Kamis, 06 Juni 2013

I Wish






Author                          : Kxanoppa
Tags                               :
-          Choi Siwon
-          Lee Hyuk Jae/Eunhyuk
-          Jang Sora (OC)
Genre                            : Romance
Rating                           : G
Length                           : One Shot
A/N                           : Mian kalo feelnya masih krg dapet, mian kalo banyak kesalahan kata/typo. Aku masih amatir dan masih perlu belajar. I’ve done my best for this one, so happy reading guys ! Hope yall will like it.
 

****

Story Line       :

“Untuk apa kau mengumpulkan bintang kertas sebanyak itu?” suara beratnya mulai memenuhi indera pendengaranku. Memecah keheningan di antara kami. Akupun mulai memutar otak untuk bisa menjawab pertanyaan itu, melihat raut wajahnya yang tampak sangat penasaran.
“Karena aku ingin suatu saat nanti, bintang-bintang ini bisa mengabulkan permohonanku..” jawabku santai, tidak lupa dengan senyuman sebagai penutupnya.
“Permohonan? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Ini kan hanya kertas lipat biasa, Sora-ya..” celetuknya lagi yang terdengar semakin heran dan terkesan meremehkan sebuah keyakinan yang sudah lama kutanam dalam benakku.
“Terdengar konyol bukan? Tapi jika kau bisa mengumpulkannya sampai 1000 bintang, permohonanmu akan terkabul..” protesku tak mau kalah.
“Lalu apa permohonanmu?” Tanya pria bertubuh tegap itu lagi.
“Permohonanku?” Aku merasa terpojok saat ia menanyakan apa permohonanku. Sejujurnya aku masih belum tahu pasti, apa yang sebenarnya aku inginkan. Sejauh ini aku sudah merasa bahagia dengan semua yang kumiliki. Bagaimana tidak? Aku cantik, cerdas, dilahirkan dan dibesarkan dalam sebuah keluarga terpandang, dan yang terpenting adalah bahwa aku memilikinya. Seorang pria tampan berhati tulus yang selalu ada di sisi ku selama 1 tahun terakhir, Choi Siwon. Jadi, apa yang benar-benar aku inginkan? Aku tidak tahu. Melihatnya sangat penasaran, aku tidak tega untuk tidak memberitahunya.
“Itu rahasia!” Jawabku sembari bercanda, membuatnya membelalak tak percaya dan itu tampak sangat lucu. Meskipun ia seorang pria dewasa dengan tubuh atletis, terkadang ia juga bertingkah kekanakan. Aku tak bisa menahan tawaku saat itu. Tapi jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa bersalah. Maafkan aku, Siwon Oppa. Saat aku tahu apa keinginanku nanti, kau adalah orang pertama yang akan kuberitahu. Aku janji.
****
Sore itu kami berjanji untuk bertemu di sebuah gedung bioskop untuk bisa menonton film bersama. Aku sengaja tiba lebih awal karena sebelumnya aku selalu membuatnya menunggu lama dan aku merasa sangat bersalah. Aku ingin bisa menebus kesalahanku itu dan memberinya kejutan. Sudah lebih 20 menit dari waktu yang dijanjikan, namun belum juga kutemukan sosoknya di antara kerumunan yang ada di sana. Aku mulai risau. Selama ini Siwon tidak pernah terlambat apalagi sampai mengingkari janji. Aku berusaha menghubunginya, namun tak juga di angkat. Aku mencoba untuk tetap menunggu dengan sabar dan berharap ia segera datang. 30 menit, 40 menit, 1 jam. Ia tak juga muncul dihadapanku. Bahkan film yang akan kami tonton sudah akan dimulai. Aku sangat kecewa. Aku marah. Aku kesal. Semua bercampur menjadi satu. Baru kali ini Siwon tidak menepati janjinya. Selama 1 tahun kami menjalin hubungan, baru kali ini pula aku dibuatnya begitu kesal. Ia bahkan tidak mencoba menghubungiku untuk sekedar meminta maaf atau memberikan alasan kenapa ia tidak datang. Karena malam semakin larut, aku putuskan untuk berhenti menunggunya dan pulang.

Sesampainya di rumah, aku berniat untuk melanjutkan pembuatan koleksi bintang kertasku. Tapi melihat benda itu membuatku teringat akan dirinya, dan membuatku semakin lesal karena ia tidak menepati janji. Sungguh aku sangat sedih dan kecewa. Aku tahu ini mungkin terkesan sangat kekanakan, tapi aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa merasa semarah ini. Aku menyimpan kembali toples berisikan bintang kertas itu ke dalam laci meja kerjaku, dan mengurungkan niatku untuk melanjutkannya. Masih kurang separuh lagi untuk bisa mencapai angka 1000, dan karena aku sedang marah saat itu, aku tidak peduli lagi apakah aku harus meneruskannya atau tidak.
****
Sudah 2 hari berlalu sejak Siwon tidak menepati janjinya. Sudah 2 hari aku sedih dan kecewa karena ia tak sekalipun menghubungiku dan aku tak mencoba untuk menghubunginya lebih dulu. Itu berarti bahwa sudah 2 hari pula, kami tidak bertemu. Aku merasa aneh dengan semua ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mungkin aku melakukan kesalahan yang membuatnya juga marah padaku dan tidak ingin menemuiku ataupun menghubungiku? Aku tidak ingat jika aku telah menyakitinya. Kenapa Siwon mencampakkan aku seperti ini? Tidakkah ia juga merasa bersalah karena tidak datang sore itu? Tak apa jika ia lupa, aku hanya ingin ia meminta maaf dan menjelaskan padaku. Tidak seperti ini. Aku merasa terpuruk hanya karena memikirkannya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku berusaha meruntuhkan dinding keangkuhanku untuk bisa mulai mencoba menghubunginya lebih dulu, karena jauh di dalam lubuk hatiku ini, aku sangat mengkhawatirkannya.
Nada sambung telepon terdengar ketika aku mencoba menghubunginya dengan ponselku. Sekali, dua kali, tiga kali. Berkali-kali sudah aku mencoba meneleponnya, tapi ia sama sekali tidak menjawab panggilanku. Aku lelah. Aku tidak bisa meneruskan ini lebih lama lagi. Aku pikir akan lebih baik kalau aku langsung pergi saja ke rumahnya dan bicara langsung dengannya untuk meminta penjelasan.
****
Di depan sebuah rumah megah dengan pagar kokoh menjulang aku berdiri. Berharap para sekuriti yang menjaga rumah itu bisa segera membukakan pintu dan membolehkan aku masuk.
“Ahjussi, ini aku, Sora. Apakah Siwon Oppa ada di rumah? Aku ada perlu dengannya..” ucapku pada kepala sekuriti yang ada di sana, yang memang sudah kukenal sejak aku resmi menjadi pacar Siwon tahun lalu. Park Ahjussi, kepala sekuriti paling ramah yang pernah kukenal itu, biasanya akan langsung membukakan pintu begitu melihatku datang. Tapi tidak untuk hari ini. Ia tidak kunjung membukakannya untukku. Ia berjalan mendekati pintu pagar dan mulai menyampaikan sesuatu padaku dengan wajah lesu.
“Sora-ssi.. Ehm.. Maafkan aku, tapi hari ini Siwon sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.. Apakah ada hal lain yang bisa kubantu? Jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padanya, biar aku saja yang menyampaikannya..” ujar Park Ahjussi yang terdengar agak terbata. Ia bilang Siwon tidak ingin diganggu. Apakah jika aku yang datang, maka aku juga akan mengganggu? Siwon Oppa, apakah aku mengganggumu selama ini? Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi benak dan pikiranku.
“Ahjussi.. Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan padaku yang sebenarnya. Jebal..” pintaku dengan sedikit memohon, begitu ia hendak kembali masuk ke dalam. Ia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya dan terus menunduk dihadapanku. “Park Ahjussi!” aku yang terlalu diselimuti emosi, tidak bisa mengendalikan diri lagi dan tak sengaja membentaknya, membuat Park Ahjussi sempat terkejut dan tak tega melihatku yang terus berdiri di luar.
“Masuklah.. Aku akan mengatakan pada Nyonya bahwa kau datang..” ajak Park Ahjussi yang mulai membuka pintu pagar dan menyilahkan aku masuk.
Aku menunggu di teras rumah mewah itu cukup lama, sampai akhirnya seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih terlihat cantik itu menunjukkan dirinya. Dengan sigap aku langsung membungkuk member hormat, seperti biasa jika aku bertemu dan berhadapan dengannya. Melihat wajahnya yang cantik, sangat mengingatkanku akan seseorang yang sangat kusukai. Aku tahu, bahwa ketampanan Siwon Oppa telah diturunkan dari ibunya yang kini telah berdiri sejajar dihadapanku.
“Ahjumma..” sapaku sopan.
“Mau apa kau datang kemari? Bukankah kepala sekuriti Park sudah memberitahumu bahwa Siwon sedang tidak ingin di ganggu?” Tanya Choi Ahjumma –ibu Siwon- dengan ekspresi yang cukup sulit dijelaskan. Ia tampak berbeda. Seketika itu juga kecantikannya memudar dalam penglihatanku. Ia tampak sangat tidak suka melihat kedatanganku.
“Jwosonghamnida, Ahjumma. Aku datang karena ada perlu dengan Siwon Oppa. Ada yang ingin kutanyakan padanya..” jelasku dengan sedikit memohon.
“Tidak bisa. Aku tidak mengijinkanmu bertemu dengannya.” Jawabnya ketus, melarangku tanpa alasan yang pasti.
“Wae, Ahjumma? Apakah ada sesuatu? Apa aku melakukan suatu kesalahan? Jika ya, aku minta maaf.. Aku tak pernah berniat untuk menyakiti siapapun. Ahjumma, aku mohon, ijinkan aku bertemu dengannya..” pintaku sekali lagi sambil terus memohon. Bahkan debar jantungku ikut terpacu seiring dengan bertambahnya tingkat emosiku. Ia tak menjawab permintaanku dan hanya memandangku, seolah aku telah benar-benar melakukan kesalahan dan membuatnya kesal.
“Ahjumma, sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi dengan Siwon Oppa?” hatiku semakin gundah dan tak tenang melihat sikap Park Ahjussi dan juga Choi Ahjumma yang berubah drastis seperti itu. Park Ahjussi bahkan masih menundukkan kepalanya lesu, mendengar perbincangan kami di teras rumah. Aku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang mereka coba sembunyikan dariku.
“Kau pulanglah.. Siwon tidak ingin diganggu siapapun, termasuk kau. Kedatanganmu kemari hanya akan membuatnya sedih. Jadi kumohon, pulanglah Sora-ya..” Ia akhirnya kembali angkat bicara setelah aku mengejarnya dengan banyak pertanyaan. Jawaban yang ia berikan sangat tidak memuaskanku, dan justru membuatku semakin khawatir. Aku termenung, membisu mendengar ucapannya itu. Sedih? Apa maksudnya? Apa yang kulakukan hingga membuat Siwon sedih? Aku tidak mengerti. Sedikitpun aku tidak mengerti.
“Apa? Apa yang sudah kulakukan? Ahjumma..—“ belum selesai aku bicara, Choi Ahjumma sudah menyela untuk memerintahkan Park Ahjussi dan juga sekuriti yang lain untuk membawaku keluar. Aku tidak percaya dengan apa yang kualami siang itu. Rasanya aneh sekali. Apa yang terjadi? Kenapa kehadiranku begitu tak diinginkan? Aku bahkan belum berhasil menemui Siwon Oppa. Aku yang kembali terdiam, hanya bisa menangis saat Choi Ahjumma melakukan itu padaku. Aku masih belum beranjak sedikitpun dan terus memandanginya dengan tatapan menyedihkan yang kumiliki saat itu.
“Sora-ssi, sebaiknya kau pulang sekarang.. Ayo ikut aku..” ajak Park Ahjussi yang berusaha menarikku keluar. Aku tidak mau. Aku memberontak dan bertahan sekuat mungkin agar Park Ahjussi dan yang lainnya berhenti untuk memaksaku.
“Ahjumma, jebal.. Aku ingin masuk dan bertemu Siwon Oppa..” pintaku sekali lagi dengan airmata yang mulai bercucuran membasahi pipiku. “Ahjumma..” aku terus memanggilnya namun ia terus mengalihkan pandangannya dariku. Park Ahjussi kembali menarikku, dan kini pertahananku mulai goyah. Aku terlalu lemah. “Ahjumma! Ahjumma, jebal..!” aku berusaha untuk melepaskan diri namun tenagaku tak cukup lagi untuk melakukannya. “Ahjumma…” panggilku terakhir kali sebelum akhirnya mereka benar-benar berhasil mengusirku.
****
“Yoboseyo?” sapaku pada seseorang di ujung telepon yang mencoba menghubungiku.
“Sora-ya..” balasnya dengan suara khas yang sudah sangat kukenal.
“Ne, Hyuk-ah.. Waeyo?”
“Bisakah kita bertemu sore ini di kafe Comma? Ada yang ingin kubicarakan denganmu..”
“Sore ini? Baiklah.. Jam 4 tepat aku akan datang..” ucapku mengiyakan ajakan itu, sebelum akhirnya memutuskan sambungan telepon kami.
Eunhyuk atau yang biasa kusapa Hyuk-ah, adalah teman baikku dan juga Siwon. Sudah cukup lama aku tidak bertemu dengannya. Aku tidak tahu kenapa ia tiba-tiba menghubungiku. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin ia sampaikan padaku. Jika itu menyangkut Siwon Oppa, aku harap ia akan benar-benar menjelaskan segala misteri yang belum berhasil kupecahkan dan aku harap itu adalah kabar baik. Aku masih sangat sedih jika harus mengingat insiden pengusiran yang kualami di rumah Siwon kemarin.

Jam 4 lewat 10 menit, aku tiba di kafe yang kami janjikan untuk bisa bertemu. Bisa kulihat dari kaca pembatas kafe itu, Eunhyuk sudah datang lebih dulu dan sibuk dengan gadgetnya.
“Hyuk-ah, apakah aku begitu terlambat? Mian..” ujarku begitu sampai dihadapannya dan segera menarik kursi untuk bisa duduk berhadapan dengannya.
“Ah, tidak.. Ini baru lewat 10 menit. Aku bisa mengerti karena jalanan Seoul memang sangat padat dan macet akhir-akhir ini..” jawabnya santai dengan senyum khasnya yang memperlihatkan gusi dan sederetan gigi putihnya.
“Sudah lama sekali sejak kita terakhir bertemu.. Bagaimana kabarmu? Hubunganmu dengan Siwon bagaimana? Masih baik-baik saja kan?” lanjutnya lagi dengan sederet pertanyaan yang membuatku begitu tertegun saat ia mengucapkan nama Siwon.
 “Ne? Oh, tentu. Aku baik, dan hubungan kami juga masih baik-baik saja..” jawabku tanpa pikir panjang dengan senyum yang memang aku buat-buat untuk menutupi masalah yang sedang kualami. Dugaanku bahwa ia mengetahui sesuatu tentang Siwon ternyata salah. Ia tidak tahu apapun tentang apa yang terjadi. Untuk itu, aku urungkan niatku untuk bercerita ataupun meminta bantuannya. Selesai dengan jawaban itu, aku melihat Eunhyuk yang juga sedang memandangku dengan tatapan yang tak biasa. Kami saling menatap untuk beberapa saat, seolah ia bisa membaca pikiranku hingga membuat suasana menjadi agak canggung saat itu.
“Lalu bagaimana denganmu, Hyuk-ah?” tanyaku untuk memecah keheningan diantara kami dan menghilangkan segala kecanggungan ini.
“Sora-ya, sebenarnya tujuanku mengajakmu kemari adalah untuk memberikan ini..” balasnya yang sama sekali tidak menjawab pertanyaanku, sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempangnya dan menunjukkan benda itu padaku.
“Apa maksudnya? Bagaimana kau bisa tahu..?” aku begitu terkejut ketika ia meletakkan setoples bintang yang terbuat dari kertas lipat itu di atas meja.
“Mungkin ini belum bisa membuat koleksi bintang kertasmu sampai 1000. Tapi berapapun jumlahnya, aku harap ini bisa cukup membantumu ya..” ucapnya yang terdengar sangat tulus, kembali dengan senyum khasnya sebagai penutup. Aku begitu tersentuh dengan sikap dan perkataannya.
“Gomawoyo! Tapi.. Bagaimana kau bisa tahu?” karena penasaran, aku mulai melemparkan pertanyaan yang terkesan menyelidik padanya. Mendengar pertanyaanku, ia tak langsung menjawab dan tampak sedikit berpikir, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. Seketika itu juga, ia tampak mencurigakan bagiku.
“Ah, sudah hampir jam 5! Aku lupa kalau hari ini ada janji lain. Sora-ya, gomawo karena sudah mau bertemu denganku sore ini. Aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, dan sampaikan salamku untuk Siwon!” selorohnya kemudian berdiri dan beranjak dari hadapanku.
****
“Sora-ya, saatnya makan malam. Ayo cepat, sebelum nasi-nya akan menjadi dingin!” panggil Omma, mengingatkanku akan waktu makan malam. Aku yang masih sibuk dengan pekerjaan yang dikejar deadline harus cepat-cepat turun ke lantai bawah, sebelum Omma akan benar-benar mengomeliku karena tak kunjung muncul di ruang makan. Karena terburu-buru saat membereskan meja, aku tak sengaja menjatuhkan toples bintang pemberian Eunhyuk tadi sore. Untunglah toples itu tidak pecah. Tetapi isi toples itu tumpah berserakan dan berantakan. Aku berniat membereskannya dulu sebelum meninggalkan kamar. Saat hendak kubereskan, ternyata ada secarik kertas kecil seperti surat di antara bintang-bintang itu.
“Sora-ya, Bagaimana keadaanmu? Maafkan aku karena tidak menepati janjiku untuk nonton film bersama sore itu. Kau pasti sangat marah padaku. Karena ada sesuatu yang mendesak, aku tak bisa bertemu denganmu. Aku sengaja membuatkan bintang kertas ini untukmu sebagai permintaan maafku. Aku tahu kau akan suka. Mungkin ini tidak banyak, dan masih kurang untuk bisa membuat koleksimu mencapai 1000. Tapi aku harap kau akan bisa memaafkanku dengan ini. Aku sudah berusaha semalaman untuk membuatkannya untukmu! Simpan dengan baik ya :^)”
Tanganku bergetar setelah membaca apa yang tertera didalamnya. Airmataku tak bisa kutahan lagi untuk tidak jatuh. Aku menangis, entah karena terharu atau sedih atau merindukannya. Aku pikir ketiganya benar. Aku sangat ingin bertemu dengannya malam itu juga.
Aku segera berbenah diri dengan pakaian rapi dan jaket tebal karena udara di luar akan sangat dingin di malam hari. Aku berjalan menuruni tangga perlahan agar jangan sampai Omma dan Appa tahu aku akan pergi. Karena kalau mereka tahu, aku pasti tidak akan diijinkan pergi selarut ini. Aku melewati ruang tengah dan ruang makan dengan hati-hati. Bersyukur, Omma dan Appa tidak sedang melihatku saat itu. Aku berhasil keluar rumah malam itu dan tujuanku adalah untuk kembali ke rumah Siwon. Apapun yang terjadi.

Aku terus berdiri dan menunggu di depan rumah megah milik keluarga Choi. Aku sengaja tidak memencet bel, dan hanya berdiri memandang kemewahan rumah itu dari luar. Berharap Siwon akan menunjukkan dirinya malam itu dan melihatku sudah berdiri di depan rumahnya. Meski kedinginan, aku tidak peduli dan terus menunggu. Malam semakin larut, dan aku masih menunggu. Seperti gadis bodoh. Ya, Siwon sudah membuatku bertingkah seperti gadis bodoh. Tapi aku menyukainya. Belum pernah aku merasa serindu ini pada seseorang, sekaligus kesal pada saat yang sama. Aku hanya ingin melihatnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya, apa yang ia lakukan hingga ia mencampakkan aku seperti ini. Saat aku tengah asik dengan lamunan dan pemikiranku sendiri, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh guntur dari langit. Hujan sudah turun membasahi rambut dan pakaianku sedikit demi sedikit, hingga hujan itu semakin deras. Aku tidak membawa payung, bahkan ponselku kutinggalkan karena terburu-buru. Omma pasti akan marah besar jika tahu apa yang sudah kulakukan ini.
Tak lama setelah itu, di saat aku memeluk diriku sendiri seperti gadis jalanan yang kedinginan dan kehilangan arah, hujan itu berhenti. Berhenti mengguyur tubuhku yang semakin melemah dan mati rasa karena kedinginan. Sesuatu yang besar melindungiku dari tangisan langit malam itu.
“Ternyata kau di sini. Sesuai dugaanku..” terdengar suara khas seorang pria yang sudah berdiri di sampingku dengan payung yang dibawanya. Aku yang menggigil hanya bisa memandangnya heran.
“Kau pergi begitu saja dan meninggalkan ponselmu, hingga membuat Omma-mu begitu khawatir. Begitukah sikap seorang gadis dewasa yang benar?” tukasnya terdengar sedikit marah. Kenapa? Kenapa dia harus marah? Ia mulai melepaskan sweater yang dikenakannya dan menyelimutiku dengan sweater itu. Melihatnya bersikap sok perhatian seperti itu membuatku semakin muak. Aku menampiknya.
“Apa yang terjadi pada Siwon Oppa? Kau tahu sesuatu kan?” tanyaku langsung ke pokok permasalahan. Aku juga sangat kesal padanya karena tidak memberitahuku kalau bintang kertas itu milik Siwon. Ia juga bersikap seolah ia tak tahu apapun, padahal kenyataannya ia sangat tahu.
“Hyuk-ah. Jawab aku! Kau tahu sesuatu kan?” tanyaku sekali lagi dengan intonasi yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. “Aku tahu sesuatu telah terjadi pada Siwon. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia menghindariku?” aku begitu frustrasi karena terus memikirkannya. Satu-satunya orang yang bisa kuandalkan hanya Eunhyuk.
“Mianhae. Ini sudah malam dan kau kehujanan. Kau bisa sakit. Aku akan menjelaskannya padamu setelah kita sampai di rumah. Ayo..” Eunhyuk meraih tanganku hendak mengajakku pulang bersamanya, dan sekali lagi aku menampiknya.
“Tidak. Aku tidak akan pergi dari sini sampai aku tahu apa alasan Siwon Oppa menghindariku..! Aku sangat merindukannya, aku ingin bertemu dengannya. Tolong aku..” aku mulai hilang akal dan berteriak dihadapannya seperti orang gila. Aku menarik kerah kaosnya dan memukul-mukul dada-nya frustrasi. Eunhyuk tidak melawan sedikitpun, dan justru mendekapku erat.
“Mianhae.. Ijinkan aku untuk membantumu. Katakan apa yang harus aku lakukan. Jangan menangis lagi..”
****
“Ahjussi, kami tahu ini sudah terlalu larut untuk berkunjung. Tapi kami mohon, ijinkan kami masuk..” pinta Eunhyuk setelah memencet tombol bel di depan rumah besar itu dan membuat Park Ahjussi harus menunjukkan dirinya.
“Kalian..? Sora-ssi.. Bagaimana kalian bisa datang selarut ini? Dan Sora-ssi, bagaimana kau bisa sampai basah kuyup begini? Baiklah, ayo masuk..” timpal Park Ahjussi yang tak tega melihat keadaanku dan Eunhyuk di malam yang berhujan deras itu.
Park Ahjussi segera masuk ke dalam untuk memberitahu kepala pelayan, agar Eunhyuk dan aku bisa diperbolehkan masuk hanya untuk malam itu saja. Beruntung, kami akhirnya diperbolehkan masuk. Aku begitu cemas kalau Choi Ahjussi dan Choi Ahjumma mengetahui kedatangan kami lalu mengusir kami seperti yang kualami waktu itu.
“Tidak usah takut, Sora-ya. Kalau mereka tidak menginginkan kehadiranmu, aku yang akan membelamu..” ujar Eunhyuk seakan tahu benar apa yang ada dalam benakku. Membuatku begitu tercengang sekaligus merasa aman.
“Gomawo..” jawabku lirih padanya, lebih terdengar seperti sebuah bisikan.
“Bagaimana kalian bisa datang kemari selarut ini?” Tanya Choi Ahjumma yang muncul tiba-tiba dan membuatku hampir terkena serangan jantung karena takut. Aku memegang lengan Eunhyuk erat dan berusaha sembunyi di balik tubuhnya.
“Ahjumma.. Jwosonghaeyo.. Aku mengantarkan Sora karena ia sangat ingin bertemu dengan Siwon malam ini. Kami mohon supaya Ahjumma mengijinkan kami melihatnya..” ucap Eunhyuk pada Choi Ahjumma yang masih belum bisa kumengerti. Dari kalimat yang dilontarkan Eunhyuk, kenapa ia menggunakan kata ‘melihat’? itu menimbulkan rasa penasaran dalam benakku. Aku menemukan kejanggalan dari kata-kata itu. Apa maksudnya?
“Sora-ya.. Berhenti bersembunyi dariku seperti itu.” Perkataan Choi Ahjumma cukup mengejutkanku. Sepertinya ia sudah tidak marah padaku. “Maaf atas sikapku padamu waktu itu. Aku hanya tidak ingin Siwon sedih. Karena ini sudah larut, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain mengijinkan kalian melihatnya. Dan Sora-ya, kau boleh menginap di sini malam ini jika kau mau.. Sepertinya Siwon juga sangat membutuhkanmu..” jelas Choi Ahjumma panjang lebar. Sedangkan aku masih harus mencernanya satu per satu. Aku tidak mengerti apa maksud perkataannya dengan ‘melihatnya’, dan juga ‘sedih’. hal itu membuatku semakin takut untuk menerima kenyataan. Aku takut sesuatu yang buruk sudah menantiku di depan mata. Aku tidak siap.
“Sora-ya, jangan takut. Ada aku di sini. Choi Ahjumma sudah memperbolehkan kita masuk. Ayo, kita ke kamar Siwon sekarang.. Kau akan tahu nanti..” ajak Eunhyuk yang sudah meraih dan menggenggam tanganku, mencoba memberiku sedikit kekuatan. Dari cara bicaranya, sepertinya itu memang sesuatu yang buruk. Aku takut kalau dugaanku benar. Tidak. Aku tidak ingin itu terjadi.
Eunhyuk terus menggandeng tanganku untuk berjalan mengikuti Choi Ahjumma menuju kamar Siwon. Aku merasa semakin aneh. Aku sudah tahu dimana letak kamar Siwon, begitu juga dengan Eunhyuk. Kenapa Choi Ahjumma harus mengantar kami? Di tengah perjalanan kami menaiki anak tangga, aroma obat-obatan mulai menyeruak masuk ke dalam rongga penciumanku. Tubuhku semakin bergetar. Tiba-tiba saja aku tidak ingin lagi meneruskannya. Aku menghentikan langkahku.
“Ada apa, Sora-ya?” Tanya Eunhyuk yang heran dengan sikapku. Aku hanya takut. Aku takut sesuatu terjadi pada Siwon.
“Aku.. Aku tidak ingin lagi meneruskannya..” jawabku asal tanpa pikir panjang, dan melepaskan genggaman Eunhyuk dari tanganku.
“Tidak.. Aku tidak ingin meneruskannya.. Aku tidak mau.. Aku takut.. Siwon Oppa..” aku mulai meracau tidak jelas. Tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.
“Sora-ya..” panggil Choi Ahjumma yang juga terdengar bergetar, membuatku semakin yakin bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada Siwon. Aku bisa melihat itu dari air muka Choi Ahjumma.
“Tidak. Katakan padaku itu tidak benar! Siwon Oppa-ku baik-baik saja.. Iya kan? Choi Ahjumma, Hyuk-ah.. Katakan padaku itu tidak benar..! Katakan padaku! Jebal!” selorohku frustrasi, membuat semua pelayan yang ada di dalam rumah itu harus ikut menunjukkan diri untuk memeriksa apa yang terjadi. Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan membuat kegaduhan di rumah orang lain.
“Sora-ya.. Mianhae.. Sebenarnya Siwon.. Dia.. Dia menderita kanker lambung..” jelas Choi Ahjumma kemudian, sambil terisak dan berusaha menyeka airmatanya. Duniaku seakan runtuh mendengar itu. Hatiku hancur. Sakit sekali. Aku berusaha untuk tersenyum menanggapi hal itu. Namun perasaanku sama sekali tak bisa dibohongi. Airmataku terus mengucur keluar dari kedua kelopak mataku. Aku tidak pernah membayangkan ini terjadi sebelumnya. Sejauh ini hidupku sudah begitu baik, bahkan sempurna. Kenapa takdir harus menghancurkannya seperti ini? Kenapa aku? Kenapa Siwon? Kenapa?
****
Setelah mengetahui yang sebenarnya, aku lebih memilih untuk mengurung diri di kamar. Berulang kali Omma membujukku untuk makan, namun aku tak pernah benar-benar menanggapinya. Yang kulakukan hanya bisa merenung dan menangis. Aku pikir aku akan mati hanya dengan melakukan 2 hal itu. Tapi bukankah itu bagus? Jika aku mati, bukankah aku dan Siwon akan tetap bisa bersama? Pikiranku mulai kacau. Aku tidak punya cukup kekuatan untuk bisa beraktivitas dengan normal seperti biasa. Aku merasa duniaku sudah hancur. Aku memandang koleksi bintang kertasku dengan senyum pahit. Sedetik kemudian, airmata kembali membasahi pipiku. Aku menangis sejadinya saat itu. Berteriak frustrasi, tak peduli jika semua orang akan menganggapku gila.
“Sora-ya, buka pintunya! Sora-ya..!” teriak Omma dari depan pintu kamarku sambil terus menggedor pintu itu keras.
“Sora-ya! Cepat buka pintunya! Ada yang harus kukatakan padamu..” seloroh seorang lain yang juga sudah berdiri di depan kamarku. Eunhyuk.
Aku berusaha menguatkan diriku untuk bangkit, lalu menyeka airmataku sebelum akhirnya aku menuruti permintaan Omma dan Eunhyuk untuk membuka pintu.

“Hari ini Siwon akan dipindahkan ke rumah sakit. Penyakitnya sudah sangat parah karena ia selalu menolak untuk diperiksa di rumah sakit selama ini. Kau harus datang dan melihatnya. Siwon membutuhkanmu..” ujar Eunhyuk padaku, membuat pertahananku –sekali lagi- goyah.
“…….” Tidak ada balasan apapun yang keluar dari mulutku. Airmataku serasa kering dan aku sudah terlalu lelah untuk menangis. Eunhyuk menggenggam tanganku, menyalurkan kehangatan yang ia miliki untuk membuatku tegar.
“Aku tahu kau sangat ingin melihatnya. Kuatlah. Kita akan segera ke rumah sakit untuk menjenguknya..”
“Kenapa..? Kenapa ia tak jujur padaku?” tanyaku yang akhirnya angkat bicara, membuat Eunhyuk menatapku iba tanpa bisa menjawabnya.
****
Dengan terus menggenggam toples bintang kertas milikku, aku berjalan lemah menyusuri koridor rumah sakit itu bersama Eunhyuk. Aku sudah cukup terpuruk, dan kini aku sudah terlalu lelah. Aku pasrah. Apapun yang terjadi, aku harus bisa kuat. Kami sampai di depan sebuah ruangan, tempat Siwon di rawat. Tanganku yang kembali bergetar kutautkan erat pada toples bintangku, agar jangan sampai siapapun melihat kelemahanku ini. Eunhyuk membuka pintu itu perlahan dan mempersilakan aku untuk masuk. Aku melangkahkan kaki-ku ragu, namun akhirnya aku tetap melangkah masuk. Bisa kulihat seseorang terbaring di ranjang berwarna putih itu. Ia tampak sangat berbeda, tidak seperti Siwon yang selama ini kukenal. Sangat pucat. Tubuh tegap dan atletisnya yang selalu kusukai kini harus terbaring lemah dan tak berdaya. Aku mendekatinya. Mengamati seksama wajah tampannya yang telah memucat dan terhalang oleh masker oksigen yang ia kenakan. Aku duduk di tepi ranjang itu, dan meletakkan setoples bintang kertasku di meja yang tak jauh dari ranjang.
“Oppa, aku datang.. Bangunlah dan lihat aku.. Aku sangat marah karena kau tidak jujur padaku.. Kenapa kau lakukan ini padaku?” tanyaku lirih dan sedikit terbata karena menahan tangis. Tanganku tergerak untuk bisa menyentuhnya. Aku membelai lembut rambutnya, sebelum akhirnya sesuatu yang mengejutkan terjadi. Rambutnya yang kubelai ikut terbawa di sela-sela jariku. Sudah separah inikah? Aku bahkan tidak menggunakan tenaga untuk melakukannya tapi rambutnya rontok begitu mudah. Tuhan, kenapa harus seperti ini? Apa yang harus kulakukan? Aku menarik tanganku dan menggenggam helaian rambutnya yang masih terbawa. Aku tak bisa lagi menahan tangisku. Aku terisak, hingga akhirnya Eunhyuk mendekatiku.
“Kau tampak lelah. Ayo kita pulang. Kita bisa menjenguknya lagi besok..”
Aku memandang Eunhyuk sekilas lalu kembali melemparkan pandanganku pada Siwon. Aku masih belum bisa menghentikan tangisku saat itu. “Oppa, besok aku akan datang lagi. Tunggu aku..”
****
Di rumah, aku berniat untuk meneruskan pembuatan bintang kertasku. Aku sudah membawa separuh yang kumiliki sebelumnya ke rumah sakit. Itu berarti, masih tersisa separuh lagi dari 1000, atau lebih tepatnya sebanyak 500 buah. Aku ingat bahwa Siwon telah membuatkan 200 bintang untukku. Dengan bantuan Siwon, kini aku tak perlu susah payah untuk membuat hingga 500. Tersisa sekitar 300 buah bintang lagi untuk aku bisa mencapai 1000 bintang, dan setelah itu aku bisa membuat sebuah permohonan. Jika dulu aku tak punya keinginan yang pasti, kini aku sudah memilikinya. Aku berjanji dalam hati bahwa permohonanku adalah untuk Siwon. Untuk kami bisa selalu bersama. Aku membuat bintang-bintang itu dengan giat sepanjang malam. Aku terjaga hanya untuk membuatnya.
Keesokan harinya, aku bersemangat untuk bisa segera menjenguk Siwon di rumah sakit. Aku sudah menyelesaikan bintang kertas origami-ku hingga 1000 buah. Dengan permohonan yang sudah kubuat dalam hati, aku berjalan dengan pasti. Namun langkahku sempat terhenti begitu kulihat beberapa dokter yang baru saja keluar dari kamar rawat Siwon. Jantungku berdebar tak keruan, memikirkan kemungkinan terburuk apa saja yang akan terjadi. Semoga semua itu tidak benar dan hanya pemikiranku saja. Aku melanjutkan langkahku, lebih cepat, ketika para dokter itu sudah berjalan menjauh. Aku melihatnya dari kaca pintu kamar itu, dan lega mendapati Siwon yang masih berada di sana. Ia tampak lebih baik dari kemarin. Masker oksigen sudah tidak dikenakannya lagi, dan ia duduk bersandar pada ranjangnya. Aku memutar kenop pintu pelan dan masuk ke dalam.
“Sora-ya..?” sapanya seakan tak percaya bahwa aku benar-benar datang dan berdiri dihadapannya.
Aku berjalan pelan mendekat ke arahnya, meletakkan setoples bintang kertasku yang berikutnya ke atas meja lalu memeluknya dalam diam. Aku memeluknya erat, dan mulai menangis lagi. Dadaku sesak sekali. Rasanya ingin sekali memarahinya, memakinya, memukulnya karena ia tak jujur padaku dan tega membuatku begitu terpuruk selama beberapa hari terakhir.
“Sora-ya..” panggilnya lagi dengan suara lemah. Ia membalas pelukanku, dan membelai kepalaku lembut.
“Kumohon bertahanlah.. Demi aku, ayah dan ibumu, Eunhyuk, dan juga demi dirimu sendiri..” pintaku dengan suara serak di sela-sela tangisku yang semakin menjadi-jadi. Aku masih terus memeluknya, seakan tak ingin melepasnya. Begitu juga dengan Siwon. Dengan 1000 bintang yang kumiliki, aku harap Tuhan akan mengabulkan doaku. Agar aku dan Siwon bisa bersama selamanya..
****
“Sora-ya..? Sora-ya..? Kau sudah sadar..?” suara seseorang yang sangat kukenal dan bahkan kusukai itu terus mengalir dalam indera pendengaranku, dan membangunkanku. Aku membuka kedua mataku perlahan, entah kenapa rasanya berat sekali. Setelah benar-benar membuka mata, aku melihat siluet seorang pria tampan yang sudah ada dihadapanku. Aku pikir aku akan benar-benar jatuh cinta padanya.
“Sora-ya..” panggil orang itu lagi kemudian menggenggam tanganku. Aku berusaha mengumpulkan seluruh nyawaku untuk benar-benar tersadar.
“Siwon Oppa..” aku begitu terkejut mendapatinya telah duduk di samping ranjangku, dengan pakaian rapi dan tampak sangat tampan, meskipun dengan raut wajah penuh kekhawatiran yang ditampilkannya.
“Siwon Oppa..? Ini benar kau kan?” tanyaku lagi untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Apakah aku sedang bermimpi? Siwon yang mendengar itu heran, dan menempelkan punggung tangannya di kening-ku, memastikan apakah aku sedang demam atau tidak.
“Aku kira demammu sudah turun. Tapi kenapa kau jadi aneh begini..? Sudah, istirahat saja. Aku akan menemanimu..” ujar Siwon lalu membenahi letak bantal dan selimutku, menyuruhku untuk kembali tidur.
“Apa yang terjadi? Bukankah kau sedang dirawat di rumah sakit? Kenapa kau malah kerumahku?” tanyaku lagi yang membuat Siwon semakin bingung dan mengernyitkan kedua alisnya.
“Kau ini bicara apa? Kau pingsan di depan gedung bioskop saat menungguku, Sora-ya. Kau tidak ingat? Mian karena aku datang terlambat dan membuatmu menunggu cukup lama.. Segera setelah tahu kau pingsan, aku membawamu pulang dan memanggilkan dokter. Kau pingsan karena kelelahan..” jelas Siwon panjang lebar, membuatku terbelalak tak percaya dan tak tahu harus berkata apa.
“Apa kau yang menyelesaikan semua itu?” Tanya Siwon yang membuyarkan segala lamunanku saat itu, sambil memandang ke arah bintang kertas origami-ku yang masih berserakan memenuhi meja kerjaku. Aku masih berusaha memutar otak untuk berpikir dan belum sempat menjawabnya.
“Apa kau sudah berhasil membuatnya hingga 1000? Kau pasti kelelahan karena membuat itu semua sepanjang malam. Haisshh.. Dasar anak nakal..” ucapnya lagi sambil mengacak rambutku pelan.
Aku masih belum bisa percaya pada apa yang baru saja kualami. Aku pikir aku telah bermimpi. Mimpi yang sangat buruk, sekaligus sangat berharga. Aku tidak ingat bahwa aku sudah menyelesaikan bintang kertasku sebelum aku pergi ke bioskop. Aku memandang Siwon lama, kemudian menggenggam erat tangannya. Siwon sempat terkejut menyikapi tingkahku yang aneh. Ia mengangkat kedua alisnya, hendak menyampaikan ‘ada apa?’ dan aku hanya tersenyum melihatnya melakukan itu sambil terus menggenggam tangannya.
“Saranghae..” ucapku dengan mata berkaca-kaca. Aku bersyukur bahwa apa yang kualami hanyalah mimpi. Aku tidak bisa membayangkan jika itu benar terjadi dan Siwon akan meninggalkanku.
Siwon hanya berdecak. “Haruskah aku mengatakannya juga padamu?” balasnya kemudian tersenyum.
“Tidak. Aku tahu kau juga mencintaiku. Gomawo..” timpalku, membuat kami hanyut dalam tawa.

Hari semakin larut. Siwon segera pulang setelah memastikan bahwa aku baik-baik saja. Beberapa saat setelah ia pergi, aku bangkit dari ranjangku dan menuju meja kerja. Aku membereskan bintang kertasku dengan cepat dan memasukkannya ke dalam toples yang terbuat dari kaca bening. Menutupnya lalu mengikatkan seuntai pita berwarna pink pada leher toples itu. Tidak lupa aku menuliskan sesuatu pada secarik kertas kecil untuk bisa kutempelkan pada badan toples itu. Dan itulah permohonan hatiku yang paling dalam dan tulus, yang pernah kumiliki.
“Mr. Choi Siwon & Miss Jang Sora, FOREVER! :^)”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar