Minggu, 02 Juni 2013

Bleeding Rain





Author           : Kxanoppa
Genre             : mystery, bromance, romance, angst

Title                : Bleeding Rain

Tags                :
-          Lee Sungmin
-          Lee Hyuk Jae / Eunhyuk
-          B1A4 (Sandeul)
-          Seo Mi Kyung

Length            : One Shot (1.952 words)

Rate                : PG 15

Disclaimer      : This story is originally made by ME. Hopefully you guys like it. I’ll wait for your comments ! Happy reading :D (udah pernah dipublish di http://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/01/30/bleeding-rain/)

Story-line        :
Sandeul asik memainkan ponselnya sambil sesekali tersenyum, membuat Sungmin, hyung-nya, merasa bingung dibuatnya. “Ya! Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau sudah gila sampai senyum-senyum sendiri begitu?” seru Sungmin yang cemburu karena dongsaeng-nya lebih memilih ponsel ketimbang dirinya. “Ah, hyung! Aku hanya sedang chatting dengan temanku, apa tidak boleh? Haish..” seloroh Sandeul yang merasa terganggu oleh perkataan hyung-nya itu. Sungmin dan Sandeul adalah saudara se-ayah. Walau begitu, mereka sangat dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama sejak kecil dan saling menjaga. Ibu Sungmin telah lama meninggal. Sedangkan ibu Sandeul memilih untuk tinggal di Jepang bersama dengan suami barunya, setelah resmi bercerai dari ayah mereka. “Apakah itu namja atau yeoja?” tanya Sungmin yang sekali lagi memecah konsentrasi Sandeul. “Hyung! Waeyo wae?? Apakah itu namja atau yeoja kenapa kau harus tahu?” Sandeul memekik kesal dengan sikap hyung-nya yang terus mengganggunya. “Ya! Apa kau lupa kalau aku ini hyungmu? Kau sinis sekali padaku” ujar Sungmin yang tak terima dengan perlakuan Sandeul yang mencoba merahasiakan sesuatu darinya. “Sudah saatnya kita berlatih. Pakai dobok-mu (sebutan untuk seragam taekwondo) dan kita segera ke doljang (tempat latihan taekwondo)” lanjut Sungmin lagi sebelum pergi meninggalkan dongsaengnya yang masih asik dengan ponselnya.

Mereka berdua selalu menyempatkan waktu untuk berlatih bela diri bahkan sejak mereka kecil, dan taekwondo menjadi pilihan mereka. Hingga kini mereka telah menyandang gelar master. Meski begitu, Sandeul masih belum bisa menang dari Sungmin yang jauh lebih gesit dan cerdik darinya. “Sampai kapanpun, kau takkan menang melawanku” sahut Sungmin di sela latihan mereka. “Mwoya? Berhentilah bersikap sombong. Lihat saja aku pasti bisa mengalahkanmu suatu hari nanti” Sandeul mendengus dan membela diri. Tak lama setelah mereka berlatih, ponsel Sandeul berdering. Sungmin yang selalu usil tidak melewatkan kesempatan itu untuk mengganggu dongsaengnya. Ia merebut ponsel Sandeul dan sengaja tak memberikannya. “Hyung!” Sandeul berusaha mendapatkan kembali ponselnya. Berusaha melumpuhkan hyung-nya dengan berbagai jurus taekwondo-nya, namun tetap saja Sandeul belum cukup mahir untuk bisa mengalahkan hyung-nya. “Seo Mi Kyung? Ya, nugunde?” Sungmin yang sempat membaca nama penelpon itu dengan spontan bertanya, membuat Sandeul semakin geram. Sandeul yang kehabisan akal akhirnya berusaha menggelitiki hyung-nya itu dan berhasil merebut ponselnya kembali. “Yoboseyo? Ah, ne..” Sandeul menerima telpon itu dan menjauh dari Sungmin. Sungmin yang melihat sikap dongsaeng-nya hanya bisa mendengus. “Apa kau mulai bermain rahasia denganku?” ucap Sungmin pada dirinya sendiri sambil terus menatap ke arah dongsaeng-nya.

*****

Beberapa hari setelah itu, seperti biasa, Sandeul pergi ke cafe favoritnya untuk sekedar bersantai dan menikmati kopi Americano yang selalu ia pesan setiap kali dirinya mampir ke sana. “Apa kau menunggu seseorang?” Sandeul dikejutkan dengan pertanyaan seseorang yang telah berdiri di sampingnya. “Ah, Mi Kyung noona. Kau mengejutkanku” ucap Sandeul yang kemudian tersenyum ke arah yeoja itu. Seo Mi Kyung, yeoja berkulit putih, berbadan langsing, dan berambut panjang yang sudah sebulan ini menjadi kekasihnya. Mi Kyung memang setahun lebih tua darinya. Walau begitu, Sandeul sangat mencintai Mi Kyung. Bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena sikapnya yang dewasa dan juga sangat cerdas. Mi Kyung disukai banyak namja, namun hatinya telah memilih Sandeul, yang otomatis membuat banyak namja cemburu dan iri dibuatnya. “Apa kegiatanmu hari ini? Apa kau sibuk? Aku sangat ingin menghabiskan waktu bersamamu” ucap Sandeul penuh harap. “Obseo. Ani. Kau ingin mengajakku kemana?” balas Mi Kyung singkat, padat, dan jelas. “Bagaimana kalau kita karaoke saja?” ajak Sandeul bersemangat yang kemudian di balas dengan anggukan singkat oleh Mi Kyung.

*****

“Aku harap kau bisa melaksanakan tugas ini dengan baik. Aku mempercayaimu”
“Ne, abeoji”
Begitulah akhir percakapan singkat antara Sungmin dan ayahnya melalui telepon. Sungmin segera mengecek inbox di emailnya setelah menerima telpon dari ayahnya. 1 inbox dari ayahnya telah ia terima.
“Seorang yeoja bernama Seo Jin. Berusia sekitar 25 tahun. Dari hasil penyelidikan, diyakini yeoja itu tengah berada di daerah Gangnam. Aku harap kau bisa membantuku dalam menemukannya. Dia bukan yeoja biasa. Berhati-hatilah”
“Hyung ! Apa yang kau lakukan? Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan di luar?” Sandeul yang tiba-tiba muncul membuat Sungmin sedikit gelagapan karena harus cepat-cepat menutup laptopnya.
“Ya! Kau ini mengagetkanku saja! Aku masih ada hal penting yang harus dilakukan. Kau pergilah sendiri” kata Sungmin pada dongsaeng-nya, yang kini memasang ekspresi kesal. “Mwonde, mwo?? Hyung! Apakah sepenting itu sampai kau harus mengabaikan dongsaengmu ini? Ah jinjja..! Jo a! Kalke..!” kata Sandeul kesal kemudian pergi meninggalkan Sungmin. Sepeninggal Sandeul, Sungmin kembali membuka laptopnya dan memeriksa kembali apa yang sudah ayahnya kirimkan padanya via email. Ada sebuah foto yang ikut dikirimkan dalam pesan itu. Foto seorang yeoja yang tampak sangat cantik dengan senyum lembutnya. “Aku tidak yakin jika dia orangnya. Yeoja ini tampak baik” guman Sungmin sambil terus memandangi foto itu di layar laptopnya. Sungmin segera memasukkan foto itu ke dalam ponselnya agar memudahkannya dalam menemukan yeoja itu.

Ayah mereka adalah seorang kepala kepolisian yang sangat dihormati di Korea Selatan, terutama di Gangnam, tempat tinggal mereka. Dan kini beliau harus tinggal di Busan untuk beberapa lama karena ada kasus yang harus diselesaikan. Dibandingkan dengan Sandeul, Sungmin jauh lebih dekat dengan ayahnya. Dan itu membuat ayah mereka lebih mempercayai Sungmin, terutama dalam membantunya menyelesaikan kasus yang cukup sulit. Di luar sepengetahuan Sandeul, Sungmin sudah hampir setahun menjadi salah satu agen dari badan intelijen nasional Korea (NIS/National Intelligence Service) yang dipimpin oleh kerabat dekat ayah mereka. Selama ini Sandeul tidak pernah curiga dengan segala kesibukan Sungmin sejak bergabung dalam NIS. Yang ia tahu, Sungmin hanyalah seorang jurnalis lokal yang selalu mencari berita terbaru dan sesekali melatih taekwondo di doljang. Sedangkan dirinya sendiri adalah seorang seniman yang telah memiliki galeri lukisan sendiri, tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Dari galeri itulah Sandeul pertama kali bertemu dengan Mi Kyung, kekasihnya kini.

Sungmin segera menghubungi beberapa rekannya yang juga tergabung dalam NIS dan mengirimkan foto yeoja yang telah ia dapat dari ayahnya. Tak lama, Sungmin  mendapatkan panggilan dari salah seorang rekannya, Hyuk Jae, yang juga tengah berada di Gangnam. “Sungmin ssi. Aku rasa aku menemukan yeoja itu. Datanglah segera ke Aligote (nama wine shop&bar), di Hakdong” beritahu Hyuk Jae  yang ada di sebrang telepon itu to the point. Sungmin dengan cepat melajukan Honda Civic warna putihnya menuju tempat yang telah diberitahukan oleh Hyuk Jae padanya. “Hyuk Jae ssi. Ottae?” tanya Sungmin begitu sampai yang melihat Hyuk Jae berdiri dan tampak mengawasi di depan Aligote. “Ah, Sungmin ssi, dia ada di dalam. Kaja..” ajak Hyuk Jae untuk segera masuk dan melihat keadaan. Benar dugaan Hyuk Jae bahwa yeoja itu ada di sana. Sungmin melihat seorang yeoja berambut panjang yang mirip seperti yeoja di dalam foto. Sungmin yakin bahwa yeoja itu adalah Seo Jin. Sungmin dan Hyuk Jae tidak langsung menangkapnya secara terang-terangan, tetapi mengawasi dan terus mengikuti yeoja itu secara diam-diam. Tapi sepertinya yeoja itu menyadarinya. Membuat Sungmin dan Hyuk Jae harus lebih berhati-hati lagi. “Sebenarnya apa yang dilakukan yeoja itu hingga menjadikannya seorang kriminal?” tanya Hyuk Jae penasaran. “Dari penjelasan ayahku, yeoja itu telah membunuh 3 orang dengan cara yang terbilang sadis. 3 orang korbannya adalah rekan dan kerabatnya sendiri” jelas Sungmin serius yang membuat Hyuk Jae tak percaya. “Pihak kepolisian menduga dirinya mengalami gangguan mental atau sesuatu yang bisa kita sebut psycho” lanjut Sungmin. Perjalanan mereka berakhir di sebuah tempat yang cukup sepi, ketika yeoja itu tampak memasuki sebuah rumah, yang diduga adalah rumahnya. “Apakah kita perlu menghubungi agen yang lain untuk menangkapnya malam ini juga?” tanya Hyuk Jae lagi seraya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. “Aku rasa tidak perlu” ucap Sungmin yakin yang mengharuskan Hyuk Jae mengurungkan niatnya itu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam rumah itu. Seperti perabotan yang jatuh. Terdengar keributan, yang menunjukkan bahwa yeoja itu tidak sedang sendirian. Sungmin dan Hyuk Jae menahan diri untuk tidak langsung masuk, dan tetap berjaga di luar rumah sambil masing-masing membawa pistol dalam genggaman mereka. Malam semakin gelap dan suasana semakin mencekam, ketika yeoja itu akhirnya keluar dengan membawa pisau yang telah berlumuran darah di tangannya.

*****

Sandeul yang khawatir karena hyung satu-satunya tak kunjung pulang, berusaha untuk bisa menghubunginya. Tapi usahanya tidak berhasil karena ponsel Sungmin tidak aktif. Karena gelisah harus menunggu seorang diri di rumah, Sandeul berpikiran untuk juga menghubungi Mi Kyung untuk sakedar mengucapkan selamat malam karena seharian ini mereka tidak bertemu. Mi Kyung tidak seperti yeoja kebanyakan yang selalu tidur cepat, sehingga Sandeul yakin bahwa panggilan telponnya akan diangkat segera oleh kekasihnya itu. Seperti yang Sandeul harapkan, bahwa telpon itu segera dijawab. “Mi Kyung noona” sapa Sandeul antusias. Tidak terdengar suara Mi Kyung dari sebrang telponnya. Melainkan suara angin dan rintik hujan yang terkesan berisik. “Mi Kyung noona, odisseo? Apa kau sedang di luar? Ini sudah malam sebaiknya kau..” Sandeul menggantungkan kalimatnya begitu Mi Kyung memutuskan sambungan telponnya secara tiba-tiba. Sandeul merasa ada yang tidak beres. Ia bangkit dari sofa yang tadi didudukinya dan berniat pergi ke rumah yeoja itu tanpa pikir panjang.

Sungmin dan Hyuk Jae masih mengawasi yeoja itu dengan pistol yang tergenggam erat. Yeoja itu tampak masih berdiri di depan rumahnya dengan posisi yang membelakangi Sungmin dan Hyuk Jae. Gerimis yang turun mulai membasahi pakaian mereka, membuat darah yang melumuri pisau yeoja itu mencair dan bersatu dengan air hujan yang jatuh ke tanah. Perlahan yeoja itu mulai memalingkan wajahnya dan berbalik, menghadap ke arah Sungmin dan Hyuk Jae berada. Yeoja itu mendengus. “Keluarlah, aku sedang tidak ingin bermain-main” ujarnya yang membuat Sungmin dan Hyuk Jae begitu terkejut karena yeoja itu mengetahui persembunyian mereka. Hyuk Jae lebih dulu menampakkan diri dan menodongkan pistol yang dibawanya. “Jatuhkan senjatamu dan angkat tanganmu sekarang juga!” perintah Hyuk Jae dengan suara lantang. Sungmin berharap Hyuk Jae tidak terlalu gegabah untuk langsung memuntahkan peluru pada yeoja itu. “Mwo? Kau pikir aku akan menyerahkan diri semudah itu? Bodoh..” ujar yeoja itu lagi. Kali ini Sungmin ikut menampakkan diri dan berusaha mendekati yeoja itu dengan hati-hati. Yeoja itu menodongkan pisaunya agar Sungmin menjauh. Tapi Sungmin tidak peduli dan terus mendekatinya. “Sungmin ssi, awas!” pekik Hyuk Jae yang melihat yeoja itu mulai melayangkan pisaunya ke arah Sungmin. “Srekk!” pisau itu mengenai lengan setelan jas hitam yang dikenakan Sungmin hingga menembus kulitnya. “Sungmin ssi!” Hyuk Jae mulai panik melihat Sungmin yang merintih kesakitan sambil memegangi lengannya yang mulai mengeluarkan darah. Hyuk Jae dengan cepat menekan hammer pistolnya dan bersiap untuk benar-benar menarik trigger pistol dengan telunjuknya, mengarahkannya pada yeoja itu agar bisa segera melumpuhkan dan menangkapnya. Selang beberapa detik sebelum Hyuk Jae memuntahkan isi pistolnya, Sandeul datang dan berusaha melindungi yeoja itu.

“Andwae! Hyuk Jae ssi!!” teriak Sungmin yang berusaha mengurungkan niat Hyuk Jae untuk menembaknya. Karena terkejut dan tidak bisa berpikir jernih saat itu, peluru yang ditembakkan Hyuk Jae-pun tak bisa dihindari lagi. “Dorrr!!” suara tembakan itu begitu keras hingga menggema dalam pendengaran mereka. Sungmin yang menyaksikan itu hanya bisa terduduk lemas. “Sa.. Sandeul ah.. SANDEUL AH!!” Sungmin mulai berteriak, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sandeul, dongsaeng yang sangat disayanginya kini tergeletak bersimbah darah di tengah hujan yang turun malam itu. Hyuk Jae menjatuhkan pistolnya dan menyesal telah terburu-buru menembakkan pelurunya. Sedangkan yeoja itu, masih berdiri dengan tubuhnya yang mulai bergetar dan airmata mengalir dari matanya, menyatu dengan air hujan. “Sandeul ah?” ucap yeoja itu dengan suaranya yang bergetar dan menjatuhkan pisaunya ke tanah. “Andwae.. Mianhae, mianhae Sandeul ah..” ucap yeoja itu lagi berusaha merengkuh tubuh Sandeul yang telah tergeletak di hadapannya. “Mi Kyung noona..” panggil Sandeul di tengah rasa sakit yang dirasakannya sambil memberikan senyum terbaik yang bisa dilakukannya sebelum akhirnya menutup mata untuk selamanya. Yeoja itu lalu mengerang dan memeluk tubuh Sandeul erat, membuat Sungmin sangat tertekan dan frustrasi. Sungmin yang mendengar hal itu sangat terkejut mengetahui yeoja bernama Seo Jin itu ternyata adalah Seo Mi Kyung -orang yang pernah menghubungi Sandeul sebelumnya. Sungmin mengambil pistolnya dan mengarahkannya tepat di kepalanya. Pikirannya kacau, tatapannya kosong, suara Hyuk Jae yang berusaha menghentikan aksinya itu bahkan tidak bisa ia dengar. Semua tampak kabur dan perlahan semuanya menjadi gelap. Malam itu telah menjadi malam penuh kengerian bagi Mi Kyung dan Hyuk Jae. Tidak satupun dari mereka yang bisa melupakannya..

***END***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar