Author : Kxanoppa & EL
Title : The Mystery Of Hoon’s (Book 3 - Last)
Genre : Mystery, Fantasy, Angst, Romance, Friendship
Tags :
-
Lee
Sungmin
-
Cho
Kyuhyun
-
Kim
Heechul (Hee)
-
Han
Yong Kyo (OC)
-
Hoon
(OC)
-
Moon
(OC)
-
Ha
(OC)
Rating : G
Length : 2.397 words
Notes : Pure. Original. No bash. No copy. Happy reading ^^!
Don’t forget to comment!! (udah pernah dipublish di http://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/04/13/the-mystery-of-hoons-33/)
Alarm jam beker Kyuhyun terus
berbunyi nyaring, membuat Kyuhyun harus terbangun dari tidurnya.
“Auw!” pekiknya ketika tangannya
tidak sengaja menyentuh bekas luka sobek di bibirnya, bekas tinjuan Sungmin
padanya semalam. Setelah ia berhasil membuka kedua matanya dengan sempurna, ia
melihat ke arah jam bekernya. Kyuhyun begitu terperanjat dan langsung melompat
dari tempat tidurnya begitu menyadari dirinya sudah sangat terlambat untuk
kuliah. Hari ini adalah jadwalnya untuk pergi ke rumah sakit. Tanpa
berlama-lama lagi, ia langsung bersiap dan bergegas pergi.
Sesampainya di rumah sakit,
Kyuhyun kembali diherankan dengan situasi rumah sakit yang tampak begitu
berbeda. Sepertinya terjadi sesuatu. Tapi Kyuhyun tidak begitu memedulikannya
saat itu dan berniat untuk menghampiri Yong Kyo di kamar inapnya sebelum ia ke
ruangan dokter pembimbingnya yang kebetulan ruangannya memang sejalan dengan
kamar Yong Kyo. Tapi langkahnya lagi-lagi harus terhenti begitu ia mendapati
beberapa dokter, termasuk dokter pembimbingnya sedang berkumpul di depan kamar
Yong Kyo. Tampak juga kedua orangtua Yong Kyo di sana. Tidak hanya itu, Kyuhyun
juga melihat sosok seseorang yang sudah sangat lama dikenalnya –Sungmin- tampak
begitu sedih dengan sesekali mengusap air matanya dan mengepalkan tangannya.
Apa yang terjadi?
Tubuh Kyuhyun seketika membeku. Haruskah ia ikut menunjukkan dirinya atau tetap pada posisinya saat ini? Ada perang tersendiri dalam benak dan batinnya, perasaan sulit untuk mau mengakui bahwa sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi. Kyuhyun mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk menenangkan dirinya, sampai akhirnya seseorang datang dan menepuk pelan pundaknya.
Tubuh Kyuhyun seketika membeku. Haruskah ia ikut menunjukkan dirinya atau tetap pada posisinya saat ini? Ada perang tersendiri dalam benak dan batinnya, perasaan sulit untuk mau mengakui bahwa sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi. Kyuhyun mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk menenangkan dirinya, sampai akhirnya seseorang datang dan menepuk pelan pundaknya.
“Tuan Hoon, aku rasa inilah
saatnya..” ucap orang itu dengan suara bisikan tepat di telinganya.
“Hee.. Apa kau akan pergi?” tanya
Kyuhyun lirih.
“Kau sudah berhasil menemukan
reinkarnasi 2 bangsawan itu.. Itu berarti tugasmu sudah selesai.. Aku sangat
berterimakasih padamu untuk itu.. Karena kau, aku akan bisa segera kembali..”
balas Hee dengan senyum tersungging di bibirnya. Tentu hal itu dirasa aneh bagi
Kyuhyun. Selama ini Hee tidak pernah benar-benar menunjukkan sisi manisnya
seperti itu. Apakah ini akan benar-benar menjadi sebuah perpisahan?
“Aku masih membutuhkanmu.. Yong
Kyo harus tahu siapa reinkarnasi Moon. Aku harus memberitahunya.. Hee, bantu
aku.. Tidak bisakah kau mempertahankan Yong Kyo untukku?” pinta Kyuhyun yang
kini tampak semakin panic dengan suaranya yang bergetar.
“Jwosonghamnida, tuan Hoon. Tapi
aku bukan peri yang bisa dengan mudah melakukan hal seperti itu. kau harus
mengerti. Ini sudah menjadi takdirmu, bahwa kalian tidak akan pernah bisa
bersatu..”
“Dan satu hal lagi.. Mengenai
reinkarnasi bangsawan Moon, gadis itu sebenarnya sudah mengetahuinya..
Sebelumnya ia meninggalkan surat ini untukmu..” lanjut Hee sembari memberikan
sebuah surat padanya.
“Untuk
tabib paling tampan yang pernah kutemui, Hoon.
Gomawo
sudah ada untukku di saat-saat tersulitku. Mungkin mengejutkan bagimu yang
mengetahui tentang sakitku dengan begitu tiba-tiba. Mianhae aku tidak pernah
mengatakan ini padamu walaupun aku tahu kau seorang calon dokter di masa ini.
Aku hanya gadis bodoh yang bahkan terlalu malu untuk mengungkapkan perasaanku
hingga harus memanfaatkan keadaan. Aku minta maaf karena sudah menyakiti
perasaan sahabatmu. Aku sudah melakukan kesalahan besar. Apakah hubungan kalian
baik-baik saja sekarang? Aku harap kalian bisa tetap menjadi teman dan tidak
terpengaruh oleh kehadiranku yang hanya sekejap ini. Anggap saja aku hanya
angin lalu, yang bisa semakin mempererat hubungan persahabatan kalian. Tentang
cincin kita, aku sudah mengetahui siapa reinkarnasi bangsawan Moon. Dan aku
yakin kau pasti juga sudah bisa menebaknya.Kau harus tetap hidup dan
melanjutkan kisah masa lalu kita. Lakukanlah yang terbaik, meski aku tidak bisa
menemanimu. Tapi percayalah aku akan selalu dekat di sisimu. Aku mencintaimu..
Bangsawan
Ha”
Air mata Kyuhyun meluncur begitu
saja dari kedua matanya yang indah, melalui lekukan pipinya yang kini sudah
memucat. Kakinya bahkan terasa begitu lemah hingga ia sulit menahan berat
tubuhnya saat itu. Begitu sakit, membuatnya harus menepuk dadanya berulang
kali. Penyesalan itu selalu datang di saat terakhir. Ia bahkan belum sempat
mengatakan hal yang sama pada gadis itu bahwa ia juga mencintainya. Juga
menyesal karena tidak menyadari kebenaran itu sejak awal. Saat ia kembali
melemparkan perhatiannya pada orang-orang yang berkumpul di depan ruangan Yong
Kyo, tampak beberapa perawat keluar dari ruangan itu dan membawa Yong Kyo yang
sudah terbaring dengan kain putih yang menutupinya. Sungguh pemandangan yang
sangat menyakitkan. Kenapa rasanya harus sesakit ini? Pikir Kyuhyun sambil
terus memegangi dadanya dengan surat yang masih ada dalam genggamannya, hingga
ia merasa tangannya semakin melemas dan mengayunkannya turun. Tanpa ia sadari,
cincin di jari manisnya yang selama ini bertengger kuat telah terlepas dengan
mudahnya dan menimbulkan suara ketika cincin itu beradu dengan permukaan lantai
rumah sakit. Kyuhyun sangat terkejut begitu mengetahuinya. Ia berniat
memungutnya kembali, dan di saat ia hendak memungutnya, sebuah cincin lain yang
sama tiba-tiba menggelinding dan berhenti dihadapannya, tepat di samping cincin
miliknya. Kyuhyun menengadahkan kepalanya hingga ia mendapatkan sebuah
pemandangan yang lagi-lagi sangat tidak biasa. Sangat di luar akal sehat yang
anehnya justru membuatnya mampu tersenyum setelah semua kejadian pahit yang
baru saja ia alami. Gadis itu dan juga peri itu, telah berdiri dihadapannya.
Mengaburkan segala pemandangan yang sebenarnya, dari balik bayangan mereka.
Suara isak tangis yang tadi ia dengar dari keluarga Yong Kyo dan juga Sungmin
perlahan mulai tersamarkan di telinganya. Pemandangan sebenarnya ketika para
dokter dan perawat membawa tubuh tak bernyawa Yong Kyo menjauh juga tak lagi
mengganggunya. Kini ia hanya focus pada sosok gadis yang tengah berdiri
dihadapannya. Ia melihatnya begitu nyata. Gadis itu terus menatap Kyuhyun
lembut dan memberikan sebuah anggukan yang sangat berarti bagi nya kemudian
tersenyum sebelum akhirnya bayangannya mulai memudar dalam penglihatann
Kyuhyun, begitu juga peri Hee yang tadi sempat berdiri di sampingnya. Semuanya
sudah selesai. Ya, inilah akhir dari semua fantasi singkat yang Kyuhyun alami.
“Saranghae, Yong Kyo ssi..” ucap
Kyuhyun yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan. Ia kemudian melanjutkan
niatnya yaitu untuk memungut kedua cincin itu dan menggenggamnya erat, sebelum
akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
****
Sudah 2 bulan paska kejadian itu,
kejadian dimana Han Yong Kyo meninggalkannya sekaligus menyisakan jurang
pemisah antara Kyuhyun dan Sungmin, yang selama itu pula sudah tidak saling
bertemu dan bertegur sapa. Ada perasaan bersalah terbersit di benak Kyuhyun
saat dia kembali teringat pesan terakhir Yong Kyo padanya untuk bisa tetap
bersahabat dengan Sungmin, yang nyatanya belum bisa ia tepati. Kyuhyun bangkit
dari duduknya dan melihat kalender yang ada di atas meja belajarnya. Ia tampak
berpikir sejenak sembari menatap kalender yang masih berada di tangannya. Ia
baru ingat bahwa hari itu adalah hari kelulusan Sungmin. Bahwa hari itu adalah
hari penting bagi sahabatnya untuk benar-benar di wisuda. Untunglah, saat itu
belum terlambat baginya untuk bisa ke kampus dan menemui Sungmin. Ia-pun dengan
segera berbenah diri, mengambil beberapa barangnya yang penting yang perlu
untuk di bawa dan meninggalkan rumah menuju ke kampus.
Kyuhyun yang sudah berada di
ruangan auditorium tempat wisuda itu dilaksanakan, hanya bisa berdiri di ujung
ruangan dengan pandangannya yang beredar ke seluruh ruangan mencari sosok
sahabatnya itu, hingga akhirnya ia bisa menemukannya. Tepat saat Kyuhyun
menemukan sosoknya, Sungmin juga melihat ke arah yang sama, ke arah dimana
Kyuhyun berada saat itu. Kyuhyun hanya melemparkan senyum terbaik yang ia bisa
dan melambaikan tangannya pada Sungmin.
“Sungmin Hyung.. Chukkae..” ucap
Kyuhyun sembari mengulurkan tangannya setelah ia menghampiri pria tampan dengan
balutan seragam wisuda itu.
Sungmin tidak membalas ucapan
maupun uluran tangan dari Kyuhyun, dan hanya menatapnya intens dengan tatapan
dingin yang dimilikinya, membuat Kyuhyun semakin merasa bersalah dan terlihat
kikuk didepannya hingga ia menarik kembali uluran tangannya.
“Hyung.. Aku..—“
Kyuhyun yang baru saja memulai
kalimat barunya harus mengurungkan niatnya itu begitu Sungmin memeluknya erat
layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak berjumpa itu dengan tiba-tiba.
Mmebuat Kyuhyun cukup syok dan tak mengira.
“Sudah lama, Kyuhyun-ah. Aku
pikir kau melupakanku..” tutur Sungmin dengan senyum simpulnya sembari menepuk
lengan Kyuhyun seperti yang ia lakukan dulu ketika mereka masih sangat dekat.
“Hyung.. Mianhaeyo.. Aku tidak
bisa menjaganya.. Aku hampir merusak jalinan persahabatan kita..”
“Tidak.. Tidak perlu di bahas
lagi. Ini semua memang sudah takdir.. Bukankah kita pernah berjanji? Bersahabat
selamanya, apapun yang terjadi tidak akan pernah menggoyahkannya..”
“Hyung…” ucap Kyuhyun lirih, menahan
bendungan airmata haru-nya yang sudah hampir jatuh dari pelupuk matanya.
“Selamat datang kembali..
Kyuhyun-ah..” lanjut Sungmin kemudian mengulurkan tangannya, yang langsung
dibalas oleh Kyuhyun.
Mereka berdua berjabat tangan
dengan erat sebagai 2 orang pria sejati, sambil menertawakan diri mereka
masing-masing. Tak lama setelah itu, mereka-pun tidak lupa untuk bisa mengambil gambar bersama di momen penting
itu.
“Ah, Kyuhyun-ah.. Mulai sekarang
aku akan meneruskan bisnis orangtuaku. Aku juga berencana untuk bisa mendirikan
rumah sakit. Kebetulan ayahku sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan
beberapa dokter terbaik di kota ini. Setelah kau lulus nanti, bekerjalah di
rumah sakit itu..” terang Sungmin antusias.
“Benarkah? Itu bagus, Hyung..!” jawab
Kyuhyun tak kalah antusias, sambil menampilkan sederet giginya yang putih itu,
membuat beberapa gadis yang ada di sana memandang mereka berdua kagum.
****
****
(Epilog)
Sang pewaris tahta Moon tampak
sedang asik di ruang bacanya. Beberapa tahun telah berlalu paska kejadian itu.
Kejadian dimana kekasihnya yang bernama Ha dan juga seorang tabib bernama Hoon
mengkhianatinya. Tentu ia masih belum bisa melupakan kejadian itu begitu saja.
Saat ini adalah saat tersulit bagi Moon, mengingat kematian ayahnya yang begitu
mendadak 2 hari yang lalu dan mengharuskannya menjadi seorang ratu di saat ia
belum siap sepenuhnya. Di saat ia membereskan meja baca dari beberapa kitab
yang memenuhinya, ia menemukan kumpulan kertas yang sudah tampak tua. Ia
memungutnya untuk memeriksanya, jika saja itu adalah sebuah rahasia peninggalan
mendiang ayahnya.
Ia begitu terkejut tak percaya
ketika membaca tulisan dalam kumpulan beberapa kertas itu, yang membawanya
kembali pada kenangan lama, ketika masih sangat muda. Saat dimana ia bertemu
dan mengenal seseorang yang bahkan menjadi sahabatnya kala itu. Seseorang yang
bernama Hoon.
“Yang Mulia..! Yang Mulia..!”
panggil beberapa dayang yang terdengar begitu panic, membuyarkan segala
pemikiran Moon saat itu.
“Ada apa?” tanya Moon dari dalam
ruangan.
“Ada seseorang yang datang dan
memaksa untuk menemui Anda, Yang Mulia.. Seorang pria yang mengaku bernama
Hoon..” lanjut dayang itu menjelaskan. Jantung Moon seketika berdenyut syok
begitu mendengar nama pria itu. “Bagaimana mungkin…?” gumamnya pada dirinya
sendiri.
“Baiklah.. Biarkan dia masuk..”
perintah Moon kemudian melanjutkan membereskan meja bacanya dan membawa
beberapa kumpulan kertas penuh kenangan itu bersamanya.
“Untuk apa kau datang kemari? Apa
kau masih punya muka untuk menemuiku?” tanya Moon tegas setelah pria itu masuk
ke dalam ruangannya dengan penampilan yang begitu berantakan, hingga Moon
sangat sulit untuk bisa mengenalinya. Hal itu membuatnya semakin tidak yakin
apakah pria itu benar adalah sahabatnya sejak kecil yang telah lama terpisah
karena bencana yang menimpa negeri itu dulu.
“Yang Mulia.. Saya bersalah..
Hukumlah aku..” aku Hoon dengan kepala tertunduk dan suara yang bergetar. Tentu
tidak mudah bagi Moon untuk bisa memaafkannya begitu saja, mengingat pria itu
telah membawa lari calon mempelainya dan mengacaukan segala rencananya.
“Dimana kau membawa bangsawan
Ha?! Kenapa kau begitu tega melakukannya pada kami? Jawab aku Hoon! Apa kau
benar-benar sudah melupakanku?!” pekik Moon yang tersulut emosi jika harus
mengingat kembali masa lalunya itu.
Ketakutan, Hoon berusaha
mengumpulkan segala keberaniannya untuk mengangkat kepalanya dan menatap orang
yang menjadi lawan bicaranya saat itu. Ia begitu terkejut begitu melihat siapa
orang yang ada dihadapannya itu. Ia tidak pernah mengira bahwa bangsawan Moon
yang sudah ia khianati selama ini ternyata adalah seseorang yang pernah sangat
ia kenal sebelumnya. Segala memori tentangnya terlintas dalam benaknya sesaat
setelah ia menyadari itu. Ia merasa begitu malu, begitu hina. Tidak pantas
untuk mendapatkan pengampunan dari Moon. Moon begitu terpancing emosi hingga
tidak bisa menahan airmatanya yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya, kemudian
melemparkan beberapa kumpulan kertas yang tadi dibawanya itu di hadapan Hoon.
“Apa kau benar-benar tidak
mengenaliku?”
Hoon berusaha menyatukan kembali
kumpulan kertas itu dan memungutnya, sebelum akhirnya membacanya. Air mata Hoon
jatuh penuh penyesalan.
“Tuan Putri..” panggil Hoon
kemudian setelah ia benar-benar manyadarinya.
“Kumohon bunuhlah aku.. Aku
begitu hina.. Biarkan aku mati..!” pekik Hoon lagi yang sudah tidak bisa
mengendalikan dirinya, membuat Moon semakin tersiksa.
“Bagaimana mungkin aku bisa
menghukum sahabatku sendiri? Apa kau tahu, betapa aku selalu merindukanmu kala
itu dan berharap kau segera kembali paska bencana itu.. Tapi kau tak pernah
kembali..” ucap Moon lirih sambil terus menahan tangisnya untuk bisa tetap
menjaga mertabatnya sebagai seorang ratu.
“Aku sudah menjadi seorang ratu,
menggantikan ayahku yang baru saja meninggal karena sakit.. Kau.. Apa yang
sudah kau lakukan selama ini? Mengacaukan pernikahanku dan membuat semua orang
terutama keluarga bangsawan Ha khawatir..”
Hoon hanya terus terisak tanpa
membalas perkataan Moon padanya.
“Katakan dimana bangsawan Ha!”
“Ampuni aku, Yang Mulia.. Aku
tidak mengira akan berakhir seperti ini, tapi bangsawan Ha, dia… Dia sudah
tewas..”
“Kau bisa menghukumku dengan
hukuman terberat. Bunuh saja aku.. Aku orang yang tidak berguna..” lanjut Hoon
lagi sambil terus tertunduk dan terisak.
Moon yang berusaha mencerna
kata-kata Hoon, tampak kembali syok hingga ia harus memejamkan matanya dan
memegangi dadanya yang terasa sakit. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia tidak
bisa menghukum pria itu. ingatan akan kenangan di masa lalu terus terlintas
dalam benaknya, membuatnya sangat sulit untuk bernapas saat itu.
“Tidak.. Tidak bisa.. Berapa
kalipun aku berusaha untuk membencimu, aku tidak bisa.. Bukankah kita pernah
berjanji? Apa kau ingat? Bersahabat selamanya, apapun yang terjadi..” terang
Moon dengan suara lirihnya, membuat Hoon terdiam dan kembali menatap wanita
dihadapannya itu penuh rasa bersalah.
“Aku tidak bisa menghukummu.
Janji itu.. Aku tidak akan pernah mengingkarinya. Bagaimanapun kau adalah
sahabatku sejak kecil. Ayahku selalu mangajarkanku untuk menepati janji yang ku
buat. Mungkin ini adalah hukuman Tuhan atas ketidakadilan yang terjadi selama
masa pemerintahan mendiang kakekku, dimana bencana itu terjadi dan rakyat
menderita tanpa kakekku peduli sedikitpun, termasuk padamu.. Tapi ada satu
permintaanku..” lanjut Moon yang kini sudah kembali menegakkan tubuhnya.
“Apapun itu, Yang Mulia.. Biarkan
aku melakukannya untukmu..”
“Mulai hari ini, tinggalah di
istana.. Jadilah penasihat kerajaan. Aku tahu kau seorang cenayang yang sakti..
Aku ingin kau memanfaatkan kelebihanmu untuk membantuku memajukan kerajaan
ini..” pinta Moon serius.
Setelah kejadian itu, Hoon
benar-benar mengabdikan dirinya di istana, menjadi seorang pansihat kerajaan
seperti yang diperintahkan Moon padanya. Ia bahkan menjadi tangan kanan Moon.
Hingga bertahun-tahun lamanya, Moon jatuh sakit dan membutuhkan seseorang yang
bisa menggantikannya memimpin rakyat di negeri itu. Karena tidak ada sanak
saudara maupun anak yang bisa menggantikan kedudukannya, jadilah Hoon, orang
kepercayaan Moon satu-satunya yang mampu menggantikan posisi Moon. Posisi
tertinggi di negeri itu, sebagai seorang raja, yang terkenal akan
kebijaksanaan, keadilan, dan ketegasannya.
****
(END)
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar