Title : Once, By Your Side
Genre :
romance, tragedy, angst
Tags : Cho
Kyuhyun, Lee Sungmin, Shin In Young (OC), Park Yoonshik (OC), Park Jang Mi (OC)
Rating : pg-17+
(!!!)
Length : one
shot
Notes : Hal
yg perlu diinget saat membaca: ini cm ff alias karangan dan untaian imajinasi
dari perasaan dan pikiran author jd jgn terlalu dibawa emosi/pikiran/hati yah
chingu. Ff ini dibuat tanpa ada unsur utk menjatuhkan/melecehkan siapapun.
Murni utk hiburan semata. No bash, no copy, no silent readers!!! Yang ga komen
ntar ga bakal ketemu sama biasnya!! Muahahaha!!! (sebelumnya pernah dipost di https://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/07/01/once-by-your-side/)
SCENE
Gyeongju. May, 2010.
"Besok aku sudah harus berangkat ke Seoul."
Ucap pria berhidung mancung itu sembari menopangkan kedua tangannya pada balkon
rumah seorang gadis yang saat itu menjadi lawan bicaranya. Gadis itu tidak
merespon dan menyejajarkan posisinya yang berdiri di samping pria itu. Karena
tidak ada jawaban apapun, pria itu tergerak untuk menatapnya. "Gokjonghajima,
In Young-ah. Aku pasti akan kembali. Aku tidak akan meninggalkanmu.." Ujar
pria itu lagi, kemudian meraih tangan gadis yang disapanya In Young itu dan
menggenggamnya erat. "Ara. Hati hatilah dan cepat kembali. Gidarilkke.."
Balas gadis itu pada akhirnya, dengan senyum terbaik yang bisa ia berikan.
Walau kenyataannya hatinya begitu sakit mengingat kekasihnya yang akan pergi
meninggalkannya.
**
May, 2013.
Gadis itu.
Shin In Young. Seakan tek pernah lelah menanti janji yang diberikan oleh
kekasih yang sangat dicintainya. Ia terus memegang janji itu, meski bertahun
tahun telah berlalu sejak terakhir kali pria itu memberikan kabar kepadanya, ia
tetap sabar menunggu dan yakin bahwa kekasihnya itu akan segera kembali untuk
menemuinya.
"Kapan
kau akan mulai membuka hatimu kembali? Kau tidak bisa terus seperti ini, In
Young-ah." Seorang wanita paruh baya tampak menyembulkan kepalanya,
memasuki kamar gadis itu dan berdiri di belakangnya. "Jika saja aku bisa
menghentikan semua ini. Perasaanku justru semakin kuat setiap harinya." Balas
In Young tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari atas balkon tempatnya
berdiri saat itu. Tempat yang kini menjadi tempat favoritnya sejak kepergian
Cho Kyuhyun, kekasihnya. "Kenapa tidak kau saja yang pergi
menemuinya?" Pertanyaan wanita yang berstatus sebagai ibu tiri, yang
enggan dipanggilnya ibu itu membuatnya terhenyak. Ia membalikkan tubuhnya
menghadap wanita itu dan membulatkan kedua matanya tak percaya. "Kupikir
tidak ada gunanya meneruskan perjodohan ini. Aku akan katakan pada ayahmu bahwa
kau sudah memiliki seseorang yang sangat kau cintai." Lanjut wanita itu
lagi. In Young berjalan mendekati wanita itu dan memeluknya erat. "Gomawo,
ahjumma. Kau sudah membuktikan padaku bahwa ibu tiri tidaklah seburuk yang
pernah kupikirkan selama ini." Ucap In Young tulus.
**
Seoul. July, 2010.
Seorang pria
muda tampak berjalan tergesa gesa dengan beberapa dokumen di tangannya. "Ne,
Aboji. Algesseo. Aku akan segera membawakannya padamu. Gokjonghajimaseyo.."
Ujarnya cepat sebelum memutuskan sambungan telponnya. Tanpa berlama lama ia
segera menghambur ke dalam mobilnya dan melajukannya secepat mungkin.
Tak butuh
waktu lama untuknya sampai di Blitz Corporation, perusahaan dimana ayahnya
bekerja. Ia segera menitipkan dokumen yang tadi dibawanya kepada sekretaris
yang sedang berjaga di depan ruang meeting saat itu. Beruntung ia datang tepat
waktu, sebelum meeting ayahnya dengan direktur perusahaan di mulai.
"Permisi, kamdoknim. Ada titipan dari seseorang bernama Cho Kyuhyun untuk Cho kwanrijanim." Tutur sekretaris itu sopan dihadapan direktur dan manajer Cho -ayah Kyuhyun, sembari menyerahkan dokumen itu. Selesai dengan itu, Kyuhyun memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya. Namun seseorang memanggilnya dan mengurungkan niatnya untuk keluar dari gedung kantor. "Kyuhyun-ah!" Seru pria dengan suara yang terdengar familiar di telinga Kyuhyun. "Oh, Sungmin Hyung! Lama tidak bertemu mengingat kau cukup sibuk. Aku juga belum sempat mengucapkan terimakasih." Ucap Kyuhyun semangat begitu pria yang disapanya 'Hyung' itu sudah berdiri tepat dihadapannya. "Untuk apa?" Tanya Sungmin bingung. "Tentu saja untuk pekerjaan yang kau berikan pada ayahku. Hyung, gomawoyo." Jelas Kyuhyun. Ya, jabatan ayah Kyuhyun memang didapatkan dari hasil perekrutan Sungmin, yang lebih dulu bekerja sebagai manajer Human Resource di Blitz Corp. Perusahaan itu sebenarnya adalah perusahaan milik paman Sungmin. Namun kenyataan itu tidak membuatnya serakah untuk menduduki posisi 'direktur'. Ia lebih memilih untuk memulai karirnya dari bawah. "Ah, itu bukan apa apa. Lagipula aku tahu ayahmu memang orang yang sangat berdedikasi dan beliau orang yang tepat untuk bisa mendapatkan posisi penting di perusahaan ini." Balas Sungmin sambil menepuk pelan pundak pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu. "Apa yang kau lakukan di sini?" Lanjut pria berwajah manis itu. "Aku baru saja mengantarkan dokumen ayahku yang tertinggal. Lalu kau sendiri darimana?" Balas Kyuhyun yang kini balik bertanya. "Aku baru saja menginterview calon pegawai baru di sebuah coffee shop. Ah, itu direktur Park dan manajer Cho. Sepertinya mereka sudah selesai rapat." Ujar Sungmin cepat sembari membungkuk memberi salam yang kemudian diikuti oleh Kyuhyun.
