Senin, 15 Juli 2013

Once, By Your Side



Title   : Once, By Your Side
Genre : romance, tragedy, angst
Tags  : Cho Kyuhyun, Lee Sungmin, Shin In Young (OC), Park Yoonshik (OC), Park Jang Mi (OC)
Rating : pg-17+ (!!!)
Length : one shot
Notes : Hal yg perlu diinget saat membaca: ini cm ff alias karangan dan untaian imajinasi dari perasaan dan pikiran author jd jgn terlalu dibawa emosi/pikiran/hati yah chingu. Ff ini dibuat tanpa ada unsur utk menjatuhkan/melecehkan siapapun. Murni utk hiburan semata. No bash, no copy, no silent readers!!! Yang ga komen ntar ga bakal ketemu sama biasnya!! Muahahaha!!! (sebelumnya pernah dipost di https://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/07/01/once-by-your-side/)

SCENE
Gyeongju. May, 2010.
"Besok aku sudah harus berangkat ke Seoul." Ucap pria berhidung mancung itu sembari menopangkan kedua tangannya pada balkon rumah seorang gadis yang saat itu menjadi lawan bicaranya. Gadis itu tidak merespon dan menyejajarkan posisinya yang berdiri di samping pria itu. Karena tidak ada jawaban apapun, pria itu tergerak untuk menatapnya. "Gokjonghajima, In Young-ah. Aku pasti akan kembali. Aku tidak akan meninggalkanmu.." Ujar pria itu lagi, kemudian meraih tangan gadis yang disapanya In Young itu dan menggenggamnya erat. "Ara. Hati hatilah dan cepat kembali. Gidarilkke.." Balas gadis itu pada akhirnya, dengan senyum terbaik yang bisa ia berikan. Walau kenyataannya hatinya begitu sakit mengingat kekasihnya yang akan pergi meninggalkannya.
**
May, 2013.
Gadis itu. Shin In Young. Seakan tek pernah lelah menanti janji yang diberikan oleh kekasih yang sangat dicintainya. Ia terus memegang janji itu, meski bertahun tahun telah berlalu sejak terakhir kali pria itu memberikan kabar kepadanya, ia tetap sabar menunggu dan yakin bahwa kekasihnya itu akan segera kembali untuk menemuinya.
"Kapan kau akan mulai membuka hatimu kembali? Kau tidak bisa terus seperti ini, In Young-ah." Seorang wanita paruh baya tampak menyembulkan kepalanya, memasuki kamar gadis itu dan berdiri di belakangnya. "Jika saja aku bisa menghentikan semua ini. Perasaanku justru semakin kuat setiap harinya." Balas In Young tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari atas balkon tempatnya berdiri saat itu. Tempat yang kini menjadi tempat favoritnya sejak kepergian Cho Kyuhyun, kekasihnya. "Kenapa tidak kau saja yang pergi menemuinya?" Pertanyaan wanita yang berstatus sebagai ibu tiri, yang enggan dipanggilnya ibu itu membuatnya terhenyak. Ia membalikkan tubuhnya menghadap wanita itu dan membulatkan kedua matanya tak percaya. "Kupikir tidak ada gunanya meneruskan perjodohan ini. Aku akan katakan pada ayahmu bahwa kau sudah memiliki seseorang yang sangat kau cintai." Lanjut wanita itu lagi. In Young berjalan mendekati wanita itu dan memeluknya erat. "Gomawo, ahjumma. Kau sudah membuktikan padaku bahwa ibu tiri tidaklah seburuk yang pernah kupikirkan selama ini." Ucap In Young tulus.
**
Seoul. July, 2010.
Seorang pria muda tampak berjalan tergesa gesa dengan beberapa dokumen di tangannya. "Ne, Aboji. Algesseo. Aku akan segera membawakannya padamu. Gokjonghajimaseyo.." Ujarnya cepat sebelum memutuskan sambungan telponnya. Tanpa berlama lama ia segera menghambur ke dalam mobilnya dan melajukannya secepat mungkin.
Tak butuh waktu lama untuknya sampai di Blitz Corporation, perusahaan dimana ayahnya bekerja. Ia segera menitipkan dokumen yang tadi dibawanya kepada sekretaris yang sedang berjaga di depan ruang meeting saat itu. Beruntung ia datang tepat waktu, sebelum meeting ayahnya dengan direktur perusahaan di mulai.
"Permisi, kamdoknim. Ada titipan dari seseorang bernama Cho Kyuhyun untuk Cho kwanrijanim." Tutur sekretaris itu sopan dihadapan direktur dan manajer Cho -ayah Kyuhyun, sembari menyerahkan dokumen itu. Selesai dengan itu, Kyuhyun memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya. Namun seseorang memanggilnya dan mengurungkan niatnya untuk keluar dari gedung kantor. "Kyuhyun-ah!" Seru pria dengan suara yang terdengar familiar di telinga Kyuhyun. "Oh, Sungmin Hyung! Lama tidak bertemu mengingat kau cukup sibuk. Aku juga belum sempat mengucapkan terimakasih." Ucap Kyuhyun semangat begitu pria yang disapanya 'Hyung' itu sudah berdiri tepat dihadapannya. "Untuk apa?" Tanya Sungmin bingung. "Tentu saja untuk pekerjaan yang kau berikan pada ayahku. Hyung, gomawoyo." Jelas Kyuhyun. Ya, jabatan ayah Kyuhyun memang didapatkan dari hasil perekrutan Sungmin, yang lebih dulu bekerja sebagai manajer Human Resource di Blitz Corp. Perusahaan itu sebenarnya adalah perusahaan milik paman Sungmin. Namun kenyataan itu tidak membuatnya serakah untuk menduduki posisi 'direktur'. Ia lebih memilih untuk memulai karirnya dari bawah. "Ah, itu bukan apa apa. Lagipula aku tahu ayahmu memang orang yang sangat berdedikasi dan beliau orang yang tepat untuk bisa mendapatkan posisi penting di perusahaan ini." Balas Sungmin sambil menepuk pelan pundak pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu. "Apa yang kau lakukan di sini?" Lanjut pria berwajah manis itu. "Aku baru saja mengantarkan dokumen ayahku yang tertinggal. Lalu kau sendiri darimana?" Balas Kyuhyun yang kini balik bertanya. "Aku baru saja menginterview calon pegawai baru di sebuah coffee shop. Ah, itu direktur Park dan manajer Cho. Sepertinya mereka sudah selesai rapat." Ujar Sungmin cepat sembari membungkuk memberi salam yang kemudian diikuti oleh Kyuhyun.
"Kyuhyun-ah, kau masih di sini?" Tanya ayah Kyuhyun yang melihatnya masih berada di perusahaan. "Ne, Aboji. Kebetulan aku bertemu dengan Sungmin Hyung saat hendak pulang tadi." Jawab Kyuhyun sopan di hadapan ayahnya. "Apa kabar manajer Cho?" Tanya Sungmin pada ayah Kyuhyun. "Aku baik. Terimakasih untuk semuanya, Sungmin-ah. Kau sudah bekerja keras." Balas ayah Kyuhyun ramah. Tak lama setelah itu Sungmin pamit dari hadapan Kyuhyun dan ayahnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan direktur Park Yoonshik atau yang dikenal dengan sebutan direktur Park tampak berjalan mendekati Kyuhyun dan ayahnya. "Apakah ini putramu? Wah dia sungguh tampan.." Ujar direktur Park dengan senyum mengembang saat melihat penampilan Kyuhyun yang memang sangat rapi dengan kemeja biru langit dan celana panjang putihnya. "Ah, kamdoknim. Ne, geuraejyo. Ini putraku, Cho Kyuhyun." Balas manajer Cho yang memperkenalkan anaknya. "Annyeonghaseyo, kamdoknim. Cho Kyuhyun imnida." Timpal Kyuhyun memperkenalkan diri seraya memberi salam pada direktur Park. "Ah, ne. Melihatmu aku jadi teringat putriku, Jang Mi. Kupikir ia seusiamu. Anak itu terlalu fokus bekerja hingga tidak ada waktu untuk berkencan.. Kupikir kalian akan tampak sangat serasi.." Ujar direktur Park diikuti tawanya yang khas. Manajer Cho hanya bisa ikut tertawa sedangkan Kyuhyun hanya tersenyum canggung.
**
Beberapa hari berlalu sejak pertemuan Kyuhyun dengan direktur Park. Malam itu, Kyuhyun dan orangtuanya tengah makan bersama. "Kyuhyun-ah.." Panggil manajer Cho pada putranya itu setelah meneguk segelas air di depannya. "Ne, aboji. Ada apa?" Kyuhyun segera merespon setelah menelan makanannya. "Putri direktur Park, Park Jang Mi. Kau masih ingat kan? Sebentar lagi ia ulangtahun dan direktur Park akan mengadakan pesta. Beliau mengundang kita dan sangat mengharapkan kedatanganmu." Ujar manajer Cho kemudian melanjutkan aktivitas makannya. Kyuhyun yang mendengar itu hanya terdiam dan ikut melanjutkan makan malamnya. Ia masih tidak mengerti kenapa direktur Park begitu mengharapkan kedatangannya, ketika mereka bahkan baru bertemu sekali.
Makan malam bersama di kediaman keluarga Cho telah selesai. Kyuhyun yang kini sudah berada di kamarnya masih terus berusaha mencari alasan tentang keinginan direktur Park untuk mengundangnya ke pesta ulangtahun putri tunggalnya. Kyuhyun bahkan belum pernah sekalipun bertemu langsung dengan Park Jang Mi. Ia juga merasa tidak berminat untuk menghadirinya. Tapi kalau ayahnya yang meminta, ia juga tak mungkin bisa menghindar. Di tengah ia berpikir, tiba tiba ia merasakan tenggorokannya kering. Ia pun melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air. Di sela sela ia menuruni tangga, ia tak sengaja mendengar perbincangan ayah dan ibunya di ruang tengah rumah mereka. Karena merasa penasaran ia pun menghentikan langkahnya dan mencoba mencuri dengar pembicaraan orangtuanya itu.
"Aku tidak mengira akan ada orang yang tega melakukan itu padaku." Ujar manajer Cho sambil bersandar pada sofa dan memijit pelipisnya pelan. "Kau harus menghentikannya. Katakan pada mereka bahwa itu tidak benar sebelum direktur Park mengetahuinya. Yeobo.." Balas nyonya Cho yang adalah istri manajer Cho sekaligus ibu Kyuhyun. "Bagaimana bisa ia menyebarkan berita murahan seperti itu. Selama ini aku selalu bekerja dengan jujur. Aku tidak pernah menggelapkan uang perusahaan sepeserpun. Ini pasti ulah seseorang yang memang ingin menjatuhkanku." Ujar manajer Cho lagi, membuat Kyuhyun yang ikut mendengarkan tidak terima. Kyuhyun merasakan sedih yang dirasakan ayahnya saat itu. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya dan terbersit dalam pikirannya bahwa ia harus melakukan sesuatu, untuk membantu menyelamatkan posisi ayahnya di perusahaan. Ia tidak mungkin diam saja mengetahui keterpurukan ayahnya. Ajakan ayahnya untuk ikut menghadiri pesta ulangtahun putri direktur kembali terngiang. Ia mendapatkan sebuah ide dalam benaknya, bahwa mungkin itu bisa menjadi jalan keluar. Ia akan memanfaatkan keadaan itu dengan sebaik baiknya.
**
"Cho kwanrijanim!" Sapa direktur Park sumringah begitu mendapati sosok manajer kepercayaannya itu sudah berdiri tidak jauh dihadapannya, di sebuah Hall mewah saat itu. "Dimana putramu, Kyuhyun?" Lanjut direktur lagi yang langsung menanyakan sosok Kyuhyun. Dari mimik wajahnya, tampak sekali bahwa direktur sangat menyukai putra manajernya itu. "Saya di sini, kamdoknim. Gomapsumnida, sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa diundang ke pesta putri Anda." Balas Kyuhyun setelah berhasil menyusul ayahnya. "Ah, aku senang kau datang. Itu putriku. Dia pasti akan sangat senang melihatmu." Ujar direktur Park sembari memalingkan wajahnya ke arah seorang gadis dengan gaun indahnya, berusaha menunjukkan putrinya itu pada Kyuhyun. Tanpa berlama lama, Kyuhyun yang bisa menangkap maksud terselubung direktur Park langsung berjalan menghampiri Park Jang Mi.
Park Jang Mi tampak sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu, membalas uluran tangan tamu tamu itu dan sesekali memeluk mereka. "Saengil chukkahamnida, Park Jang Mi-ssi. Cho Kyuhyun imnida." Ucap Kyuhyun saraya mengulurkan tangannya setelah tiba gilirannya untuk berdiri dihadapan gadis itu. Jang Mi sempat terpaku menatap pria itu. Seakan luluh pada pesona seorang Cho Kyuhyun. Hingga akhirnya ia menerima uluran tangan Kyuhyun dan menjabatnya dengan senyum mengembang di wajahnya yang mulai merona.
**
"Ini untukmu." Ujar Jang Mi yang menghampiri Kyuhyun dengan segelas wine merah ditangannya setelah ia selesai dengan semua tamunya. "Ah, gomawo." Balas Kyuhyun yang segera menerima wine itu. "Ayahku selalu antusias saat bercerita tentang putra manajernya padaku. Setelah bertemu denganmu, kupikir sekarang aku mengerti. Kau lumayan juga." Ujar gadis itu sambil menatap Kyuhyun dan tersenyum. Kyuhyun meneguk wine nya pelan kemudian balas menatap Jang Mi. "Begitukah?" Ucap Kyuhyun dengan senyum yang tak kalah menggoda. "Aku rasa aku menyukaimu pada pandangan pertama. Cho Kyuhyun-ssi." Aku gadis itu lagi yang membuat Kyuhyun cukup terhenyak. Baru saja ia berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan hati seorang putri direktur, dan ternyata tidak butuh usaha keras untuk ia bisa menaklukkannya. Dengan pesona yang ia miliki, ia sudah berhasil membuat Jang Mi jatuh hati padanya. "Tak kusangka kau cukup gamblang dalam menyatakan perasaanmu, Park Jang Mi-ssi. Tapi aku senang mendengarnya." Tukasnya yakin yang semakin membuat Jang Mi terbuai. Sejak pertemuan itu, hubungan Kyuhyun dan Jang Mi semakin dekat. Direktur Park dan manajer Cho yang mengetahui hal itupun turut senang dan sangat mendukung hubungan putra putri mereka.
**
February, 2011.
Memikirkan dirinya yang semakin menua, juga usia putrinya yang sudah sangat matang untuk bisa memiliki seorang pendamping hidup, direktur Park memutuskan untuk bisa segera menggelar acara pertunangan Jang Mi dan Kyuhyun. Ia berharap bahwa calon menantu kesayangannya itu akan dapat membantu memajukan perusahaannya kelak. Manajer Cho pun setuju dengan keputusan direktur dan ingin pertunangan itu segera dilaksanakan.
Beberapa hari sebelum hari pertunangan yang telah ditentukan, direktur Park mendapat sebuah kabar buruk mengenai manajer Cho dan itu membuatnya sangat murka. Ia berniat membatalkan pertunangan putrinya jika apa yang ia dengar itu memang benar.
Kyuhyun yang mengetahui itu tidak tinggal diam. Ia bergegas menemui Jang Mi untuk bisa membahasnya dengan gadis itu.
"Kau sudah dengar kabar tentang ayahmu kan? Semua orang membicarakannya di perusahaan. Aku harap itu tidak benar. Jangan biarkan pertunangan kita dibatalkan. Aku hanya ingin bersamamu.." Ujar Jang Mi tampak gusar, membuat Kyuhyun semakin merasa bersalah karena semua yang ia lakukan hanya sebuah sandiwara untuk bisa menyelamatkan posisi ayahnya. Ia tidak mencintai gadis itu. "Ne, arasseo. Ayahku tidak mungkin melakukan penggelapan uang. Kupikir seseorang ingin menjatuhkannya dan telah menjebaknya. Jang Mi-ssi, tolong bantu aku. Yakinkan ayahmu bahwa ini semua tidak benar. Ayahku orang baik. Dengan begitu pertunangan kita tidak akan dibatalkan." Pinta Kyuhyun sambil menggenggam tangan gadis itu erat. 'Mianhae, Jang Mi-ssi.' Batin Kyuhyun tepat setelah ia memohon pada Jang Mi.
**
Jang Mi terus berusaha meyakinkan ayahnya bahwa kasus yang menimpa manajer Cho adalah tidak benar, dan ternyata itu tidak sia sia. Melihat Jang Mi yang begitu bersungguh sungguh dalam meyakinkannya, membuat direktur tidak tega untuk membatalkan pertunangan itu. Jang Mi sudah benar benar mencintai Kyuhyun.
"Yoboseyo, Kyuhyun-ssi." Sapa Jang Mi melalui ponselnya. "Ne, Jang Mi-ssi. Ottaeyo?" Balas Kyuhyun dari sebrang telponnya. "Sepertinya aku berhasil meyakinkan ayahku. Ayahku sangat mengenal manajer Cho. Ia juga berpikir bahwa tidak mungkin kalau ayahmu yang melakukannya dan menyesal telah berburuk sangka." Jelas Jang Mi yang seketika itu membuat Kyuhyun bernapas lega. "Kau tenang saja. Selanjutnya aku dan juga Sungmin Oppa akan membantumu menemukan pelaku yang sebenarnya." Lanjut Jang Mi lagi. "Gomawo, Jang Mi-ssi. Gomawo." Hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Kyuhyun. Kyuhyun merasa begitu bersalah karena ia sadar ia telah mempermainkan seorang gadis baik dan tulus seperti Jang Mi. Ia sudah terjebak dalam permainannya sendiri. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya lagi, mengingat itu semua untuk membantu memulihkan nama baik ayahnya. Sekarang ia tak bisa lari dari kenyataan. Pertunangan semakin dekat dan ia harus berusaha untuk bisa mencintai gadis itu.
**
Seoul. May, 2013.
Jang Mi masih terduduk di atas dudukan toilet di kamar mandi apartemennya. Ia berusaha menelan ludah dengan susah payah dan menatap gusar pada benda kecil yang kini ada di tangannya. Sebuah testpack. Alat pengecek kehamilan itu perlahan mulai menunjukkan perubahan. Ia membulatkan kedua matanya dan mendekap mulutnya dengan salah satu tangannya, begitu dilihatnya tanda tanda yang menunjukkan kehamilan pada testpack itu. Matanya mulai berkaca kaca tak percaya dan senyuman tampak tersungging di bibirnya.
Beberapa bulan berlalu sejak pertunangan mereka -Kyuhyun dan Jang Mi. Gadis itu begitu bahagia dengan kabar kehamilannya dan tak sabar ingin segera memberitahukannya pada Kyuhyun.
"Yoboseyo, Kyuhyun-ah. Neo odisseo?" Seru Jang Mi dengan wajah berbinar meski hanya melalui sambungan telpon. "Ah, Jang Mi-ah. Aku baru saja akan kembali dari perusahaan. Ada apa? Kau terdengar begitu antusias." Balas Kyuhyun, yang telah menduduki posisi manajer produksi dan oprasional di Blitz Corp. tepat setelah lulus dari kuliahnya dan resmi bertunangan dengan Jang Mi. "Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Kita bertemu di apartemenku saja. Aku akan menunggumu." Ujar Jang Mi cepat sebelum mengakhiri percakapan mereka.
Kyuhyun melanjutkan langkahnya untuk bisa  menuju ke mobilnya. Baru saja ia akan membuka pintu mobil itu, jika seseorang tidak memanggil dan menghampirinya. "Kyuhyun Oppa.." Kyuhyun sangat terkejut saat dilihatnya seorang gadis yang jelas jelas ia kenal dengan baik sudah berdiri dibelakangnya. Ada perasaan nyeri tersendiri saat ia melihat wajah lugu gadis itu. "In Young-ah.. Bagaimana kau--" In Young yang sudah menghambur ke dalam pelukan Kyuhyun, membuat pria itu terdiam menggantungkan kalimatnya. "Oppa. Bogoshipeosseo.."
**
Kyuhyun dan gadis masa lalunya -In Young, kini sudah berada di dalam mobil. Mereka duduk terpaku tanpa menatap satu sama lain. Butuh beberapa saat untuk mereka terlena dalam suasana hening, sebelum akhirnya In Young memulai percakapan mereka. Situasi begitu kaku dan menyulitkan Kyuhyun. "Oppa. Kenapa kau tidak datang? Kau sudah melupakanku?" Tanya In Young yang saat itu menatap Kyuhyun penuh arti. In Young segera ke Seoul untuk menemui Kyuhyun, setelah mendapatkan informasi dari senior terdekatnya saat masih di universitas, Lee Sungmin. Mendengar itu Kyuhyun hanya menghela napas, menurunkan wajahnya, dan kedua tangannya semakin erat memegang kemudi mobil yang masih diam di parkiran itu. "Ani. Aku tidak pernah melupakanmu. Aku juga sangat merindukanmu." Timpal Kyuhyun pada akhirnya, tanpa membalas tatapan In Young. Gadis itu mengernyitkan keningnya. "Benarkah? Tapi kau tak tampak senang melihat kedatanganku. Apakah kedatanganku mengganggu?" Tanya In Young lagi. Tak lama setelah itu Kyuhyun menatap In Young intens. "In Young-ah, mianhae. Aku bersalah karena tidak memberimu kabar selama di Seoul dan tidak mengunjungimu. Mianhae karena aku tidak bisa menepati janjiku. Waktu terus berjalan dan segalanya telah berubah. Bisakah kau mengerti?" Ucapan Kyuhyun membuat In Young menatapnya heran. "Apa maksudmu, Oppa?" In Young menuntut penjelasan lebih. "Kupikir...kita sudah tidak bisa seperti dulu." Ucap Kyuhyun lirih. Cukup menyakitkan bagi pria itu untuk mengatakannya. Ia sudah mengorbankan perasaannya. In Young membulatkan kedua matanya tak percaya. Seketika itu hatinya hancur. Penantian dan pengorbanannya selama ini mendadak menjadi sia sia. Bulir air mata jatuh bebas dari pelupuk matanya. Bibirnya bergetar berusaha menahan perih yang dirasakannya. Tanpa pikir panjang, In Young membuka pintu mobil dan keluar begitu saja.
"In Young-ah! In Young-ah! Dengarkan penjelasanku!" Seru Kyuhyun dari dalam mobilnya. Ia baru saja akan mengejar dan menarik kembali gadis itu tapi terlambat. Gadis itu berlari dan segera menghentikan taksi yang memang melintas saat itu. Dengan cepat Kyuhyun menyalakan mesin dan melajukan mobilnya, mengejar taksi yang ditumpangi In Young.
Taksi itu berhenti di depan sebuah apartemen. Setelah dilihatnya gadis itu turun, Kyuhyun segera menepikan dan menghentikan mobilnya. Keluar dari mobil dan meraih gadis itu. "In Young-ah, dengarkan aku! Kumohon." Ujar Kyuhyun sambil menarik kasar tangan gadis itu. "Plakk!!" Sebuah tamparan mendarat apik di pipi kanan pria itu. "Aku tak mau dengar apapun. Aku menyesal karena telah mengenalmu." Ucap gadis itu dingin. Begitu menusuk perasaan Kyuhyun saat itu. Ucapan itu lebih menyakitkan dibandingkan tamparan yang ia terima. Kyuhyun menarik gadis itu dalam pelukannya. Sangat erat hingga In Young tak sanggup meloloskan diri. "Aku bersalah. Aku sangat mencintaimu, kumohon dengarkan aku." Pinta Kyuhyun yang masik mendekap In Young. In Young terus memberontak. Memukul dada Kyuhyun berulang kali untuk membebaskan diri. "Lepaskan aku! Aku tidak mau dengar! Aku tidak mau dengar apapun!" Seloroh In Young dengan tangisnya yang sudah pecah. Perasaannya hancur. Sakit. Seperti mau meledak. In Young menyerah, saat tubuhnya dirasakan mulai lemas. "In Young-ah, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Percayalah padaku. Hanya untuk kali ini saja, kumohon kau mengerti." Ujar Kyuhyun mulai menjelaskan. Ia melepaskan dekapannya dan mengusap lembut air mata In Young. "Ada sesuatu yang harus kuselesaikan. Untuk itu kuharap kau mau menunggu sedikit lagi. Aku sekalipun tak pernah meninggalkanmu. Hanya kau satu satunya wanita yang kucintai." Lanjut Kyuhyun, berusaha meyakinkan gadis itu. Kyuhyun lalu mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir gadis itu.
**
Tanpa sepengetahuan Kyuhyun, ponsel yang ia tinggalkan di mobilnya terus berdering. Tertera nama Jang Mi yang berulang kali mencoba menghubunginya. Jang Mi begitu resah, menanti Kyuhyun yang tak kunjung datang. Ia bahkan sempat menghubungi kakak sepupunya, Sungmin, hanya untuk memastikan keberadaan Kyuhyun. "Oppa, apakah Kyuhyun masih ada di kantor?" Tanya Jang Mi pada kakak sepupunya itu. "Kyuhyun? Ani. Kupikir ia sudah kembali sejak tadi. Wae?" Balas Sungmin santai menanggapi pertanyaan Jang Mi. "Ah, bukan apa apa. Hanya bertanya saja. Gomawo, Oppa. Aku akan tutup telponnya." Jawab Jang Mi kemudian memutuskan sambungan telponnya. Tidak lama setelah itu, terdengar bunyi pintu yang di buka. Jang Mi melangkah ke ruang tamu apartemennya. "Ya, Kyuhyun-ah. Kau darimana saja? Aku menunggumu dari tadi seperti orang bodoh." Ujar Jang Mi kesal. Kyuhyun yang melihat itu hanya tersenyum kecil, sebelum benar benar memasuki apartemen tunangannya. "Jadi apa yang ingin kau sampaikan itu hingga membuatmu begitu bersemangat?" Tanya Kyuhyun setelah menghempaskan dirinya di sofa ruang tengah. "Tunggu. Apakah terjadi sesuatu? Kenapa kau tampak kacau?" Balas Jang Mi balik bertanya. "Ani. Gwenchana." Kyuhyun menjawab cuek sambil menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya. Jang Mi lalu menghampiri pria itu dengan duduk disampingnya dan memeluknya mesra. "Wae?" Rayunya agar Kyuhyun mengatakan yang sebenarnya. "AKU BILANG TIDAK APA APA!!" Jang Mi begitu terkejut saat Kyuhyun membentaknya kasar. "Mian. Aku hanya sedang lelah. Aku pikir aku perlu istirahat. Kalau kau ada sesuatu untuk disampaikan, sampaikan lain kali saja. Aku pergi." Lanjutnya lagi yang sontak membuat Jang Mi bangkit dari duduknya. "Aku hamil." Ucap Jang Mi sebelum Kyuhyun benar benar beranjak dari apartemennya. Kyuhyun menghentikan langkahnya dan menatap Jang Mi tajam. "Aku hamil. Itu yang ingin kusampaikan." Jelas Jang Mi lagi yang seketika membuat tubuh Kyuhyun seakan lemas tak berdaya. Ia telah merusak semuanya.
**
Fakta tentang kehamilan Jang Mi telah terdengar hingga ke telinga direktur Park dan juga manajer Cho. Mereka cukup terkejut mengetahui hal itu dan berniat mempercepat acara pernikahan Jang Mi dan Kyuhyun. Di luar sepengetahuan mereka semua, Kyuhyun sangat terpukul. Ia tidak mengira akan bertindak sejauh itu hingga Jang Mi harus mengandung anaknya. Kini ia terkungkung dalam rasa bersalahnya sendiri. Tidak tahu bagaimana bisa mengatakannya pada In Young.
Di sisi lain, In Young masih terus memikirkan ucapan Kyuhyun yang memintanya untuk menunggu sedikit lagi. Rasa penasarannya semakin terdorong. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak bisa tidak menanyakannya pada Sungmin. Saat itu juga, dengan penuh keyakinan ia menghubungi Sungmin untuk bisa memberitahunya segala kebenaran yang ada. "Yoboseyo, Sunbae.. Ini aku, In Young." Sapa In Young yang mencoba menghubungi teman lamanya itu melalui telepon umum. "Bisakah hari ini kita bertemu? Sebentar saja." Lanjutnya. Setelah menentukan tempat dan sepakat pada keputusan dimana mereka akan bertemu, In Young segera mengakhiri obrolan singkatnya.
**
"Oraenmaneyo, Sunbae. Jaljinaeyo?" Ujar In Young berbasa basi sebelum masuk ke pokok permasalahan. "Ne, In Young-ah. Aku baik baik saja. Ternyata kau sama sekali tak berubah, hanya rambutmu yang semakin panjang." Balas Sungmin sembari bercanda. "Sunbae, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan." Ucap In Young yang mulai serius. "Musuniriya?" Balas pria manis itu ramah. "Tentang hubunganku dengan Kyuhyun Oppa.. Kau tahu kan, ia pernah berjanji padaku untuk mengunjungiku di Gyeongju, tapi ia tidak menepatinya. Beberapa hari yang lalu aku sudah berhasil menemuinya berkat alamat perusahaan yang kau berikan padaku. Ia mengatakan padaku kalau ada urusan yang harus ia selesaikan dan tampaknya itu sangat mendesak. Ia tidak memberitahuku dengan jelas berapa kalipun aku menanyakannya. Karena itu, bisakah kau ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Jelas In Young panjang lebar. Sungmin terdiam sambil mengernyitkan keningnya tampak berpikir, berusaha meresapi apa yang dikatakan gadis itu. "Hubunganmu dengan Kyuhyun? Kupikir kalian sudah lama berakhir dan hubungan kalian sekarang hanya sebatas sahabat." Balas Sungmin heran. "Ne?" In Yong melebarkan matanya, tidak mengerti. "Kyuhyun pernah bilang padaku bahwa hubungan kalian sudah lama berakhir, sejak ia pindah ke Seoul. Ia bahkan sudah resmi bertunangan dengan adik sepupuku, Jang Mi. Kudengar mereka akan segera menikah. Mian kalau ini membuatmu kecewa. Tapi itulah yang sebenarnya. Park Jang Mi, ia adalah putri direktur perusahaan kami." Papar Sungmin yang sukses membuat dada In Young sesak. In Young memejamkan matanya sejenak dan berusaha menghirup oksigen sebanyak banyaknya supaya jangan sampai ia roboh di hadapan Sungmin. "In Young-ah? In Young-ah? Gwenchanayo?" Sungmin berusaha menyadarkan In Young dari kesesakannya. "Ah, ne, Sunbae. Gwenchana. Aku rasa aku harus kembali sekarang. Gomawo sudah mau menemuiku. Aku tahu kau sangat sibuk. Jaga dirimu. Aku pergi." Ujar In Young yang buru buru meninggalkan kafe itu. Sungmin hanya bisa menatapnya simpatik. Meski tampak baik baik saja, Sungmin yakin bahwa In Young pasti sangat guncang dengan kebenaran itu. Entah kenapa, Sungmin merasa peduli dengan gadis itu.
**
In Young begitu sakit mengingat perkataan Sungmin yang bagaikan tombak yang menghujam tepat di jantungnya. Ia berjalan terseok seok berusaha menahan sakit di dadanya. Tumpahan air mata sudah tak dapat ia tahan lagi. Ia lalu bertopang pada salah satu tiang lampu yang ada di sana dengan salah satu tangannya. Di tengah kehancuran hatinya itu, tiba tiba terbersit sebuah ide gila dalam benaknya. Seketika itu juga ia merasa begitu jahat dan egois, tapi tak ada cara lain yang bisa ia lakukan. Hanya itu. Ya, hanya ada satu cara itu yang diyakininya akan bisa menyelesaikan semuanya.
**
Usai pertemuan singkatnya dengan In Young, Sungmin kembali ke perusahaan dan sengaja untuk langsung  menemui Kyuhyun. "Kyuhyun-ah. Apa kau sibuk?" Tanya Sungmin di depan ruang kerja hoobae nya itu. "Oh, Hyung. Ani, masuklah. Apa yang membawamu kemari?" Balas Kyuhyun ramah melihat kedatangannya. "Gadis itu, Shin In Young. Hubungan seperti apa yang sebenarnya kalian miliki saat ini? Apa benar kalian sudah berakhir?" Tanya Sungmin to the point sembari melangkah masuk. Kyuhyun yang mendengar nama itu begitu tertegun dan menatap Sungmin terkejut. "Apa maksudmu, Hyung? Apa--" belum selesai dengan kalimatnya, Sungmin langsung menyela "baru saja aku bertemu dengannya. Dan aku menjelaskan semua hal tentangmu padanya. Cho Kyuhyun. Aku tak peduli apapun alasanmu. Yang jelas, kalau sampai kau menyakiti adikku, aku tidak akan tinggal diam." Ucap Sungmin serius kemudian beranjak dari ruangan itu. Kyuhyun masih terdiam, berusaha mencerna perkataan Hyungnya itu. Ia menelan ludahnya kasar, dan merasa sudah benar benar kalah. "Ya, Cho Kyuhyun. Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ucapnya lirih pada dirinya sendiri dengan senyum kecut yang terkesan meremehkan dirinya sendiri. Kyuhyun benar benar putus asa.
Malam itu In Young terus berusaha menghubungi Kyuhyun. Pria itu menatap layar ponselnya sambil mendesah, dan entah kenapa melihat serangkaian nomor tak dikenal itu membuatnya sangat kesal. "Nuguseyo?!" Jawab Kyuhyun jengah. "Datanglah ke apartemenku malam ini. Aku menunggu." Balas In Young singkat kemudian menutup telponnya. Kyuhyun terkejut saat tahu suara In Young yang terdengar dari sebrang telponnya dan melempar ponselnya asal. Ia mengacak rambutnya dan mengerang frustrasi. Karena tak ada pilihan ia pun mengikuti permintaan gadis itu untuk datang ke apartemennya.
Kyuhyun memasuki apartemen itu dalam diam dan menghentikan langkahnya ketika gadis itu sudah berdiri dihadapannya. "Gomawo sudah mau datang, Oppa." Ujarnya tersenyum, berusaha untuk tegar di hadapan pria itu. "Aku sangat kesepian. Kupikir tidak ada salahnya kan kalau aku mengundangmu ke sini. Aku hanya ingin bersamamu malam ini." Lanjutnya lagi sembari menarik lengan pria itu untuk mengikutinya duduk di sofa ruang tengah apartemennya. Di meja yang tidak jauh dari sofa yang mereka tempati, In Young sudah siapkan sebotol wine merah kesukaan Kyuhyun, lalu menuangkannya untuk bisa ia berikan pada kekasihnya itu. Kyuhyun masih membisu sejak kedatangannya ke apartemen itu dan hanya menerima segala perlakuan In Young padanya. Kyuhyun merasa aneh dengan sikap In Young malam itu. Bukankah gadis itu sudah tahu semuanya? Kenapa ia bersikap seolah tak tahu apapun? "In Young-ah." Ucap Kyuhyun yang mulai angkat bicara setelah menerima segelas wine merah dari gadis itu. "Jangan katakan apapun, Oppa. Cukup temani aku saja malam ini, eoh?" Ujar In Young yang berusaha mengurungkan niat Kyuhyun untuk meneruskan kata katanya. Gadis itu lalu menyandarkan kepalanya di pundak Kyuhyun, dan memeluk erat lengan pria itu. "In Young-ah.." Panggil Kyuhyun yang tak kunjung mendapat respon hingga ia meletakkan kembali wine nya itu ke atas meja dan membenarkan posisi In Young untuk bisa menatapnya. "Aku--" baru saja Kyuhyun akan memulai bicara, In Young sudah menyambar bibir pria itu dengan bibirnya. Gadis itu seketika berubah menjadi liar, membuat Kyuhyun terkejut dan tak percaya. In Young terus melumatkan bibirnya pada pria itu dengan kasar dan terburu buru. Ia mengalungkan tangannya pada leher Kyuhyun dan menariknya semakin dekat. Kyuhyun yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya terbawa suasana. Ia membalas ciuman gadis itu penuh nafsu. Saling melumat, saling mengulum, hingga tanpa sadar tangan In Young sudah bergerak untuk melepaskan kancing kemeja hitam yang dikenakan pria itu satu per satu. Seakan terhanyut dalam dunia mereka sendiri, Kyuhyun mengangkat tubuh In Young menuju kamarnya tanpa melepaskan ciuman mereka. In Young yang masih memeluk erat pria itu, mengapitkan kedua kakinya di pinggang Kyuhyun hingga mereka benar benar sampai di kamarnya. Kyuhyun menghempaskan gadis itu ke atas ranjang dan berniat 'menyentuh' gadis itu lebih jauh lagi.
Kyuhyun membiarkan gadis itu duduk di atas tubuhnya dan kembali menautkan bibir mereka. Cukup lama, sebelum akhirnya In Young melepaskan ciumannya dan berusaha menarik napas. Kyuhyun menatap gadis itu intens dan berusaha merengkuhnya kembali. In Young menurut dan membiarkan pria itu menyentuhnya. Mengedarkan ciumannya hingga ke leher dan pundak gadis itu.
Kyuhyun yang sudah terpancing dan terlena dalam situasi itu tidak mengetahui sedikitpun rencana In Young yang mulai mengeluarkan sesuatu yang mengkilap dari balik bantal yang Kyuhyun gunakan saat itu. Kejadian itu terjadi begitu cepat hingga tak ada kesempatan bagi Kyuhyun untuk bisa menghindar. Sekejap saja, In Young sukses menghentikan segala aksi Kyuhyun malam itu. Kyuhyun menatap In Young tak percaya. Tubuhnya membeku dan menjadi dingin. "I-In Young-ah.. N-Neo.." Ucap pria itu terbata bata dengan bibir yang bergetar. In Young bahkan tak bisa mempercayai apa yang baru saja ia lakukan pada pria yang begitu dicintainya itu. Gadis itu meneteskan air matanya tanpa berkedip. Dengan ekspresi shock itu ia tak tahu harus berkata apa. Ia melihat kekasihnya begitu kesakitan karena luka tusukan yang menembus perutnya. In Young mencabut pisau yang sudah berlumuran darah itu dari perut Kyuhyun dan menjatuhkannya ke atas lantai dengan tangannya yang bergetar hebat. "Mi-Mianhae. Oppa.. Aku melakukannya karena aku mencintaimu.." Ucap In Young lirih sebelum Kyuhyun benar benar terlelap untuk selamanya karena kehabisan darah.
**
2 hari sejak peristiwa itu, Kyuhyun seolah hilang ditelan bumi. Keluarga Cho, direktur Park, Jang Mi, dan juga Sungmin terus berusaha mencari keberadaan pria tinggi dan mancung itu ke segala tempat. Pihak kepolisian pun sudah ikut turun tangan dalam pencarian itu. Sungmin yang teringat akan sosok In Young kemudian berusaha menghubungi dan mencari keberadaan gadis itu. Di luar sepengetahuan mereka semua, In Young sudah membuang ponsel milik Kyuhyun dan juga segala benda miliknya yang terlibat dalam pembunuhan sekaligus yang mungkin dapat dilacak untuk menemukan dirinya. Ia terus mengurung diri dalam apartemennya selama 2 hari itu. Berada dalam tekanan terberat dalam hidupnya. Ia belum siap menjadi seorang pembunuh. Tubuhnya masih bergetar, pandangannya kosong menerawang entah kemana. Ia mulai kehilangan akal sehatnya. Dilihatnya pria tampan itu kini sudah terbujur kaku dihadapannya. Noda darah tampak mengotori sprei dan juga pakaian mereka berdua. Ia lalu mendekati tubuh pria tak bernyawa itu dan mendekapnya erat. Ia menangis keras. Untuk pertama kalinya, gadis itu menangis keras dan mengerang seperti orang gila. "Oppa.. Kenapa harus seperti ini? Kenapa? Aku begitu mencintaimu. Aku tidak bisa melihatmu dengan wanita lain." Ucapnya putus asa di sela isak tangisnya.
**
August, 2013
"Ayo kita pulang, Jang Mi-ah. Kata dokter kau harus banyak istirahat untuk menjaga janin dalam kandunganmu." Ucap nyonya Park -istri direktur Park sekaligus ibu Park Jang Mi, kepada putri tunggalnya itu. Ia lalu menarik kursi roda yang dipakai Jang Mi menjauh dari dari nisan bertuliskan 'Cho Kyuhyun' itu. Wanita itu hanya melamun, menerawang entah kemana dengan keadaan fisiknya yang sangat lemah. Ia begitu terguncang dan terpukul setelah mendengar kabar kematian tunangannya dari pihak kepolisian yang berhasil menemukan jasadnya. Wanita itu seolah berada dalam dunianya sendiri. Tidak mampu untuk kembali pada kenyataan. Tidak bisa berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan siapapun lagi. Ia 'lumpuh' secara total. Mental dan juga fisiknya. Baginya, Park Jang Mi yang dulu sudah lama 'mati'.
Jauh dari tempat Jang Mi berada, seorang gadis lain masih berusaha mencari tempat persembunyian. Seperti kehilangan arah. Ia menjadi bulan bulanan polisi hingga melarikan diri ke tempat yang ia sendiri tak tahu dimana. Ia begitu linglung, sesekali berbicara sendiri, tertawa dan juga menangis sendiri. Tak peduli bagaimana tatapan orang orang yang melihat dan menganggapnya gila. Ya, ia memang sudah gila. Seorang pembunuh. Seorang yang tak berguna dan tak pantas untuk hidup lebih lama. Di tengah langkahnya yang terseok seok itu, beberapa orang pria tampak menghalangi jalannya. Ia begitu takut, tapi tak tahu apa yang harus dilakukannya saat salah satu dari kumpulan pria itu mulai menyerangnya. Ia terus di rayu sedemikian rupa, di goda, ditertawakan, di dorong hingga terjatuh. Seorang yang lain mulai menarik paksa pakaian yang dikenakan gadis itu. Merobeknya, dan menggerayangi tubuh gadis itu. Seorang diri, gadis itu tak bisa melawan. Sekuat apapun ia berteriak tak ada seorangpun datang menolongnya. Ia sudah putus asa, tak ada harapan hidup apapun lagi untuknya. Mataharinya perlahan memudar. Ia pasrah pada apapun yang terjadi padanya hari itu. Merelakan segalanya untuk bisa menebus kesalahannya. Beberapa pria tak dikenal itu telah melecehkan gadis itu tanpa ampun.
"In Young-ah, gokjonghajima. Aku akan kembali. Aku tak akan meninggalkanmu.."
Ucapan itu. Ucapan pria tercintanya yang terngiang dalam benak gadis itu untuk terakhir kalinya, sebelum nyawa gadis itu terenggut oleh beberapa pria tak berhati yang telah menghancurkannya.
**
"Seorang wanita tanpa identitas ditemukan tewas di sebuah gang sepi di daerah Chuncheon. Diduga wanita tersebut tewas setelah diperkosa. Dari hasil penyelidikan, polisi menemukan bahwa wanita tersebut adalah salah seorang tawanan dari kasus pembunuhan beberapa bulan--" terang seorang reporter berita dari layar televisi yang kini disaksikan oleh seorang wanita di atas kursi roda nyamannya. Tatapannya lurus pada televisi dihadapannya, namun pandangannya masih melayang entah kemana. Meski begitu, wanita itu tiba tiba tersenyum. Entah karena alasan apa, ia hanya tersenyum. "Jang Mi-ah, apa yang sedang kau lihat? Bagaimana kalau kita keluar saja untuk mencari udara segar?" Ujar seorang pria dengan suara lembutnya, kemudian membawa Jang Mi keluar dari tempat itu setelah lebih dulu mematikan televisi. "Ini untukmu. Kau harus bisa sembuh. Demi anakmu." Ucap Sungmin lagi sembari memberikan sebuah burung origami pada Jang Mi, ketika mereka telah berada di taman depan kediaman keluarga Park.
**
Jauh di kota kecil, Gyeoungju. Seorang wanita paruh baya tampak duduk di tepi sebuah ranjang milik putri tiri nya. Memandang penuh kasih sayang pada foto seorang gadis yang tersenyum ceria. "Entah sejak kapan aku mulai menyayangimu seperti anakku sendiri." Ucapnya dengan senyum tulus dari hatinya. "In Young-ah. Kini aku mengerti bagaimana sulitnya berada dalam penantian." Lanjutnya lagi sebelum meletakkan kembali foto itu di atas meja dekat ranjangnya. Ia lalu bangkit dan menutup pintu penghubung kamar itu dengan balkon yang selama ini menjadi tempat favorit putri tiri nya. Setelah puas memandang seluruh sisi ruang kamar itu, wanita itu menghela napas dan beranjak meninggalkan tempat itu.

*END*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar