Title :
Remember The Days - 8
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship, Romance
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC),
Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya
Kim (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-17
Notes :
Annyeong chingudeul! Masih ingatkah sama ff ini? Aku
harap kalian msh ingat dan msh berkenan buat ngikutin ff-ku yg satu ini :’)
Buat yg baca, smg suka ya dan jgn lupa tinggalin jejak
lwt komen :B
No bash. No copy-paste. No plagiarism.
*Storyline*
Hari
itu, Younghyun berencana untuk berkunjung ke rumah Donghae. Donghae telah menerima
keputusan Younghyun untuk mencintainya. Hal itu tentu membuat Younghyun sangat
bahagia dan melupakan masalah penyakitnya yang ia sembunyikan –meski sejenak.
*Flashback*
Malam
itu, ketika Kyuhyun membawa Younghyun ke rumah sakit setelah gadis itu pingsan
di kafe...
“Uisa-nim..”
panggil Younghyun pada dokter yang memeriksanya, saat dokter itu hendak pergi
meninggalkannya untuk menemui Kyuhyun di luar ruang UGD.
“Tolong
jangan beritahu siapapun tentang penyakitku. Katakan padanya aku hanya lelah
dan asma-ku kambuh, uisa.. Kumohon..” pinta Younghyun serius, membuat dokter
itu keheranan.
“Musuniriya,
agashi? Jadi—kau sudah tahu tentang penyakit ini? Sejak kapan? Penyakitmu sudah
semakin serius. Kau harus di rawat di rumah sakit dan juga menjalani
serangkaian terapi.” Ujar dokter itu tak kalah serius dengan raut wajahnya yang
begitu khawatir.
“Arayo,
geunyang.. Butakhi-juseyo (aku mohon padamu), uisa-nim.. Biarkan aku saja yang
mengatakan ini padanya.. Aku—hanya masih belum siap untuk mengatakan padanya
sekarang.. Aku berjanji untuk kembali ke rumah sakit dan menjalani terapi
setelah ini..” ucap Younghyun memohon, hingga akhirnya berhasil membuat dokter
itu menyerah dan mengikuti saja permintaan Younghyun. Meski pada akhirnya-pun,
Younghyun sama sekali tak menepati perkataannya untuk menjalani terapi.
Younghyun takut kalau terapi itu akan semakin menyakitinya. Toh, terapi juga
tidak akan bisa menyembuhkannya.
Younghyun
sudah cukup lama mengetahui penyakitnya, bahkan sebelum dirinya dijodohkan
dengan Kyuhyun. Ia hanya terlalu takut untuk mengaku pada keluarganya dan juga
Kyuhyun, karena ia tidak ingin membuat orang-orang di sekelilingnya sedih
walaupun sebenarnya dirinya sendiri sangat terpukul dengan fakta mengerikan itu.
Ia juga selalu berusaha terlihat kuat agar jangan sampai membuat orang lain
curiga dan mengkhawatirkannya. Pertemuannya dengan Kyuhyun membuat hidupnya
sedikit berubah dan Kyuhyun telah memberi warna tersendiri dalam hidup gadis
itu. Tidak mencintai Kyuhyun, bukan berarti ia juga tidak membutuhkan sosok
Kyuhyun. Younghyun menyayangi dan menganggap Kyuhyun seperti saudaranya
sendiri. Jauh di dasar lubuk hatinya, ia sangat berterimakasih pada Kyuhyun
yang selalu berusaha melindunginya.
*Flashback end*
“Annyeong..”
sapa Younghyun ramah pada Miran, saat dirinya sudah sampai di depan sebuah
rumah sederhana.
“Onnie?
Kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau datang? Aku belum sempat membersihkan rumah..”
balas Miran terkejut akan kedatangan Younghyun. “Dan juga—Donghae oppa sedang
tidak di rumah. Dia bilang dia mau mencoba melamar kerja di tempat lain karena
lamarannya yang sebelumnya di tolak.” Ujar Miran lagi seraya membukakan pintu.
“Melamar
kerja? Untuk apa? Bukankah seharusnya dia bisa kembali ke restoran?” tanya
Younghyun heran.
“Hmm..
Itu..” Miran terlihat kebingungan. “Sebenarnya Donghae oppa sudah dipecat dari
restoran, onnie.. Onnie mollaseo?” lanjut Miran lagi.
“Mwo?”
Younghyun sangat terkejut dengan kabar itu. Ia tidak percaya appa-nya akan
setega itu memecat Donghae dari restoran. Ia juga merasa bersalah karena alasan
appa-nya memecat Donghae pasti karena dirinya. Kenapa Donghae tak jujur
padanya? Pikir Younghyun.
Tanpa
pikir panjang lagi, Younghyun segera mengeluarkan ponselnya dan berusaha
menghubungi Donghae untuk meminta penjelasan. Miran yang masih berdiri di sana
hanya bisa menatap Younghyun dalam diam.
**
Siang
itu panas cukup terik, hingga membuat Donghae harus berulang kali mengusap
peluh di keningnya, dalam perjalanannya menuju sasaran kerjanya yang berikutnya,
yaitu sebuah kafe. Suara dentingan bel di atas pintu kafe berbunyi nyaring
ketika Donghae membukanya dan masuk.
“Annyeong
haseyo” sapa beberapa staf yang bertugas saat itu, menyambut kedatangan
Donghae.
“Ah,
permisi.. Tapi apakah aku bisa melamar pekerjaan di kafe ini?” tanya Donghae
sopan pada salah satu staf yang ada di sana.
“Jwoseong-e-yo.
Tapi toko ini sedang tidak membuka lowongan. Kebetulan manajer kami juga sedang
tidak ada, jadi kami tidak bisa memberi keputusan.” Jawab staf itu. Donghae
hanya mengangguk mengerti kemudian memutuskan untuk keluar dari kafe itu.
“Arasseo..
Gamsahamnida..” ucap Donghae kemudian pergi.
Saat
sudah berdiri di depan kafe, Donghae hanya bisa mendesah. Ia bingung harus
pergi kemana lagi untuk mencari pekerjaan. Tak lama ponselnya berdering.
“Yoboseyo..”
jawab Donghae.
“.................”
“Aku—aku
sedang di—“ Balas Donghae terbata sebelum akhirnya melanjutkan kembali. “Aku di
depan kafe Platinum, di jalanan Daechi..”
“................”
“Tidak
perlu.. Aku bisa menanganinya sendiri..”
Klik!
Sambungan telponpun terputus. Donghae memandangi ponselnya cukup lama sebelum
akhirnya menyimpannya kembali dalam saku celananya. Ia-pun melanjutkan perjalanannya
demi mencari tempat yang bisa ia datangi untuk melamar pekerjaan. Saat ia
hendak menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil membunyikan klaksonnya kuat-kuat,
tepat di hadapannya. Terlihat dengan jelas siapa di balik kemudi mobil itu.
Seorang gadis terhormat, yang sampai kini masih sulit untuk ia percaya bahwa
gadis itu telah menjadi gadisnya.
Donghae
menatap lurus ke arah Younghyun, demikian pula gadis itu.
Younghyun
keluar dari mobilnya dan berusaha mengajak Donghae untuk ikut bersamanya. Tak
peduli jika ada banyak pengemudi mobil lain di belakangnya yang membunyikan
klaksonnya membabi-buta karena kesal.
“Ppalli
darawa!” seru Younghyun seraya menarik lengan Donghae. Namun Donghae tak
bergeming. Sesuai percakapan mereka di ponsel sebelumnya, Donghae sangat tahu
kemana gadis itu akan membawanya. Younghyun ingin membahas masalah pemecatan
Donghae dengan tuan Kim –ayah Younghyun.
“Oppa!”
pekik Younghyun akhirnya dengan mata berkaca-kaca. Pertama kalinya Younghyun
memanggil Donghae dengan sebutan itu, membuat Donghae tertegun sejenak.
“Jangan
pedulikan aku, Young. Aku bisa tangani masalahku sendiri, aku tak mau kau
terlibat lebih jauh. Aku ini laki-laki. Kembalilah. Lihat sudah banyak orang
yang marah karena terhalang mobilmu.” Ucap Donghae pelan, sambil melepaskan
tangan Younghyun dari lengannya.
“Shireo!
Aku tidak akan pergi sampai oppa ikut denganku!” Younghyun masih tidak beranjak
dan terus meneriaki Donghae yang kini mulai berjalan menjauh. Donghae begitu
bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia sangat membutuhkan
pekerjaan. Namun di sisi lain, ia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi
jika itu adalah gadisnya. Sudah cukup gadisnya banyak berkorban untuknya.
Setelah
sampai di seberang, Donghae menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk melihat
gadisnya lagi. Ia cukup terkejut saat tahu ternyata Younghyun berusaha
mengikutinya. Dilihatnya gadis itu sudah berada di tengah jalan dan masih
berusaha menyebrang. Terlihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arah gadisnya,
Donghae begitu panik.
“Younghyun-ah!
Awas!!” teriak Donghae sejadinya dan berlari sekuat tenaga, menghentikan
beberapa kendaraan yang melintas dengan paksa demi menyelamatkan Younghyun yang
begitu nekad dan gegabah.