Kamis, 06 Juni 2013

The Mystery Of Hoon's [3/3]






Author             : Kxanoppa & EL
Title                 : The Mystery Of Hoon’s (Book 3 - Last)
Genre               : Mystery, Fantasy, Angst, Romance, Friendship
Tags                 :
-          Lee Sungmin
-          Cho Kyuhyun
-          Kim Heechul (Hee)
-          Han Yong Kyo (OC)
-          Hoon (OC)
-          Moon (OC)
-          Ha (OC)
Rating              : G
Length             : 2.397 words
Notes               : Pure. Original. No bash. No copy. Happy reading ^^! Don’t forget to comment!! (udah pernah dipublish di http://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/04/13/the-mystery-of-hoons-33/)

Alarm jam beker Kyuhyun terus berbunyi nyaring, membuat Kyuhyun harus terbangun dari tidurnya.
“Auw!” pekiknya ketika tangannya tidak sengaja menyentuh bekas luka sobek di bibirnya, bekas tinjuan Sungmin padanya semalam. Setelah ia berhasil membuka kedua matanya dengan sempurna, ia melihat ke arah jam bekernya. Kyuhyun begitu terperanjat dan langsung melompat dari tempat tidurnya begitu menyadari dirinya sudah sangat terlambat untuk kuliah. Hari ini adalah jadwalnya untuk pergi ke rumah sakit. Tanpa berlama-lama lagi, ia langsung bersiap dan bergegas pergi.

Sesampainya di rumah sakit, Kyuhyun kembali diherankan dengan situasi rumah sakit yang tampak begitu berbeda. Sepertinya terjadi sesuatu. Tapi Kyuhyun tidak begitu memedulikannya saat itu dan berniat untuk menghampiri Yong Kyo di kamar inapnya sebelum ia ke ruangan dokter pembimbingnya yang kebetulan ruangannya memang sejalan dengan kamar Yong Kyo. Tapi langkahnya lagi-lagi harus terhenti begitu ia mendapati beberapa dokter, termasuk dokter pembimbingnya sedang berkumpul di depan kamar Yong Kyo. Tampak juga kedua orangtua Yong Kyo di sana. Tidak hanya itu, Kyuhyun juga melihat sosok seseorang yang sudah sangat lama dikenalnya –Sungmin- tampak begitu sedih dengan sesekali mengusap air matanya dan mengepalkan tangannya. Apa yang terjadi?
Tubuh Kyuhyun seketika membeku. Haruskah ia ikut menunjukkan dirinya atau tetap pada posisinya saat ini? Ada perang tersendiri dalam benak dan batinnya, perasaan sulit untuk mau mengakui bahwa sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi. Kyuhyun mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk menenangkan dirinya, sampai akhirnya seseorang datang dan menepuk pelan pundaknya.
“Tuan Hoon, aku rasa inilah saatnya..” ucap orang itu dengan suara bisikan tepat di telinganya.
“Hee.. Apa kau akan pergi?” tanya Kyuhyun lirih.
“Kau sudah berhasil menemukan reinkarnasi 2 bangsawan itu.. Itu berarti tugasmu sudah selesai.. Aku sangat berterimakasih padamu untuk itu.. Karena kau, aku akan bisa segera kembali..” balas Hee dengan senyum tersungging di bibirnya. Tentu hal itu dirasa aneh bagi Kyuhyun. Selama ini Hee tidak pernah benar-benar menunjukkan sisi manisnya seperti itu. Apakah ini akan benar-benar menjadi sebuah perpisahan?
“Aku masih membutuhkanmu.. Yong Kyo harus tahu siapa reinkarnasi Moon. Aku harus memberitahunya.. Hee, bantu aku.. Tidak bisakah kau mempertahankan Yong Kyo untukku?” pinta Kyuhyun yang kini tampak semakin panic dengan suaranya yang bergetar.
“Jwosonghamnida, tuan Hoon. Tapi aku bukan peri yang bisa dengan mudah melakukan hal seperti itu. kau harus mengerti. Ini sudah menjadi takdirmu, bahwa kalian tidak akan pernah bisa bersatu..”
“Dan satu hal lagi.. Mengenai reinkarnasi bangsawan Moon, gadis itu sebenarnya sudah mengetahuinya.. Sebelumnya ia meninggalkan surat ini untukmu..” lanjut Hee sembari memberikan sebuah surat padanya.

“Untuk tabib paling tampan yang pernah kutemui, Hoon.
Gomawo sudah ada untukku di saat-saat tersulitku. Mungkin mengejutkan bagimu yang mengetahui tentang sakitku dengan begitu tiba-tiba. Mianhae aku tidak pernah mengatakan ini padamu walaupun aku tahu kau seorang calon dokter di masa ini. Aku hanya gadis bodoh yang bahkan terlalu malu untuk mengungkapkan perasaanku hingga harus memanfaatkan keadaan. Aku minta maaf karena sudah menyakiti perasaan sahabatmu. Aku sudah melakukan kesalahan besar. Apakah hubungan kalian baik-baik saja sekarang? Aku harap kalian bisa tetap menjadi teman dan tidak terpengaruh oleh kehadiranku yang hanya sekejap ini. Anggap saja aku hanya angin lalu, yang bisa semakin mempererat hubungan persahabatan kalian. Tentang cincin kita, aku sudah mengetahui siapa reinkarnasi bangsawan Moon. Dan aku yakin kau pasti juga sudah bisa menebaknya.Kau harus tetap hidup dan melanjutkan kisah masa lalu kita. Lakukanlah yang terbaik, meski aku tidak bisa menemanimu. Tapi percayalah aku akan selalu dekat di sisimu. Aku mencintaimu..
Bangsawan Ha”

Air mata Kyuhyun meluncur begitu saja dari kedua matanya yang indah, melalui lekukan pipinya yang kini sudah memucat. Kakinya bahkan terasa begitu lemah hingga ia sulit menahan berat tubuhnya saat itu. Begitu sakit, membuatnya harus menepuk dadanya berulang kali. Penyesalan itu selalu datang di saat terakhir. Ia bahkan belum sempat mengatakan hal yang sama pada gadis itu bahwa ia juga mencintainya. Juga menyesal karena tidak menyadari kebenaran itu sejak awal. Saat ia kembali melemparkan perhatiannya pada orang-orang yang berkumpul di depan ruangan Yong Kyo, tampak beberapa perawat keluar dari ruangan itu dan membawa Yong Kyo yang sudah terbaring dengan kain putih yang menutupinya. Sungguh pemandangan yang sangat menyakitkan. Kenapa rasanya harus sesakit ini? Pikir Kyuhyun sambil terus memegangi dadanya dengan surat yang masih ada dalam genggamannya, hingga ia merasa tangannya semakin melemas dan mengayunkannya turun. Tanpa ia sadari, cincin di jari manisnya yang selama ini bertengger kuat telah terlepas dengan mudahnya dan menimbulkan suara ketika cincin itu beradu dengan permukaan lantai rumah sakit. Kyuhyun sangat terkejut begitu mengetahuinya. Ia berniat memungutnya kembali, dan di saat ia hendak memungutnya, sebuah cincin lain yang sama tiba-tiba menggelinding dan berhenti dihadapannya, tepat di samping cincin miliknya. Kyuhyun menengadahkan kepalanya hingga ia mendapatkan sebuah pemandangan yang lagi-lagi sangat tidak biasa. Sangat di luar akal sehat yang anehnya justru membuatnya mampu tersenyum setelah semua kejadian pahit yang baru saja ia alami. Gadis itu dan juga peri itu, telah berdiri dihadapannya. Mengaburkan segala pemandangan yang sebenarnya, dari balik bayangan mereka. Suara isak tangis yang tadi ia dengar dari keluarga Yong Kyo dan juga Sungmin perlahan mulai tersamarkan di telinganya. Pemandangan sebenarnya ketika para dokter dan perawat membawa tubuh tak bernyawa Yong Kyo menjauh juga tak lagi mengganggunya. Kini ia hanya focus pada sosok gadis yang tengah berdiri dihadapannya. Ia melihatnya begitu nyata. Gadis itu terus menatap Kyuhyun lembut dan memberikan sebuah anggukan yang sangat berarti bagi nya kemudian tersenyum sebelum akhirnya bayangannya mulai memudar dalam penglihatann Kyuhyun, begitu juga peri Hee yang tadi sempat berdiri di sampingnya. Semuanya sudah selesai. Ya, inilah akhir dari semua fantasi singkat yang Kyuhyun alami.
“Saranghae, Yong Kyo ssi..” ucap Kyuhyun yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan. Ia kemudian melanjutkan niatnya yaitu untuk memungut kedua cincin itu dan menggenggamnya erat, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
****
Sudah 2 bulan paska kejadian itu, kejadian dimana Han Yong Kyo meninggalkannya sekaligus menyisakan jurang pemisah antara Kyuhyun dan Sungmin, yang selama itu pula sudah tidak saling bertemu dan bertegur sapa. Ada perasaan bersalah terbersit di benak Kyuhyun saat dia kembali teringat pesan terakhir Yong Kyo padanya untuk bisa tetap bersahabat dengan Sungmin, yang nyatanya belum bisa ia tepati. Kyuhyun bangkit dari duduknya dan melihat kalender yang ada di atas meja belajarnya. Ia tampak berpikir sejenak sembari menatap kalender yang masih berada di tangannya. Ia baru ingat bahwa hari itu adalah hari kelulusan Sungmin. Bahwa hari itu adalah hari penting bagi sahabatnya untuk benar-benar di wisuda. Untunglah, saat itu belum terlambat baginya untuk bisa ke kampus dan menemui Sungmin. Ia-pun dengan segera berbenah diri, mengambil beberapa barangnya yang penting yang perlu untuk di bawa dan meninggalkan rumah menuju ke kampus.

Kyuhyun yang sudah berada di ruangan auditorium tempat wisuda itu dilaksanakan, hanya bisa berdiri di ujung ruangan dengan pandangannya yang beredar ke seluruh ruangan mencari sosok sahabatnya itu, hingga akhirnya ia bisa menemukannya. Tepat saat Kyuhyun menemukan sosoknya, Sungmin juga melihat ke arah yang sama, ke arah dimana Kyuhyun berada saat itu. Kyuhyun hanya melemparkan senyum terbaik yang ia bisa dan melambaikan tangannya pada Sungmin.
“Sungmin Hyung.. Chukkae..” ucap Kyuhyun sembari mengulurkan tangannya setelah ia menghampiri pria tampan dengan balutan seragam wisuda itu.
Sungmin tidak membalas ucapan maupun uluran tangan dari Kyuhyun, dan hanya menatapnya intens dengan tatapan dingin yang dimilikinya, membuat Kyuhyun semakin merasa bersalah dan terlihat kikuk didepannya hingga ia menarik kembali uluran tangannya.
“Hyung.. Aku..—“
Kyuhyun yang baru saja memulai kalimat barunya harus mengurungkan niatnya itu begitu Sungmin memeluknya erat layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak berjumpa itu dengan tiba-tiba. Mmebuat Kyuhyun cukup syok dan tak mengira.
“Sudah lama, Kyuhyun-ah. Aku pikir kau melupakanku..” tutur Sungmin dengan senyum simpulnya sembari menepuk lengan Kyuhyun seperti yang ia lakukan dulu ketika mereka masih sangat dekat.
“Hyung.. Mianhaeyo.. Aku tidak bisa menjaganya.. Aku hampir merusak jalinan persahabatan kita..”
“Tidak.. Tidak perlu di bahas lagi. Ini semua memang sudah takdir.. Bukankah kita pernah berjanji? Bersahabat selamanya, apapun yang terjadi tidak akan pernah menggoyahkannya..”
“Hyung…” ucap Kyuhyun lirih, menahan bendungan airmata haru-nya yang sudah hampir jatuh dari pelupuk matanya.
“Selamat datang kembali.. Kyuhyun-ah..” lanjut Sungmin kemudian mengulurkan tangannya, yang langsung dibalas oleh Kyuhyun.
Mereka berdua berjabat tangan dengan erat sebagai 2 orang pria sejati, sambil menertawakan diri mereka masing-masing. Tak lama setelah itu, mereka-pun tidak lupa untuk bisa  mengambil gambar bersama di momen penting itu.
“Ah, Kyuhyun-ah.. Mulai sekarang aku akan meneruskan bisnis orangtuaku. Aku juga berencana untuk bisa mendirikan rumah sakit. Kebetulan ayahku sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan beberapa dokter terbaik di kota ini. Setelah kau lulus nanti, bekerjalah di rumah sakit itu..” terang Sungmin antusias.
“Benarkah? Itu bagus, Hyung..!” jawab Kyuhyun tak kalah antusias, sambil menampilkan sederet giginya yang putih itu, membuat beberapa gadis yang ada di sana memandang mereka berdua kagum.
****
****
(Epilog)
Sang pewaris tahta Moon tampak sedang asik di ruang bacanya. Beberapa tahun telah berlalu paska kejadian itu. Kejadian dimana kekasihnya yang bernama Ha dan juga seorang tabib bernama Hoon mengkhianatinya. Tentu ia masih belum bisa melupakan kejadian itu begitu saja. Saat ini adalah saat tersulit bagi Moon, mengingat kematian ayahnya yang begitu mendadak 2 hari yang lalu dan mengharuskannya menjadi seorang ratu di saat ia belum siap sepenuhnya. Di saat ia membereskan meja baca dari beberapa kitab yang memenuhinya, ia menemukan kumpulan kertas yang sudah tampak tua. Ia memungutnya untuk memeriksanya, jika saja itu adalah sebuah rahasia peninggalan mendiang ayahnya.
Ia begitu terkejut tak percaya ketika membaca tulisan dalam kumpulan beberapa kertas itu, yang membawanya kembali pada kenangan lama, ketika masih sangat muda. Saat dimana ia bertemu dan mengenal seseorang yang bahkan menjadi sahabatnya kala itu. Seseorang yang bernama Hoon.
“Yang Mulia..! Yang Mulia..!” panggil beberapa dayang yang terdengar begitu panic, membuyarkan segala pemikiran Moon saat itu.
“Ada apa?” tanya Moon dari dalam ruangan.
“Ada seseorang yang datang dan memaksa untuk menemui Anda, Yang Mulia.. Seorang pria yang mengaku bernama Hoon..” lanjut dayang itu menjelaskan. Jantung Moon seketika berdenyut syok begitu mendengar nama pria itu. “Bagaimana mungkin…?” gumamnya pada dirinya sendiri.
“Baiklah.. Biarkan dia masuk..” perintah Moon kemudian melanjutkan membereskan meja bacanya dan membawa beberapa kumpulan kertas penuh kenangan itu bersamanya.

“Untuk apa kau datang kemari? Apa kau masih punya muka untuk menemuiku?” tanya Moon tegas setelah pria itu masuk ke dalam ruangannya dengan penampilan yang begitu berantakan, hingga Moon sangat sulit untuk bisa mengenalinya. Hal itu membuatnya semakin tidak yakin apakah pria itu benar adalah sahabatnya sejak kecil yang telah lama terpisah karena bencana yang menimpa negeri itu dulu.
“Yang Mulia.. Saya bersalah.. Hukumlah aku..” aku Hoon dengan kepala tertunduk dan suara yang bergetar. Tentu tidak mudah bagi Moon untuk bisa memaafkannya begitu saja, mengingat pria itu telah membawa lari calon mempelainya dan mengacaukan segala rencananya.
“Dimana kau membawa bangsawan Ha?! Kenapa kau begitu tega melakukannya pada kami? Jawab aku Hoon! Apa kau benar-benar sudah melupakanku?!” pekik Moon yang tersulut emosi jika harus mengingat kembali masa lalunya itu.
Ketakutan, Hoon berusaha mengumpulkan segala keberaniannya untuk mengangkat kepalanya dan menatap orang yang menjadi lawan bicaranya saat itu. Ia begitu terkejut begitu melihat siapa orang yang ada dihadapannya itu. Ia tidak pernah mengira bahwa bangsawan Moon yang sudah ia khianati selama ini ternyata adalah seseorang yang pernah sangat ia kenal sebelumnya. Segala memori tentangnya terlintas dalam benaknya sesaat setelah ia menyadari itu. Ia merasa begitu malu, begitu hina. Tidak pantas untuk mendapatkan pengampunan dari Moon. Moon begitu terpancing emosi hingga tidak bisa menahan airmatanya yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya, kemudian melemparkan beberapa kumpulan kertas yang tadi dibawanya itu di hadapan Hoon.
“Apa kau benar-benar tidak mengenaliku?”
Hoon berusaha menyatukan kembali kumpulan kertas itu dan memungutnya, sebelum akhirnya membacanya. Air mata Hoon jatuh penuh penyesalan.
“Tuan Putri..” panggil Hoon kemudian setelah ia benar-benar manyadarinya.
“Kumohon bunuhlah aku.. Aku begitu hina.. Biarkan aku mati..!” pekik Hoon lagi yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, membuat Moon semakin tersiksa.
“Bagaimana mungkin aku bisa menghukum sahabatku sendiri? Apa kau tahu, betapa aku selalu merindukanmu kala itu dan berharap kau segera kembali paska bencana itu.. Tapi kau tak pernah kembali..” ucap Moon lirih sambil terus menahan tangisnya untuk bisa tetap menjaga mertabatnya sebagai seorang ratu.
“Aku sudah menjadi seorang ratu, menggantikan ayahku yang baru saja meninggal karena sakit.. Kau.. Apa yang sudah kau lakukan selama ini? Mengacaukan pernikahanku dan membuat semua orang terutama keluarga bangsawan Ha khawatir..”
Hoon hanya terus terisak tanpa membalas perkataan Moon padanya.
“Katakan dimana bangsawan Ha!”
“Ampuni aku, Yang Mulia.. Aku tidak mengira akan berakhir seperti ini, tapi bangsawan Ha, dia… Dia sudah tewas..”
“Kau bisa menghukumku dengan hukuman terberat. Bunuh saja aku.. Aku orang yang tidak berguna..” lanjut Hoon lagi sambil terus tertunduk dan terisak.
Moon yang berusaha mencerna kata-kata Hoon, tampak kembali syok hingga ia harus memejamkan matanya dan memegangi dadanya yang terasa sakit. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia tidak bisa menghukum pria itu. ingatan akan kenangan di masa lalu terus terlintas dalam benaknya, membuatnya sangat sulit untuk bernapas saat itu.
“Tidak.. Tidak bisa.. Berapa kalipun aku berusaha untuk membencimu, aku tidak bisa.. Bukankah kita pernah berjanji? Apa kau ingat? Bersahabat selamanya, apapun yang terjadi..” terang Moon dengan suara lirihnya, membuat Hoon terdiam dan kembali menatap wanita dihadapannya itu penuh rasa bersalah.
“Aku tidak bisa menghukummu. Janji itu.. Aku tidak akan pernah mengingkarinya. Bagaimanapun kau adalah sahabatku sejak kecil. Ayahku selalu mangajarkanku untuk menepati janji yang ku buat. Mungkin ini adalah hukuman Tuhan atas ketidakadilan yang terjadi selama masa pemerintahan mendiang kakekku, dimana bencana itu terjadi dan rakyat menderita tanpa kakekku peduli sedikitpun, termasuk padamu.. Tapi ada satu permintaanku..” lanjut Moon yang kini sudah kembali menegakkan tubuhnya.
“Apapun itu, Yang Mulia.. Biarkan aku melakukannya untukmu..”
“Mulai hari ini, tinggalah di istana.. Jadilah penasihat kerajaan. Aku tahu kau seorang cenayang yang sakti.. Aku ingin kau memanfaatkan kelebihanmu untuk membantuku memajukan kerajaan ini..” pinta Moon serius.

Setelah kejadian itu, Hoon benar-benar mengabdikan dirinya di istana, menjadi seorang pansihat kerajaan seperti yang diperintahkan Moon padanya. Ia bahkan menjadi tangan kanan Moon. Hingga bertahun-tahun lamanya, Moon jatuh sakit dan membutuhkan seseorang yang bisa menggantikannya memimpin rakyat di negeri itu. Karena tidak ada sanak saudara maupun anak yang bisa menggantikan kedudukannya, jadilah Hoon, orang kepercayaan Moon satu-satunya yang mampu menggantikan posisi Moon. Posisi tertinggi di negeri itu, sebagai seorang raja, yang terkenal akan kebijaksanaan, keadilan, dan ketegasannya.
****
(END)
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar