berkata apa.
“Apa kau yang menyelesaikan semua
itu?” Tanya Siwon yang membuyarkan segala lamunanku saat itu, sambil memandang
ke arah bintang kertas origami-ku yang masih berserakan memenuhi meja kerjaku.
Aku masih berusaha memutar otak untuk berpikir dan belum sempat menjawabnya.
“Apa kau sudah berhasil
membuatnya hingga 1000? Kau pasti kelelahan karena membuat itu semua sepanjang
malam. Haisshh.. Dasar anak nakal..” ucapnya lagi sambil mengacak rambutku
pelan.
Aku masih belum bisa percaya pada
apa yang baru saja kualami. Aku pikir aku telah bermimpi. Mimpi yang sangat
buruk, sekaligus sangat berharga. Aku tidak ingat bahwa aku sudah menyelesaikan
bintang kertasku sebelum aku pergi ke bioskop. Aku memandang Siwon lama,
kemudian menggenggam erat tangannya. Siwon sempat terkejut menyikapi tingkahku
yang aneh. Ia mengangkat kedua alisnya, hendak menyampaikan ‘ada apa?’ dan aku
hanya tersenyum melihatnya melakukan itu sambil terus menggenggam tangannya.
“Saranghae..” ucapku dengan mata
berkaca-kaca. Aku bersyukur bahwa apa yang kualami hanyalah mimpi. Aku tidak
bisa membayangkan jika itu benar terjadi dan Siwon akan meninggalkanku.
Siwon hanya berdecak. “Haruskah
aku mengatakannya juga padamu?” balasnya kemudian tersenyum.
“Tidak. Aku tahu kau juga
mencintaiku. Gomawo..” timpalku, membuat kami hanyut dalam tawa.
Hari semakin larut. Siwon segera
pulang setelah memastikan bahwa aku baik-baik saja. Beberapa saat setelah ia
pergi, aku bangkit dari ranjangku dan menuju meja kerja. Aku membereskan
bintang kertasku dengan cepat dan memasukkannya ke dalam toples yang terbuat
dari kaca bening. Menutupnya lalu mengikatkan seuntai pita berwarna pink pada
leher toples itu. Tidak lupa aku menuliskan sesuatu pada secarik kertas kecil
untuk bisa kutempelkan pada badan toples itu. Dan itulah permohonan hatiku yang
paling dalam dan tulus, yang pernah kumiliki.
“Mr.
Choi Siwon & Miss Jang Sora, FOREVER! :^)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar