“COMPASS”
(Part
1)
By : Kxanoppa | Tags : Lee Donghae, Cho
Kyuhyun, Michelle Wang (OC), Han Seolji (OC), Yoon Heejun (OC), nyonya Hong
(OC) | Genre : Life, Romance, Tragedy, Angst | Length : Chaptered | Rating :
PG-17
A/N : Paragraf yang
dicetak miring dalam storyline menandakan flashback. Beware of any typos.
Thanks to tifftania
for the amazing poster!
Recommended Song :
*
Summary :
“Ketika hingar bingar kehidupan kota, dengan segala fasilitas berkelas
dan gaya hidup modern yang mewah belum memenuhi kepuasan batinmu.. Ketika takdir
mempertemukanmu dengan seseorang yang tak pernah kau bayangkan akan hadir dalam
hidupmu dan membawa pengaruh yang mampu merubah hidupmu, secara total.
—Bagaikan sebuah kompas, kau membuat hidupku terarah—
(Michelle Wang)“
*
Michelle Wang, seorang gadis 21
tahun yang memiliki segalanya. Kesempurnaan fisik, kekayaan, perhatian, dan
cinta. Hidup di tengah-tengah keluarga yang utuh dan harmonis. Sejak kecil,
Michelle selalu mendapat fasilitas nomor 1 dan sudah bisa mengecap indahnya
hidup berkecukupan, tanpa ia harus bersusah payah untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya.
Sejak memasuki kehidupan
perkuliahannya, ia memutuskan untuk tinggal di sebuah apartemen di dekat
kampusnya dengan sebuah kendaraan berupa mobil, yang diberikan khusus oleh
orangtuanya untuk mempermudah aktivitas putri kesayangan mereka itu. Uang saku
yang hampir mencapai nominal 10 juta per bulan, masih belum cukup untuk membuat
Michelle sepenuhnya mengerti tentang apa arti kata menabung. Ia justru
kebingungan mencari cara, bagaimana bisa menggunakan uang sakunya itu dengan
maksimal.
You Only Live Once, adalah motto
yang hingga kini dipegang teguh oleh Michelle. Dalam sudut pandangnya, motto itu menuntunnya untuk bisa
menikmati hidup dengan melakukan apapun yang ia sukai. Apapun. Terlepas dari
konotasi negatif yang melekat dengan konteks itu. Kehidupan hedonis telah
menguasainya. Ia tidak mempersalahkan pergaulannya, termasuk teman-temannya
yang terlibat di dalamnya. Tidak ada istilah lingkungan yang buruk. Karena
hidup adalah sebuah pilihan, dan Michelle telah menetapkan pilihannya sendiri.
Terkadang, rasa bersalah dan
penyesalan itu ada. Namun Michelle berusaha untuk membuangnya jauh-jauh. Sekali
lagi, motto andalannya itu yang terus
memotivasinya.
“Sampai kapan kau akan terus
minum? Kau sudah minum terlalu banyak, Michelle! Ini bahkan hampir jam 4 pagi
dan kau masih asik di sini!” seru salah seorang temannya yang mencoba
memperingatkannya.
“Ya, Seolji-a! Kenapa sih,
kau ini cerewet sekali? Aish..
Mengganggu kesenanganku saja,” balas Michelle dengan nada dan intonasi
naik-turun, seperti layaknya orang yang sedang mabuk.
Seolji meraih botol minuman keras
yang nyaris kosong itu dari hadapan Michelle, berniat mencegah gadis itu untuk
meminumnya lagi. “Kau ‘kan harus menyetir! Bagaimana mungkin kau menyetir dalam
keadaan seperti ini, eoh?” seru Seolji untuk kedua-kalinya. Michelle
menjatuhkan kepalanya yang terasa berat ke atas meja. Tak dihiraukannya
peringatan Seolji, dan justru menggumamkan hal-hal tak jelas. “Ya! Jangan tidur di sini, aish! Kau ini selalu merepotkan!” Tanpa
pikir panjang, Seolji langsung merogoh tas Michelle untuk mengambil ponsel
gadis itu dan menghubungi sebuah kontak.
“Ya, Cho Kyuhyun! Tolong urus kekasihmu yang tukang mabuk ini. Aku
harus segera kembali sebelum orangtuaku sampai ke rumah dan membunuhku!” tanpa
mendengar jawaban dari si penerima telpon, Seolji langsung memutuskan sambungan
itu secara sepihak. “Ya, kau tunggu
di sini dan jangan kemana-mana. Sebentar lagi Kyuhyun akan menjemputmu, ara?
Aku pergi!” pekik Seolji sebelum akhirnya menghambur keluar pub dengan tergesa.
*
Seorang pria muda baru saja
terbangun dari tidur lelapnya. Ia bangkit dari ranjangnya dengan hati-hati.
Sedikit tertatih ia melangkahkan kakinya, sambil tangannya meraba permukaan
dinding mencari sesuatu yang sangat dibutuhkannya untuk membuatnya berjalan
dengan seimbang. Sebuah tongkat kayu panjang berwarna coklat gelap, yang ia
sandarkan di dinding kamarnya.