"Permisi, kamdoknim. Ada titipan dari seseorang bernama Cho Kyuhyun untuk Cho kwanrijanim." Tutur sekretaris itu sopan dihadapan direktur dan manajer Cho -ayah Kyuhyun, sembari menyerahkan dokumen itu. Selesai dengan itu, Kyuhyun memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya. Namun seseorang memanggilnya dan mengurungkan niatnya untuk keluar dari gedung kantor. "Kyuhyun-ah!" Seru pria dengan suara yang terdengar familiar di telinga Kyuhyun. "Oh, Sungmin Hyung! Lama tidak bertemu mengingat kau cukup sibuk. Aku juga belum sempat mengucapkan terimakasih." Ucap Kyuhyun semangat begitu pria yang disapanya 'Hyung' itu sudah berdiri tepat dihadapannya. "Untuk apa?" Tanya Sungmin bingung. "Tentu saja untuk pekerjaan yang kau berikan pada ayahku. Hyung, gomawoyo." Jelas Kyuhyun. Ya, jabatan ayah Kyuhyun memang didapatkan dari hasil perekrutan Sungmin, yang lebih dulu bekerja sebagai manajer Human Resource di Blitz Corp. Perusahaan itu sebenarnya adalah perusahaan milik paman Sungmin. Namun kenyataan itu tidak membuatnya serakah untuk menduduki posisi 'direktur'. Ia lebih memilih untuk memulai karirnya dari bawah. "Ah, itu bukan apa apa. Lagipula aku tahu ayahmu memang orang yang sangat berdedikasi dan beliau orang yang tepat untuk bisa mendapatkan posisi penting di perusahaan ini." Balas Sungmin sambil menepuk pelan pundak pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu. "Apa yang kau lakukan di sini?" Lanjut pria berwajah manis itu. "Aku baru saja mengantarkan dokumen ayahku yang tertinggal. Lalu kau sendiri darimana?" Balas Kyuhyun yang kini balik bertanya. "Aku baru saja menginterview calon pegawai baru di sebuah coffee shop. Ah, itu direktur Park dan manajer Cho. Sepertinya mereka sudah selesai rapat." Ujar Sungmin cepat sembari membungkuk memberi salam yang kemudian diikuti oleh Kyuhyun.
"Kyuhyun-ah,
kau masih di sini?" Tanya ayah Kyuhyun yang melihatnya masih berada di
perusahaan. "Ne, Aboji. Kebetulan aku bertemu dengan Sungmin Hyung saat
hendak pulang tadi." Jawab Kyuhyun sopan di hadapan ayahnya. "Apa
kabar manajer Cho?" Tanya Sungmin pada ayah Kyuhyun. "Aku baik.
Terimakasih untuk semuanya, Sungmin-ah. Kau sudah bekerja keras." Balas
ayah Kyuhyun ramah. Tak lama setelah itu Sungmin pamit dari hadapan Kyuhyun dan
ayahnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan direktur Park Yoonshik atau
yang dikenal dengan sebutan direktur Park tampak berjalan mendekati Kyuhyun dan
ayahnya. "Apakah ini putramu? Wah dia sungguh tampan.." Ujar direktur
Park dengan senyum mengembang saat melihat penampilan Kyuhyun yang memang
sangat rapi dengan kemeja biru langit dan celana panjang putihnya. "Ah, kamdoknim.
Ne, geuraejyo. Ini putraku, Cho Kyuhyun." Balas manajer Cho yang
memperkenalkan anaknya. "Annyeonghaseyo, kamdoknim. Cho Kyuhyun
imnida." Timpal Kyuhyun memperkenalkan diri seraya memberi salam pada direktur
Park. "Ah, ne. Melihatmu aku jadi teringat putriku, Jang Mi. Kupikir ia
seusiamu. Anak itu terlalu fokus bekerja hingga tidak ada waktu untuk
berkencan.. Kupikir kalian akan tampak sangat serasi.." Ujar direktur Park
diikuti tawanya yang khas. Manajer Cho hanya bisa ikut tertawa sedangkan
Kyuhyun hanya tersenyum canggung.
**
Beberapa hari
berlalu sejak pertemuan Kyuhyun dengan direktur Park. Malam itu, Kyuhyun dan
orangtuanya tengah makan bersama. "Kyuhyun-ah.." Panggil manajer Cho
pada putranya itu setelah meneguk segelas air di depannya. "Ne, aboji. Ada
apa?" Kyuhyun segera merespon setelah menelan makanannya. "Putri
direktur Park, Park Jang Mi. Kau masih ingat kan? Sebentar lagi ia ulangtahun
dan direktur Park akan mengadakan pesta. Beliau mengundang kita dan sangat
mengharapkan kedatanganmu." Ujar manajer Cho kemudian melanjutkan
aktivitas makannya. Kyuhyun yang mendengar itu hanya terdiam dan ikut
melanjutkan makan malamnya. Ia masih tidak mengerti kenapa direktur Park begitu
mengharapkan kedatangannya, ketika mereka bahkan baru bertemu sekali.
Makan malam
bersama di kediaman keluarga Cho telah selesai. Kyuhyun yang kini sudah berada
di kamarnya masih terus berusaha mencari alasan tentang keinginan direktur Park
untuk mengundangnya ke pesta ulangtahun putri tunggalnya. Kyuhyun bahkan belum
pernah sekalipun bertemu langsung dengan Park Jang Mi. Ia juga merasa tidak
berminat untuk menghadirinya. Tapi kalau ayahnya yang meminta, ia juga tak
mungkin bisa menghindar. Di tengah ia berpikir, tiba tiba ia merasakan tenggorokannya
kering. Ia pun melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air. Di sela sela
ia menuruni tangga, ia tak sengaja mendengar perbincangan ayah dan ibunya di
ruang tengah rumah mereka. Karena merasa penasaran ia pun menghentikan
langkahnya dan mencoba mencuri dengar pembicaraan orangtuanya itu.
"Aku
tidak mengira akan ada orang yang tega melakukan itu padaku." Ujar manajer
Cho sambil bersandar pada sofa dan memijit pelipisnya pelan. "Kau harus
menghentikannya. Katakan pada mereka bahwa itu tidak benar sebelum direktur
Park mengetahuinya. Yeobo.." Balas nyonya Cho yang adalah istri manajer
Cho sekaligus ibu Kyuhyun. "Bagaimana bisa ia menyebarkan berita murahan
seperti itu. Selama ini aku selalu bekerja dengan jujur. Aku tidak pernah
menggelapkan uang perusahaan sepeserpun. Ini pasti ulah seseorang yang memang
ingin menjatuhkanku." Ujar manajer Cho lagi, membuat Kyuhyun yang ikut
mendengarkan tidak terima. Kyuhyun merasakan sedih yang dirasakan ayahnya saat
itu. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya dan terbersit dalam pikirannya
bahwa ia harus melakukan sesuatu, untuk membantu menyelamatkan posisi ayahnya
di perusahaan. Ia tidak mungkin diam saja mengetahui keterpurukan ayahnya.
Ajakan ayahnya untuk ikut menghadiri pesta ulangtahun putri direktur kembali
terngiang. Ia mendapatkan sebuah ide dalam benaknya, bahwa mungkin itu bisa
menjadi jalan keluar. Ia akan memanfaatkan keadaan itu dengan sebaik baiknya.
**
"Cho
kwanrijanim!" Sapa direktur Park sumringah begitu mendapati sosok manajer
kepercayaannya itu sudah berdiri tidak jauh dihadapannya, di sebuah Hall mewah
saat itu. "Dimana putramu, Kyuhyun?" Lanjut direktur lagi yang
langsung menanyakan sosok Kyuhyun. Dari mimik wajahnya, tampak sekali bahwa
direktur sangat menyukai putra manajernya itu. "Saya di sini, kamdoknim.
Gomapsumnida, sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa diundang ke pesta putri
Anda." Balas Kyuhyun setelah berhasil menyusul ayahnya. "Ah, aku
senang kau datang. Itu putriku. Dia pasti akan sangat senang melihatmu."
Ujar direktur Park sembari memalingkan wajahnya ke arah seorang gadis dengan
gaun indahnya, berusaha menunjukkan putrinya itu pada Kyuhyun. Tanpa berlama
lama, Kyuhyun yang bisa menangkap maksud terselubung direktur Park langsung
berjalan menghampiri Park Jang Mi.
Park Jang Mi
tampak sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu, membalas uluran tangan
tamu tamu itu dan sesekali memeluk mereka. "Saengil chukkahamnida, Park
Jang Mi-ssi. Cho Kyuhyun imnida." Ucap Kyuhyun saraya mengulurkan
tangannya setelah tiba gilirannya untuk berdiri dihadapan gadis itu. Jang Mi
sempat terpaku menatap pria itu. Seakan luluh pada pesona seorang Cho Kyuhyun. Hingga
akhirnya ia menerima uluran tangan Kyuhyun dan menjabatnya dengan senyum
mengembang di wajahnya yang mulai merona.
**
"Ini
untukmu." Ujar Jang Mi yang menghampiri Kyuhyun dengan segelas wine merah
ditangannya setelah ia selesai dengan semua tamunya. "Ah, gomawo."
Balas Kyuhyun yang segera menerima wine itu. "Ayahku selalu antusias saat
bercerita tentang putra manajernya padaku. Setelah bertemu denganmu, kupikir
sekarang aku mengerti. Kau lumayan juga." Ujar gadis itu sambil menatap
Kyuhyun dan tersenyum. Kyuhyun meneguk wine nya pelan kemudian balas menatap
Jang Mi. "Begitukah?" Ucap Kyuhyun dengan senyum yang tak kalah
menggoda. "Aku rasa aku menyukaimu pada pandangan pertama. Cho
Kyuhyun-ssi." Aku gadis itu lagi yang membuat Kyuhyun cukup terhenyak.
Baru saja ia berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan hati seorang
putri direktur, dan ternyata tidak butuh usaha keras untuk ia bisa
menaklukkannya. Dengan pesona yang ia miliki, ia sudah berhasil membuat Jang Mi
jatuh hati padanya. "Tak kusangka kau cukup gamblang dalam menyatakan
perasaanmu, Park Jang Mi-ssi. Tapi aku senang mendengarnya." Tukasnya
yakin yang semakin membuat Jang Mi terbuai. Sejak pertemuan itu, hubungan
Kyuhyun dan Jang Mi semakin dekat. Direktur Park dan manajer Cho yang
mengetahui hal itupun turut senang dan sangat mendukung hubungan putra putri
mereka.
**
February, 2011.
Memikirkan
dirinya yang semakin menua, juga usia putrinya yang sudah sangat matang untuk
bisa memiliki seorang pendamping hidup, direktur Park memutuskan untuk bisa
segera menggelar acara pertunangan Jang Mi dan Kyuhyun. Ia berharap bahwa calon
menantu kesayangannya itu akan dapat membantu memajukan perusahaannya kelak.
Manajer Cho pun setuju dengan keputusan direktur dan ingin pertunangan itu
segera dilaksanakan.
Beberapa hari
sebelum hari pertunangan yang telah ditentukan, direktur Park mendapat sebuah
kabar buruk mengenai manajer Cho dan itu membuatnya sangat murka. Ia berniat
membatalkan pertunangan putrinya jika apa yang ia dengar itu memang benar.
Kyuhyun yang
mengetahui itu tidak tinggal diam. Ia bergegas menemui Jang Mi untuk bisa
membahasnya dengan gadis itu.
"Kau
sudah dengar kabar tentang ayahmu kan? Semua orang membicarakannya di
perusahaan. Aku harap itu tidak benar. Jangan biarkan pertunangan kita
dibatalkan. Aku hanya ingin bersamamu.." Ujar Jang Mi tampak gusar,
membuat Kyuhyun semakin merasa bersalah karena semua yang ia lakukan hanya
sebuah sandiwara untuk bisa menyelamatkan posisi ayahnya. Ia tidak mencintai
gadis itu. "Ne, arasseo. Ayahku tidak mungkin melakukan penggelapan uang.
Kupikir seseorang ingin menjatuhkannya dan telah menjebaknya. Jang Mi-ssi,
tolong bantu aku. Yakinkan ayahmu bahwa ini semua tidak benar. Ayahku orang
baik. Dengan begitu pertunangan kita tidak akan dibatalkan." Pinta Kyuhyun
sambil menggenggam tangan gadis itu erat. 'Mianhae, Jang Mi-ssi.' Batin Kyuhyun
tepat setelah ia memohon pada Jang Mi.
**
Jang Mi terus
berusaha meyakinkan ayahnya bahwa kasus yang menimpa manajer Cho adalah tidak
benar, dan ternyata itu tidak sia sia. Melihat Jang Mi yang begitu bersungguh
sungguh dalam meyakinkannya, membuat direktur tidak tega untuk membatalkan
pertunangan itu. Jang Mi sudah benar benar mencintai Kyuhyun.
"Yoboseyo,
Kyuhyun-ssi." Sapa Jang Mi melalui ponselnya. "Ne, Jang Mi-ssi.
Ottaeyo?" Balas Kyuhyun dari sebrang telponnya. "Sepertinya aku
berhasil meyakinkan ayahku. Ayahku sangat mengenal manajer Cho. Ia juga berpikir
bahwa tidak mungkin kalau ayahmu yang melakukannya dan menyesal telah berburuk
sangka." Jelas Jang Mi yang seketika itu membuat Kyuhyun bernapas lega.
"Kau tenang saja. Selanjutnya aku dan juga Sungmin Oppa akan membantumu
menemukan pelaku yang sebenarnya." Lanjut Jang Mi lagi. "Gomawo, Jang
Mi-ssi. Gomawo." Hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Kyuhyun.
Kyuhyun merasa begitu bersalah karena ia sadar ia telah mempermainkan seorang
gadis baik dan tulus seperti Jang Mi. Ia sudah terjebak dalam permainannya
sendiri. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya lagi, mengingat itu semua untuk
membantu memulihkan nama baik ayahnya. Sekarang ia tak bisa lari dari
kenyataan. Pertunangan semakin dekat dan ia harus berusaha untuk bisa mencintai
gadis itu.
**
Seoul. May, 2013.
Jang Mi masih
terduduk di atas dudukan toilet di kamar mandi apartemennya. Ia berusaha
menelan ludah dengan susah payah dan menatap gusar pada benda kecil yang kini
ada di tangannya. Sebuah testpack. Alat pengecek kehamilan itu perlahan mulai
menunjukkan perubahan. Ia membulatkan kedua matanya dan mendekap mulutnya
dengan salah satu tangannya, begitu dilihatnya tanda tanda yang menunjukkan kehamilan
pada testpack itu. Matanya mulai berkaca kaca tak percaya dan senyuman tampak
tersungging di bibirnya.
Beberapa
bulan berlalu sejak pertunangan mereka -Kyuhyun dan Jang Mi. Gadis itu begitu
bahagia dengan kabar kehamilannya dan tak sabar ingin segera memberitahukannya
pada Kyuhyun.
"Yoboseyo,
Kyuhyun-ah. Neo odisseo?" Seru Jang Mi dengan wajah berbinar meski hanya
melalui sambungan telpon. "Ah, Jang Mi-ah. Aku baru saja akan kembali dari
perusahaan. Ada apa? Kau terdengar begitu antusias." Balas Kyuhyun, yang telah
menduduki posisi manajer produksi dan oprasional di Blitz Corp. tepat setelah lulus
dari kuliahnya dan resmi bertunangan dengan Jang Mi. "Ada sesuatu yang
ingin kusampaikan padamu. Kita bertemu di apartemenku saja. Aku akan
menunggumu." Ujar Jang Mi cepat sebelum mengakhiri percakapan mereka.
Kyuhyun
melanjutkan langkahnya untuk bisa menuju
ke mobilnya. Baru saja ia akan membuka pintu mobil itu, jika seseorang tidak
memanggil dan menghampirinya. "Kyuhyun Oppa.." Kyuhyun sangat
terkejut saat dilihatnya seorang gadis yang jelas jelas ia kenal dengan baik
sudah berdiri dibelakangnya. Ada perasaan nyeri tersendiri saat ia melihat
wajah lugu gadis itu. "In Young-ah.. Bagaimana kau--" In Young yang
sudah menghambur ke dalam pelukan Kyuhyun, membuat pria itu terdiam
menggantungkan kalimatnya. "Oppa. Bogoshipeosseo.."
**
Kyuhyun dan
gadis masa lalunya -In Young, kini sudah berada di dalam mobil. Mereka duduk
terpaku tanpa menatap satu sama lain. Butuh beberapa saat untuk mereka terlena
dalam suasana hening, sebelum akhirnya In Young memulai percakapan mereka.
Situasi begitu kaku dan menyulitkan Kyuhyun. "Oppa. Kenapa kau tidak
datang? Kau sudah melupakanku?" Tanya In Young yang saat itu menatap
Kyuhyun penuh arti. In Young segera ke Seoul untuk menemui Kyuhyun, setelah
mendapatkan informasi dari senior terdekatnya saat masih di universitas, Lee
Sungmin. Mendengar itu Kyuhyun hanya menghela napas, menurunkan wajahnya, dan kedua
tangannya semakin erat memegang kemudi mobil yang masih diam di parkiran itu. "Ani.
Aku tidak pernah melupakanmu. Aku juga sangat merindukanmu." Timpal
Kyuhyun pada akhirnya, tanpa membalas tatapan In Young. Gadis itu mengernyitkan
keningnya. "Benarkah? Tapi kau tak tampak senang melihat kedatanganku.
Apakah kedatanganku mengganggu?" Tanya In Young lagi. Tak lama setelah itu
Kyuhyun menatap In Young intens. "In Young-ah, mianhae. Aku bersalah
karena tidak memberimu kabar selama di Seoul dan tidak mengunjungimu. Mianhae
karena aku tidak bisa menepati janjiku. Waktu terus berjalan dan segalanya
telah berubah. Bisakah kau mengerti?" Ucapan Kyuhyun membuat In Young
menatapnya heran. "Apa maksudmu, Oppa?" In Young menuntut penjelasan
lebih. "Kupikir...kita sudah tidak bisa seperti dulu." Ucap Kyuhyun
lirih. Cukup menyakitkan bagi pria itu untuk mengatakannya. Ia sudah mengorbankan
perasaannya. In Young membulatkan kedua matanya tak percaya. Seketika itu
hatinya hancur. Penantian dan pengorbanannya selama ini mendadak menjadi sia
sia. Bulir air mata jatuh bebas dari pelupuk matanya. Bibirnya bergetar
berusaha menahan perih yang dirasakannya. Tanpa pikir panjang, In Young membuka
pintu mobil dan keluar begitu saja.
"In
Young-ah! In Young-ah! Dengarkan penjelasanku!" Seru Kyuhyun dari dalam
mobilnya. Ia baru saja akan mengejar dan menarik kembali gadis itu tapi
terlambat. Gadis itu berlari dan segera menghentikan taksi yang memang melintas
saat itu. Dengan cepat Kyuhyun menyalakan mesin dan melajukan mobilnya, mengejar
taksi yang ditumpangi In Young.
Taksi itu
berhenti di depan sebuah apartemen. Setelah dilihatnya gadis itu turun, Kyuhyun
segera menepikan dan menghentikan mobilnya. Keluar dari mobil dan meraih gadis
itu. "In Young-ah, dengarkan aku! Kumohon." Ujar Kyuhyun sambil
menarik kasar tangan gadis itu. "Plakk!!" Sebuah tamparan mendarat
apik di pipi kanan pria itu. "Aku tak mau dengar apapun. Aku menyesal
karena telah mengenalmu." Ucap gadis itu dingin. Begitu menusuk perasaan
Kyuhyun saat itu. Ucapan itu lebih menyakitkan dibandingkan tamparan yang ia
terima. Kyuhyun menarik gadis itu dalam pelukannya. Sangat erat hingga In Young
tak sanggup meloloskan diri. "Aku bersalah. Aku sangat mencintaimu, kumohon
dengarkan aku." Pinta Kyuhyun yang masik mendekap In Young. In Young terus
memberontak. Memukul dada Kyuhyun berulang kali untuk membebaskan diri.
"Lepaskan aku! Aku tidak mau dengar! Aku tidak mau dengar apapun!"
Seloroh In Young dengan tangisnya yang sudah pecah. Perasaannya hancur. Sakit.
Seperti mau meledak. In Young menyerah, saat tubuhnya dirasakan mulai lemas.
"In Young-ah, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Percayalah padaku.
Hanya untuk kali ini saja, kumohon kau mengerti." Ujar Kyuhyun mulai
menjelaskan. Ia melepaskan dekapannya dan mengusap lembut air mata In Young.
"Ada sesuatu yang harus kuselesaikan. Untuk itu kuharap kau mau menunggu
sedikit lagi. Aku sekalipun tak pernah meninggalkanmu. Hanya kau satu satunya
wanita yang kucintai." Lanjut Kyuhyun, berusaha meyakinkan gadis itu.
Kyuhyun lalu mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir gadis itu.
**
Tanpa
sepengetahuan Kyuhyun, ponsel yang ia tinggalkan di mobilnya terus berdering.
Tertera nama Jang Mi yang berulang kali mencoba menghubunginya. Jang Mi begitu
resah, menanti Kyuhyun yang tak kunjung datang. Ia bahkan sempat menghubungi
kakak sepupunya, Sungmin, hanya untuk memastikan keberadaan Kyuhyun.
"Oppa, apakah Kyuhyun masih ada di kantor?" Tanya Jang Mi pada kakak
sepupunya itu. "Kyuhyun? Ani. Kupikir ia sudah kembali sejak tadi. Wae?"
Balas Sungmin santai menanggapi pertanyaan Jang Mi. "Ah, bukan apa apa.
Hanya bertanya saja. Gomawo, Oppa. Aku akan tutup telponnya." Jawab Jang
Mi kemudian memutuskan sambungan telponnya. Tidak lama setelah itu, terdengar
bunyi pintu yang di buka. Jang Mi melangkah ke ruang tamu apartemennya.
"Ya, Kyuhyun-ah. Kau darimana saja? Aku menunggumu dari tadi seperti orang
bodoh." Ujar Jang Mi kesal. Kyuhyun yang melihat itu hanya tersenyum
kecil, sebelum benar benar memasuki apartemen tunangannya. "Jadi apa yang
ingin kau sampaikan itu hingga membuatmu begitu bersemangat?" Tanya
Kyuhyun setelah menghempaskan dirinya di sofa ruang tengah. "Tunggu.
Apakah terjadi sesuatu? Kenapa kau tampak kacau?" Balas Jang Mi balik
bertanya. "Ani. Gwenchana." Kyuhyun menjawab cuek sambil menyandarkan
kepalanya dan memejamkan matanya. Jang Mi lalu menghampiri pria itu dengan
duduk disampingnya dan memeluknya mesra. "Wae?" Rayunya agar Kyuhyun
mengatakan yang sebenarnya. "AKU BILANG TIDAK APA APA!!" Jang Mi
begitu terkejut saat Kyuhyun membentaknya kasar. "Mian. Aku hanya sedang
lelah. Aku pikir aku perlu istirahat. Kalau kau ada sesuatu untuk disampaikan,
sampaikan lain kali saja. Aku pergi." Lanjutnya lagi yang sontak membuat
Jang Mi bangkit dari duduknya. "Aku hamil." Ucap Jang Mi sebelum
Kyuhyun benar benar beranjak dari apartemennya. Kyuhyun menghentikan langkahnya
dan menatap Jang Mi tajam. "Aku hamil. Itu yang ingin kusampaikan."
Jelas Jang Mi lagi yang seketika membuat tubuh Kyuhyun seakan lemas tak
berdaya. Ia telah merusak semuanya.
**
Fakta tentang
kehamilan Jang Mi telah terdengar hingga ke telinga direktur Park dan juga
manajer Cho. Mereka cukup terkejut mengetahui hal itu dan berniat mempercepat
acara pernikahan Jang Mi dan Kyuhyun. Di luar sepengetahuan mereka semua,
Kyuhyun sangat terpukul. Ia tidak mengira akan bertindak sejauh itu hingga Jang
Mi harus mengandung anaknya. Kini ia terkungkung dalam rasa bersalahnya
sendiri. Tidak tahu bagaimana bisa mengatakannya pada In Young.
Di sisi lain,
In Young masih terus memikirkan ucapan Kyuhyun yang memintanya untuk menunggu
sedikit lagi. Rasa penasarannya semakin terdorong. Ia ingin tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Ia tidak bisa tidak menanyakannya pada Sungmin. Saat itu
juga, dengan penuh keyakinan ia menghubungi Sungmin untuk bisa memberitahunya
segala kebenaran yang ada. "Yoboseyo, Sunbae.. Ini aku, In Young."
Sapa In Young yang mencoba menghubungi teman lamanya itu melalui telepon umum.
"Bisakah hari ini kita bertemu? Sebentar saja." Lanjutnya. Setelah
menentukan tempat dan sepakat pada keputusan dimana mereka akan bertemu, In
Young segera mengakhiri obrolan singkatnya.
**
"Oraenmaneyo,
Sunbae. Jaljinaeyo?" Ujar In Young berbasa basi sebelum masuk ke pokok
permasalahan. "Ne, In Young-ah. Aku baik baik saja. Ternyata kau sama
sekali tak berubah, hanya rambutmu yang semakin panjang." Balas Sungmin
sembari bercanda. "Sunbae, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan."
Ucap In Young yang mulai serius. "Musuniriya?" Balas pria manis itu ramah.
"Tentang hubunganku dengan Kyuhyun Oppa.. Kau tahu kan, ia pernah berjanji
padaku untuk mengunjungiku di Gyeongju, tapi ia tidak menepatinya. Beberapa
hari yang lalu aku sudah berhasil menemuinya berkat alamat perusahaan yang kau
berikan padaku. Ia mengatakan padaku kalau ada urusan yang harus ia selesaikan
dan tampaknya itu sangat mendesak. Ia tidak memberitahuku dengan jelas berapa
kalipun aku menanyakannya. Karena itu, bisakah kau ceritakan padaku, apa yang
sebenarnya terjadi?" Jelas In Young panjang lebar. Sungmin terdiam sambil
mengernyitkan keningnya tampak berpikir, berusaha meresapi apa yang dikatakan
gadis itu. "Hubunganmu dengan Kyuhyun? Kupikir kalian sudah lama berakhir
dan hubungan kalian sekarang hanya sebatas sahabat." Balas Sungmin heran.
"Ne?" In Yong melebarkan matanya, tidak mengerti. "Kyuhyun
pernah bilang padaku bahwa hubungan kalian sudah lama berakhir, sejak ia pindah
ke Seoul. Ia bahkan sudah resmi bertunangan dengan adik sepupuku, Jang Mi. Kudengar
mereka akan segera menikah. Mian kalau ini membuatmu kecewa. Tapi itulah yang
sebenarnya. Park Jang Mi, ia adalah putri direktur perusahaan kami." Papar
Sungmin yang sukses membuat dada In Young sesak. In Young memejamkan matanya
sejenak dan berusaha menghirup oksigen sebanyak banyaknya supaya jangan sampai
ia roboh di hadapan Sungmin. "In Young-ah? In Young-ah? Gwenchanayo?"
Sungmin berusaha menyadarkan In Young dari kesesakannya. "Ah, ne, Sunbae.
Gwenchana. Aku rasa aku harus kembali sekarang. Gomawo sudah mau menemuiku. Aku
tahu kau sangat sibuk. Jaga dirimu. Aku pergi." Ujar In Young yang buru
buru meninggalkan kafe itu. Sungmin hanya bisa menatapnya simpatik. Meski
tampak baik baik saja, Sungmin yakin bahwa In Young pasti sangat guncang dengan
kebenaran itu. Entah kenapa, Sungmin merasa peduli dengan gadis itu.
**
In Young
begitu sakit mengingat perkataan Sungmin yang bagaikan tombak yang menghujam
tepat di jantungnya. Ia berjalan terseok seok berusaha menahan sakit di
dadanya. Tumpahan air mata sudah tak dapat ia tahan lagi. Ia lalu bertopang
pada salah satu tiang lampu yang ada di sana dengan salah satu tangannya. Di
tengah kehancuran hatinya itu, tiba tiba terbersit sebuah ide gila dalam benaknya.
Seketika itu juga ia merasa begitu jahat dan egois, tapi tak ada cara lain yang
bisa ia lakukan. Hanya itu. Ya, hanya ada satu cara itu yang diyakininya akan
bisa menyelesaikan semuanya.
**
Usai
pertemuan singkatnya dengan In Young, Sungmin kembali ke perusahaan dan sengaja
untuk langsung menemui Kyuhyun. "Kyuhyun-ah.
Apa kau sibuk?" Tanya Sungmin di depan ruang kerja hoobae nya itu.
"Oh, Hyung. Ani, masuklah. Apa yang membawamu kemari?" Balas Kyuhyun
ramah melihat kedatangannya. "Gadis itu, Shin In Young. Hubungan seperti
apa yang sebenarnya kalian miliki saat ini? Apa benar kalian sudah
berakhir?" Tanya Sungmin to the point sembari melangkah masuk. Kyuhyun
yang mendengar nama itu begitu tertegun dan menatap Sungmin terkejut. "Apa
maksudmu, Hyung? Apa--" belum selesai dengan kalimatnya, Sungmin langsung
menyela "baru saja aku bertemu dengannya. Dan aku menjelaskan semua hal
tentangmu padanya. Cho Kyuhyun. Aku tak peduli apapun alasanmu. Yang jelas,
kalau sampai kau menyakiti adikku, aku tidak akan tinggal diam." Ucap
Sungmin serius kemudian beranjak dari ruangan itu. Kyuhyun masih terdiam,
berusaha mencerna perkataan Hyungnya itu. Ia menelan ludahnya kasar, dan merasa
sudah benar benar kalah. "Ya, Cho Kyuhyun. Apa yang akan kau lakukan
sekarang?" Ucapnya lirih pada dirinya sendiri dengan senyum kecut yang
terkesan meremehkan dirinya sendiri. Kyuhyun benar benar putus asa.
Malam itu In
Young terus berusaha menghubungi Kyuhyun. Pria itu menatap layar ponselnya
sambil mendesah, dan entah kenapa melihat serangkaian nomor tak dikenal itu
membuatnya sangat kesal. "Nuguseyo?!" Jawab Kyuhyun jengah. "Datanglah
ke apartemenku malam ini. Aku menunggu." Balas In Young singkat kemudian
menutup telponnya. Kyuhyun terkejut saat tahu suara In Young yang terdengar
dari sebrang telponnya dan melempar ponselnya asal. Ia mengacak rambutnya dan
mengerang frustrasi. Karena tak ada pilihan ia pun mengikuti permintaan gadis
itu untuk datang ke apartemennya.
Kyuhyun
memasuki apartemen itu dalam diam dan menghentikan langkahnya ketika gadis itu
sudah berdiri dihadapannya. "Gomawo sudah mau datang, Oppa." Ujarnya
tersenyum, berusaha untuk tegar di hadapan pria itu. "Aku sangat kesepian.
Kupikir tidak ada salahnya kan kalau aku mengundangmu ke sini. Aku hanya ingin
bersamamu malam ini." Lanjutnya lagi sembari menarik lengan pria itu untuk
mengikutinya duduk di sofa ruang tengah apartemennya. Di meja yang tidak jauh
dari sofa yang mereka tempati, In Young sudah siapkan sebotol wine merah
kesukaan Kyuhyun, lalu menuangkannya untuk bisa ia berikan pada kekasihnya itu.
Kyuhyun masih membisu sejak kedatangannya ke apartemen itu dan hanya menerima
segala perlakuan In Young padanya. Kyuhyun merasa aneh dengan sikap In Young
malam itu. Bukankah gadis itu sudah tahu semuanya? Kenapa ia bersikap seolah
tak tahu apapun? "In Young-ah." Ucap Kyuhyun yang mulai angkat bicara
setelah menerima segelas wine merah dari gadis itu. "Jangan katakan
apapun, Oppa. Cukup temani aku saja malam ini, eoh?" Ujar In Young yang
berusaha mengurungkan niat Kyuhyun untuk meneruskan kata katanya. Gadis itu
lalu menyandarkan kepalanya di pundak Kyuhyun, dan memeluk erat lengan pria
itu. "In Young-ah.." Panggil Kyuhyun yang tak kunjung mendapat respon
hingga ia meletakkan kembali wine nya itu ke atas meja dan membenarkan posisi
In Young untuk bisa menatapnya. "Aku--" baru saja Kyuhyun akan
memulai bicara, In Young sudah menyambar bibir pria itu dengan bibirnya. Gadis
itu seketika berubah menjadi liar, membuat Kyuhyun terkejut dan tak percaya. In
Young terus melumatkan bibirnya pada pria itu dengan kasar dan terburu buru. Ia
mengalungkan tangannya pada leher Kyuhyun dan menariknya semakin dekat. Kyuhyun
yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya terbawa suasana. Ia membalas ciuman
gadis itu penuh nafsu. Saling melumat, saling mengulum, hingga tanpa sadar
tangan In Young sudah bergerak untuk melepaskan kancing kemeja hitam yang
dikenakan pria itu satu per satu. Seakan terhanyut dalam dunia mereka sendiri,
Kyuhyun mengangkat tubuh In Young menuju kamarnya tanpa melepaskan ciuman
mereka. In Young yang masih memeluk erat pria itu, mengapitkan kedua kakinya di
pinggang Kyuhyun hingga mereka benar benar sampai di kamarnya. Kyuhyun
menghempaskan gadis itu ke atas ranjang dan berniat 'menyentuh' gadis itu lebih
jauh lagi.
Kyuhyun
membiarkan gadis itu duduk di atas tubuhnya dan kembali menautkan bibir mereka.
Cukup lama, sebelum akhirnya In Young melepaskan ciumannya dan berusaha menarik
napas. Kyuhyun menatap gadis itu intens dan berusaha merengkuhnya kembali. In
Young menurut dan membiarkan pria itu menyentuhnya. Mengedarkan ciumannya
hingga ke leher dan pundak gadis itu.
Kyuhyun yang sudah
terpancing dan terlena dalam situasi itu tidak mengetahui sedikitpun rencana In
Young yang mulai mengeluarkan sesuatu yang mengkilap dari balik bantal yang Kyuhyun
gunakan saat itu. Kejadian itu terjadi begitu cepat hingga tak ada kesempatan
bagi Kyuhyun untuk bisa menghindar. Sekejap saja, In Young sukses menghentikan
segala aksi Kyuhyun malam itu. Kyuhyun menatap In Young tak percaya. Tubuhnya
membeku dan menjadi dingin. "I-In Young-ah.. N-Neo.." Ucap pria itu
terbata bata dengan bibir yang bergetar. In Young bahkan tak bisa mempercayai
apa yang baru saja ia lakukan pada pria yang begitu dicintainya itu. Gadis itu
meneteskan air matanya tanpa berkedip. Dengan ekspresi shock itu ia tak tahu
harus berkata apa. Ia melihat kekasihnya begitu kesakitan karena luka tusukan
yang menembus perutnya. In Young mencabut pisau yang sudah berlumuran darah itu
dari perut Kyuhyun dan menjatuhkannya ke atas lantai dengan tangannya yang
bergetar hebat. "Mi-Mianhae. Oppa.. Aku melakukannya karena aku
mencintaimu.." Ucap In Young lirih sebelum Kyuhyun benar benar terlelap
untuk selamanya karena kehabisan darah.
**
2 hari sejak
peristiwa itu, Kyuhyun seolah hilang ditelan bumi. Keluarga Cho, direktur Park,
Jang Mi, dan juga Sungmin terus berusaha mencari keberadaan pria tinggi dan
mancung itu ke segala tempat. Pihak kepolisian pun sudah ikut turun tangan
dalam pencarian itu. Sungmin yang teringat akan sosok In Young kemudian
berusaha menghubungi dan mencari keberadaan gadis itu. Di luar sepengetahuan
mereka semua, In Young sudah membuang ponsel milik Kyuhyun dan juga segala
benda miliknya yang terlibat dalam pembunuhan sekaligus yang mungkin dapat
dilacak untuk menemukan dirinya. Ia terus mengurung diri dalam apartemennya
selama 2 hari itu. Berada dalam tekanan terberat dalam hidupnya. Ia belum siap
menjadi seorang pembunuh. Tubuhnya masih bergetar, pandangannya kosong
menerawang entah kemana. Ia mulai kehilangan akal sehatnya. Dilihatnya pria
tampan itu kini sudah terbujur kaku dihadapannya. Noda darah tampak mengotori
sprei dan juga pakaian mereka berdua. Ia lalu mendekati tubuh pria tak bernyawa
itu dan mendekapnya erat. Ia menangis keras. Untuk pertama kalinya, gadis itu
menangis keras dan mengerang seperti orang gila. "Oppa.. Kenapa harus
seperti ini? Kenapa? Aku begitu mencintaimu. Aku tidak bisa melihatmu dengan
wanita lain." Ucapnya putus asa di sela isak tangisnya.
**
August, 2013
"Ayo
kita pulang, Jang Mi-ah. Kata dokter kau harus banyak istirahat untuk menjaga
janin dalam kandunganmu." Ucap nyonya Park -istri direktur Park sekaligus
ibu Park Jang Mi, kepada putri tunggalnya itu. Ia lalu menarik kursi roda yang
dipakai Jang Mi menjauh dari dari nisan bertuliskan 'Cho Kyuhyun' itu. Wanita
itu hanya melamun, menerawang entah kemana dengan keadaan fisiknya yang sangat
lemah. Ia begitu terguncang dan terpukul setelah mendengar kabar kematian
tunangannya dari pihak kepolisian yang berhasil menemukan jasadnya. Wanita itu
seolah berada dalam dunianya sendiri. Tidak mampu untuk kembali pada kenyataan.
Tidak bisa berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan siapapun lagi. Ia
'lumpuh' secara total. Mental dan juga fisiknya. Baginya, Park Jang Mi yang
dulu sudah lama 'mati'.
Jauh dari
tempat Jang Mi berada, seorang gadis lain masih berusaha mencari tempat
persembunyian. Seperti kehilangan arah. Ia menjadi bulan bulanan polisi hingga
melarikan diri ke tempat yang ia sendiri tak tahu dimana. Ia begitu linglung,
sesekali berbicara sendiri, tertawa dan juga menangis sendiri. Tak peduli
bagaimana tatapan orang orang yang melihat dan menganggapnya gila. Ya, ia
memang sudah gila. Seorang pembunuh. Seorang yang tak berguna dan tak pantas
untuk hidup lebih lama. Di tengah langkahnya yang terseok seok itu, beberapa
orang pria tampak menghalangi jalannya. Ia begitu takut, tapi tak tahu apa yang
harus dilakukannya saat salah satu dari kumpulan pria itu mulai menyerangnya.
Ia terus di rayu sedemikian rupa, di goda, ditertawakan, di dorong hingga
terjatuh. Seorang yang lain mulai menarik paksa pakaian yang dikenakan gadis
itu. Merobeknya, dan menggerayangi tubuh gadis itu. Seorang diri, gadis itu tak
bisa melawan. Sekuat apapun ia berteriak tak ada seorangpun datang menolongnya.
Ia sudah putus asa, tak ada harapan hidup apapun lagi untuknya. Mataharinya
perlahan memudar. Ia pasrah pada apapun yang terjadi padanya hari itu. Merelakan
segalanya untuk bisa menebus kesalahannya. Beberapa pria tak dikenal itu telah
melecehkan gadis itu tanpa ampun.
"In Young-ah, gokjonghajima. Aku akan kembali.
Aku tak akan meninggalkanmu.."
Ucapan itu. Ucapan
pria tercintanya yang terngiang dalam benak gadis itu untuk terakhir kalinya,
sebelum nyawa gadis itu terenggut oleh beberapa pria tak berhati yang telah
menghancurkannya.
**
"Seorang
wanita tanpa identitas ditemukan tewas di sebuah gang sepi di daerah Chuncheon.
Diduga wanita tersebut tewas setelah diperkosa. Dari hasil penyelidikan, polisi
menemukan bahwa wanita tersebut adalah salah seorang tawanan dari kasus
pembunuhan beberapa bulan--" terang seorang reporter berita dari layar
televisi yang kini disaksikan oleh seorang wanita di atas kursi roda nyamannya.
Tatapannya lurus pada televisi dihadapannya, namun pandangannya masih melayang
entah kemana. Meski begitu, wanita itu tiba tiba tersenyum. Entah karena alasan
apa, ia hanya tersenyum. "Jang Mi-ah, apa yang sedang kau lihat? Bagaimana
kalau kita keluar saja untuk mencari udara segar?" Ujar seorang pria
dengan suara lembutnya, kemudian membawa Jang Mi keluar dari tempat itu setelah
lebih dulu mematikan televisi. "Ini untukmu. Kau harus bisa sembuh. Demi
anakmu." Ucap Sungmin lagi sembari memberikan sebuah burung origami pada
Jang Mi, ketika mereka telah berada di taman depan kediaman keluarga Park.
**
Jauh di kota
kecil, Gyeoungju. Seorang wanita paruh baya tampak duduk di tepi sebuah ranjang
milik putri tiri nya. Memandang penuh kasih sayang pada foto seorang gadis yang
tersenyum ceria. "Entah sejak kapan aku mulai menyayangimu seperti anakku
sendiri." Ucapnya dengan senyum tulus dari hatinya. "In Young-ah.
Kini aku mengerti bagaimana sulitnya berada dalam penantian." Lanjutnya
lagi sebelum meletakkan kembali foto itu di atas meja dekat ranjangnya. Ia lalu
bangkit dan menutup pintu penghubung kamar itu dengan balkon yang selama ini
menjadi tempat favorit putri tiri nya. Setelah puas memandang seluruh sisi ruang
kamar itu, wanita itu menghela napas dan beranjak meninggalkan tempat itu.
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar