"Troublemaker"
Author :
Kxanoppa
Genre :
Romance
Tags :
Cho Kyuhyun, Lee Sungmin, Lee Donghae, Choi Siwon, Lee
Hyukjae, Park Jungsoo, Kim Kibum, Kim Younghyun (OC)
Rating :
All ages
Length :
One shot
Notes :
Inspired by Olly Murs&Florida's song, Troublemaker.
No copy-paste, no bash. Hopefully u guys love it and can speak up ur comments
here. Please visit our page too. Kindly keep in touch with me by following
my twitter too @berty5192. Gracias!
SCENE :
Namaku Kim Younghyun. Usiaku baru akan genap 22 di
tahun ini. Tinggal beberapa hari lagi! Aku beruntung karena dilahirkan di
tengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Ayahku seorang pejabat
negara yang pintar dan hebat, ibuku ibu rumah tangga yang baik dan hangat,
kakak laki-lakiku terpaut 3 tahun di atasku. Dia sangat tampan dan
menyenangkan, adik perempuanku masih 16 tahun tapi pemikirannya sudah bisa
dibilang cukup dewasa, bahkan jika dibandingkan dengan kakakku! Well, walaupun
2 saudaraku terlihat sangat keren, sebenarnya tetap aku yang lebih keren. Jika
menceritakan semua itu kurasa hidupku sudah sangat luar biasa, perfect. Lalu
apa lagi yang aku butuhkan sebagai hadiah ulangtahunku nanti? Hmm..
"Youngie onnie! Kenapa setiap sabtu kerjaanmu
hanya main game saja? Kau sudah berjam-jam menguasai playstationku. Cepatlah
cari pacar dan berhenti mengganggu kesenanganku, tsk!"
Damn it! Rasanya bagai dihujam ribuan tombak.
Kata-kata adikku sangat tajam dan menyudutkanku. Entah dari siapa ia belajar
berbicara seperti itu. Tapi yang pasti, itu bukan yang pertama kali ia lakukan
padaku. Ia telah mengingatkanku akan sesuatu hal yang paling ku-kramat-kan.
Bahwa aku belum punya pacar (baca: jomblo dari lahir).
Baiklah, setelah merenung karena terngiang-ngiang
perkataan adikku yang sok pintar itu, aku akhirnya menemukan sebuah kesimpulan.
Kesimpulan konyol. Untuk diriku sendiri. Sebagai hadiah ulangtahunku. MEMILIKI
SEORANG PACAR!! Oke, aku tahu. Usia 22 tahun itu... Masih muda sih. Tapi kalau
dibilang muda... Sebenarnya tidak juga ya. Arrrgghhh!!!! Tenangkan dirimu, Kim
Younghyun. Tenanglah. Kau muda, cantik, dan berbakat. Lihat dan tunggu saja,
adik kecil. Aku akan menunjukkan padamu bahwa kakak perempuanmu yang luar biasa
ini bisa mendapatkan seorang pacar yang keren bahkan tidak hanya 1, melainkan 7
sekaligus. Hmm.. Tanpa kusadari sebuah seringai menakutkan sudah tercetak di
bibirku. Muahahahaha...
**
(H-7)
Hari ini adalah hari pertama dimana aku akan memulai
aksiku. Tentu saja menggaet seorang pria tampan.
Dan pria beruntung yang pertama adalah Park Jungsoo. Tetangga sebelah rumahku, yang sudah dari lama menjadi salah satu pria incaranku. Betapa bahagianya aku saat tahu ia masih lajang. Wajah tampannya dengan senyum bagaikan malaikat begitu sempurna. Mengecohkanmu pada fakta yang sesungguhnya bahwa ia sudah berusia kepala 3. Sudah pasti ia pria yang mapan. Gaji besar yang tetap. Rumah dan mobil mewah, itu koleksinya. Ia adalah pria idaman banyak wanita. Tapi lihat saja nanti, bagaimana seorang Park Jungsoo akan jatuh pada pesona seorang Kim Younghyun.
Dan pria beruntung yang pertama adalah Park Jungsoo. Tetangga sebelah rumahku, yang sudah dari lama menjadi salah satu pria incaranku. Betapa bahagianya aku saat tahu ia masih lajang. Wajah tampannya dengan senyum bagaikan malaikat begitu sempurna. Mengecohkanmu pada fakta yang sesungguhnya bahwa ia sudah berusia kepala 3. Sudah pasti ia pria yang mapan. Gaji besar yang tetap. Rumah dan mobil mewah, itu koleksinya. Ia adalah pria idaman banyak wanita. Tapi lihat saja nanti, bagaimana seorang Park Jungsoo akan jatuh pada pesona seorang Kim Younghyun.
Aku sengaja mengenakan kaos ketat body-fit yang
memperlihatkan lekuk tubuh bagian atasku dan celana pendek yang memperlihatkan
kaki jenjangku. Berdiri di depan rumahku sambil berakting seolah aku sedang
menyiram tanaman dengan selang. Jangan dikira aku adalah seorang pecinta
tanaman. Kuingatkan sekali lagi, itu hanya akting. Begitu melihatnya keluar
dari rumah, dengan lihai aku menggerak-gerakkan selangku dan mengarahkannya
tepat pada tempatnya berdiri saat itu, seolah-olah selangku sedang rusak.
"Yak yak, ige mwoya??" Serunya yang bisa
kudengar. Walaupun hati ini ingin tertawa, tapi aku tetap harus berakting
dengan baik dan memperlihatkan wajah penuh sesalku.
"Oh, mianhae.. Naega.. Neomu mianhae.. Sepertinya
ada yang tidak beres dengan selangku." Sesalku dengan raut wajah sedih.
Emosi Jungsoo yang tadinya terlihat berapi-api, perlahan mencair juga. Ia
memandangiku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Memperhatikan lekuk
tubuhku yang.. Yah, bisa dibilang cukup mengagumkan.
"Anieyo. Gwenchana.. Kau putri tuan Kim?
Bagaimana mungkin kita tinggal bersebelahan dan tidak saling kenal? Aku Park
Jungsoo. Jika ada waktu, mampirlah ke rumahku. Kita mungkin bisa makan malam
bersama." Ujarnya sambil terus memandangiku, tanpa berkedip. Perkataannya
itu hanya kubalas dengan seringai penuh kemenangan. Kena kau! Dasar pria mata
keranjang. Hahah!
**
(H-6)
Hari kedua melancarkan aksi seranganku. Target hari
ini adalah pria lugu dari tanah Mokpo. Lugu? Yeah. Sepertinya ini akan lebih
mudah untukku mendapatkannya dalam sehari. Ia salah satu teman kuliahku. Tidak
begitu dekat sih. Tapi kami saling mengenal dan hubungan diantara kami juga
baik. Ia terkenal sebagai pria yang rajin dan sedikit kutu buku meskipun
penampilannya sangat jauh dari seorang 'Nerd' dengan kacamata tebal. Ia terlalu
tampan untuk mendapat julukan itu. Banyak mahasiswi mengejarnya, namun tidak
satupun yang berhasil menjadi kekasihnya karena mereka lelah menghadapi
keluguannya. Pria itu, Lee Donghae.
Aku sengaja meluangkan waktuku untuk pergi ke
perpustakaan kampus. Ini bukan style seorang Kim Younghyun sama sekali. Hanya
saja demi melancarkan aksiku ini aku harus totalitas bukan? Aku melihatnya
duduk di salah satu bangku di sudut ruangan dan dengan segera aku berjalan
mendekatinya. Berpura-pura sedang mencari buku di rak yang dekat dengannya.
"Seharusnya buku itu ada di sini. Tsk. Kalau
bukan karena dosen itu aku tidak perlu repot-repot mencari buku McGrowhill yang
tebal itu!" Sungutku pura-pura kesal karena tidak menemukan buku yang
kucari, setelah sebelumnya melirik buku yang dibaca Donghae saat itu. Mendengar
ucapanku, Donghae terlihat gelisah dan menatap ke arahku. Yeah! Ini pasti
berhasil!
"Chogio.." Panggilnya yang pura-pura tidak
kudengar.
"Younghyun ssi.."
"Oh, ne?" Balasku cepat setelah ia menyebut
namaku.
"Apa.. Kau mencari buku ini? Tugas dari dosen
Shin?" Tanya Donghae sambil menunjukkan buku yang dibacanya. Aku bersorak
gembira dalam hati.
"Eoh? Ne. McGrowhill, mikroekonomi." Seruku
antusias. Padahal dalam hati persetan amat dengan buku tebal macam bantal itu.
"Kalau begitu, ini. Kau bisa meminjamnya dulu.
Baru setelah itu aku." Tawar Donghae.
"Ehm.. Itu.. Tapi tugas itu bukankah tinggal 2
hari lagi? Tugas itu sangat sulit. Aku tidak yakin bisa menyelesaikannya dengan
cepat. Ottohke?" Balasku sambil menggigit bibir bawahku ragu.
"Kalau begitu.. Bagaimana kalau kita..
Mengerjakannya bersama saja?" Ajak Donghae yang membuatku tak bisa menahan
senyum.
"Kau serius?"
"Ne. Sesama teman, bukankah harus saling menolong?
Kita kerjakan bersama. Aku akan membantumu." Jawab Donghae polos, oh God!
Mendengar itu dengan cepat aku mendekatinya dan meraih kedua tangannya.
"Aigo! Jeongmal gomawoyo, Donghae ssi. Aku
benar-benar tersentuh.." Ucapku sambil menggenggam tangannya. Ia yang
melihat aksiku hanya terdiam sambil membulatkan matanya. Ia terlihat tidak
tenang dan gelisah. Gugup sepertinya.
"Oh, mi-mianhae. Ak-aku harus kembali sekarang.
Sa-sampai jumpa. Yo-younghyun ssi." Ujarnya tergagap dan menarik tangannya
cepat.
Sesuai dugaanku. Skinship method memang cara paling
ampuh meluluhkan si lugu. Tsk. Teman? Baru kupegang tangannya saja sudah
kelimpungan. Kau sudah masuk dalam perangkapku, Lee Donghae sayang. Welcome.
**
(H-5)
Kurang 5 hari lagi sebelum ulangtahunku. Sekaligus
hari ketiga bagiku menaklukkan pria tampan. Rasanya benar-benar menyenangkan
dan aku mulai menikmatinya. Kim Younghyun, kau pasti bisa. Aku terus
menyemangati dan memotivasi diriku dalam hati. Sebelum akhirnya kenampakan
seorang pria atletis muncul tidak jauh dari arah pandangku. Aku sedang jogging
di central park pagi itu. Tak kusangka akan menemukan seorang yang begitu
mempesona. Dia Choi Siwon. Baiklah, cukup basa-basinya. Sebenarnya dia bukan
orang asing bagiku. Tujuan utamaku ke central park juga bukan untuk jogging
sebenarnya. Tentu saja karena aku memang sudah tahu bahwa Choi Siwon sering
jogging juga di tempat itu. Dia sangat terkenal di kota tempatku tinggal karena
dia adalah seorang model majalah lokal. Aku berusaha mengendalikan diri saat ia
semakin mendekat ke tempatku. Hirup napas, hembuskan. Hirup, hembuskan. Ayo
Younghyun, keluarkan idemu! Lakukan sesuatu!
Kulihat Siwon menghentikan joggingnya untuk membenahi
tali sepatunya yang lepas. Ia menunduk sambil berlutut. Aha! Sebuah ide muncul
begitu saja. Younghyun, kau brilian! Aku melepaskan cincin yang kebetulan
sedang kupakai saat itu. Mendekat ke arahnya lalu menjatuhkan cincinku hingga
menggelinding dan berhenti di dekat kakinya. Dengan cepat aku memasang headphone-ku
ke telinga, seolah mendengar musik sambil celingukan mencari sesuatu di tanah.
Thanks God! Siwon memungut cincinku dan melihatku yang sedang kebingungan. Aku
mendengar ia memanggilku beberapa kali, namun pura-pura tak kudengar. Hingga
akhirnya ia menepuk pundakku dan membuatku merinding saking gugupnya. Oh tidak.
Aku tidak boleh terlena. Dialah targetnya, bukan aku! Aku menoleh dan melepas headphone-ku.
"Ne?" Tanyaku semanis mungkin.
"Apa kau.. Mencari cincin ini?" Tanyanya
sambil menunjukkan cincinku.
"Eoh? Dimana kau menemukannya? Ne! Itu cincinku.
Gomawoyo! Jeongmal gomawoyo!" Ujarku seperti benar-benar tulus
mengucapkannya.
"Hati-hati. Jangan sampai jatuh lagi."
Ucapnya ramah dengan senyum yang... Demi Tuhaaaaannnnnnn perfect banget!
"Oh, ne. Gomawoyo.." Balasku yang untungnya
masih bisa sok cool. Oke, itu baru taktik awal. Sekarang saatnya taktik kedua.
Aku sengaja mengenakan (lagi-lagi) pakaian olahraga yang cukup menggoda. Hey,
aku hanya memanfaatkan apa yang kumiliki. Aku memakai kaos tanpa lengan dan
menampakkan perutku yang rata -walaupun tanpa abs-, dengan celana pendek yang
membentuk pinggulku. Keringat tampak sudah cukup membasahi tubuhku dan menambah
kesan 'Sexy'. Setelah balas menatapnya dan tersenyum menggoda, aku berniat
melanjutkan kegiatan joggingku. Dan BINGO! Siwon mengekoriku dan berusaha
menyamakan langkahnya denganku.
"Mau pergi bersama Choi Siwon di akhir pekan ini
nona?" Ajaknya dengan pandangan lurus ke depan dan sambil terus
ber-jogging disampingku.
Damn you, palyboy! You just another victim of mine.
Aku-pun mempercepat lariku. Sengaja membuatnya terus mengejarku dan semakin
penasaran. Kuharap ia semakin masuk ke dalam jebakan Kim Younghyun.
**
(H-4)
Tak kusangka aku sudah menaklukkan 3 pria! Park
Jungsoo, Lee Donghae, Choi Siwon. Hmm.. Apakah ini benar-benar aku? Jadi kalau
aku sehebat ini, kenapa aku bisa jomblo dari lahir? Aku terus mematut diri di
cermin dan berpikir. Jebakan apa yang akan kuberikan pada target keempatku hari
ini..
Aku membuka laptopku dan memeriksa salah satu akun media
sosialku. Facebook. Kuno? Tidak. Tahun 2013 ini, facebook masih menjadi sarana
nomor 1 untuk menstalker orang (curcol, LOL! -abaikan-). Aku menge-cek daftar
temanku yang ada di sana dan menemukan seseorang yang cocok menjadi targetku yang
berikutnya.
Lee Hyukjae. Dia salah seorang kenalanku dari dunia
maya, chatting. Jika di depan layar komputer, hubungan kami sangat akrab. Tapi
kami belum pernah sekalipun bertemu. Kupikir ini saat yang tepat. Dilihat dari
fotonya, ia lumayan juga. Keren. Menarik. Aku memutuskan untuk menghubunginya
dan mengajaknya bertemu siang itu di salah satu kafe langgananku.
Aku datang lebih dulu ke kafe itu. Saat pria yang
kutunggu datang, aku sudah bisa mengenalinya. Sesuai dengan di foto.
"Lee Hyukjae ssi? Annyeong, Kim Younghyun
imnida." Ucapku memperkenalkan diri secara resmi dihadapannya. Ia
menampilkan gummy smile-nya yang kekanakan itu dan menatapku seolah tak
percaya.
"Oh, Younghyun ah! Yak, bolehkah aku langsung
memanggilmu Youngie-ah saja?" Tanyanya antusias. Benar-benar kekanakan.
Aku hanya bisa memaksakan seulas senyum. Bertahanlah, Younghyun.
"Ah.. Ne, gwenchana.." Balasku seramah
mungkin.
"Kau lebih cantik aslinya ya.. Kekeke.. Jadi apa
yang akan kita lakukan hari ini, Youngi-ah?" Mendengar ucapannya,
sepertinya tidak perlu taktik khusus untuk menggaetnya. Dia mudah sekali
dipengaruhi sepertinya.
"Ehm.. Apa yang ingin kau lakukan?"
"Bagaimana kalau ke timezone saja?" Ajaknya.
"Baiklah. Tapi habiskan dulu minumannya, okay?"
Ujarku lalu menyesap caramel machiatto-ku.
"Okay!" Serunya bersemangat. Apa aku akan
menjadi pengasuh anak bayi hari ini?
Di timezone, ia terus menarikku kesana kemari.
Memaksaku untuk bermain bersamanya. Ini cukup melelahkan menghadapi sikapnya
yang sangat antusias seperti anak kecil. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk
duduk saja dan melihatnya bermain.
"Kau tidak mau main lagi?"
"Ani. Kau saja. Aku duduk saja di sini."
"Eoh? Wae? Kau tak suka main denganku?"
"Anigoteunyo! Naega pigonhae. Berhentilah merengek
atau aku akan pulang sekarang juga!" Balasku dengan sedikit mengancam.
Pria ini ternyata belum pria tapi masih bocah. Menyebalkan sekali. Setelah
kubentak ternyata ia malah meninggalkan game-stand yang ada dihadapannya dan
berjalan ke arahku. Aku bingung dan mengamati tingkahnya.
"Mianhae. Aku hanya berusaha menjadi orang yang
menyenangkan agar kau suka. Ternyata aku salah. Tapi aku senang karena...
Kata-katamu mengingatkanku akan ibuku. Kau... Sangat mirip dengan ibuku.."
Ucapnya sambil berdiri dihadapanku.
"Youngie-ah... Ani. Kim Younghyun. Kupikir aku
menyukaimu.." Lanjutnya lagi yang membuatku cukup terkejut. Ia menyukaiku
hanya karena aku mirip ibunya? Apa aku terlihat seperti ahjumma-ahjumma? Bocah
ini sulit ditebak. Tapi cukup menguntungkan karena tak perlu taktik khusus
untuk menaklukkannya. Ia terlalu lemah.
"Aku memang terlalu sulit untuk dibenci. Kau
beruntung bisa menghabiskan seharian ini denganku, Hyukjae ssi." Balasku
bangga dan melenggang pergi mendahuluinya. Bocah malang, Lee Hyukjae sayang.
**
(H-3)
Hari itu aku bangun kesiangan. Bukannya kelelahan atau
sakit. Tapi memang aku suka tidur. Singkatnya, tukang tidur. Saat aku turun
untuk sarapan, aku mendengar suara pria asing yang berbicara dengan oppa-ku. Aku
mengamatinya diam-diam melalui celah bingkai tangga. Wah. Teman oppa-ku itu
sangat manis.
"Sungmin-ah! ......" Aku mendengar oppa-ku
menyebut nama temannya itu. Jadi namanya Sungmin. Cute sekali. Hmm.. Membuatku
ingin melihatnya dari dekat.
"Yak, onnie! Meskipun ini hari libur, seharusnya
kau bangun pagi dan membantu eomma bersih-bersih! Dasar tukang tidur!"
Pekikan adikku itu sukses membuatku mati kutu dan amat sangat malu. Oppa-ku dan
Sungmin menoleh ke arahku. Oh, please, my f*ckin freak little sister! Dia
menghancurkan hariku! Kudengar oppa-ku tertawa, dan kubalas dengan tatapan
membunuh. Sungmin hanya ikut terkekeh dan membuatku kembali tertunduk. Aku
menuruni tangga dengan sangat berat. Karena tak fokus, aku salah pijak dan
hampir terjatuh. Tidak, jangan sampai itu terjadi. Ibarat pepatah "sudah
jatuh, tertimpa tangga". Itu tidak boleh terjadi. Akan sangat merusak
image seorang Kim Younghyun. Dengan gerakan cepat aku menghindari insiden jatuh
yang memalukan itu. Aku sendiri tak mengerti bagaimana aku bisa melakukannya.
Aku hanya terdesak dan refleks saja. Tanpa kusadari, Sungmin dan oppa-ku terus
mengawasi.
"Uwaa, apa kau ikut beladiri?" Ucap Sungmin
mengagetkanku.
"M-mworago? A-anieyo, ige anigoteun.."
Balasku sambil terkekeh malu menanggapi pertanyaan bodohnya.
"Barusan kau melakukan sesuatu di tangga seperti
gerakan beladiri." Ucapnya lagi. Memangnya tampangku ada tampang ikut
beladiri gitu? Toh tadi kan hanya refleks saja karena aku hampir jatuh. Pria
itu aneh.
"Eoh? Aahh.. Itu hanya... Hanya..-"
"Aku Lee Sungmin. Kau pasti Younghyun kan?"
Potong Sungmin membuatku semakin kikuk.
"Dia teman basketku. Dia sangat jago martial
arts. Geundae, daripada kau terus mempermalukan dirimu dengan penampilan
seperti itu, lebih baik kau cepat mandi lalu ikutlah dengan kami menonton
pertandingan basket!" Ujar oppa-ku yang kubalas dengan anggukan cepat.
Di lapangan basket indoor itu kami duduk berjejer.
Aku, Sungmin, lalu oppa-ku. Aku hanya menonton dalam diam. Sambil sesekali
mencuri pandang pada Sungmin. Well, he's so damn cute! Seriously! Aku harus
selalu menahan napas hanya untuk memandangnya. Aku sedikit kesal karena oppa-ku
terus saja mengajaknya mengobrol dan mengabaikanku. Akhirnya terbersit ide
dalam benakku. Aku berteriak memberikan semangat pada salah satu tim yang
tanding. Membuat Sungmin dan oppa-ku cukup terkejut.
"Kau semangat sekali. Kau benar-benar menyukai
pertandingan basket ini?" Tanya Sungmin akhirnya.
"Ne, geureomnyo! Basket itu sangat menyenangkan
dan seru." Balasku sok yakin.
"Geuraeyo? Jadi apa kau suka bermain basket
juga?"
"Ne. Aku sudah 2 kali ikut pertandingan saat SMA
dulu." Ujarku ngasal. Sejak kapan aku ikut tanding basket? Men-dribble
bola saja seperti nggiring kambing. Bolanya lepas aku-nya malah terus lari.
"Jinjjayo? Wahh.. Kau sangat keren. Apa posisimu
di tim itu dulu?" Skak mat. Pertanyaan macam apa itu. Bagaimana ini?
"Ehm.. Itu..--"
"Yaaa itu dia Jo Sunwoo dari tim A dengan
tembakan 3point-nya yang jitu ......" Suara teriakan pemandu acara
pertandingan membahana melalui speaker yang ada, memotong kalimatku sekaligus
memberikan pencerahan padaku.
"Ahh.. Itu.. Aku di bagian 3point..
Kekeke.." Jawabku seadanya dan sekenanya saja dengan tawa yang
dibuat-buat.
"Jadi kau penembak 3point, begitu? Wah.. Jinjja
daebak.." Puji Sungmin bertubi-tubi, membuatku semakin tersipu. Semoga
saja ini berhasil. Batinku.
"Yak, apa kalian diam-diam mau pdkt, eoh? Jangan
lupakan kehadiranku di sini ya!" Oppa-ku terlihat sewot karena merasa
diabaikan. Mengganggu kesenanganku saja. Padahal kan sedikit lagi aku mencuri
perhatian Sungmin dan dia akan benar-benar jatuh cinta padaku.
Aku hanya menatap oppa-ku malas saat ia kembali
mengajak Sungmin mengobrol. Tapi di sela-sela obrolan mereka, tiba-tiba saja
Sungmin menunjukkan ponselnya padaku. Ia menunjukkan layar ponselnya padaku dengan
pandangan masih lurus menatap oppa-ku. Apa maksudnya? Aku hanya memperhatikan
layar ponsel itu tanpa mengambilnya.
'010-564381. Text me! :)'
Woah! Kim Younghyun, neo... Jinjja daebakk! Aku hanya
bisa tertawa geli setelah membaca itu. Tsk, Lee Sungmin. Kau manis tapi kenapa
begitu naif?
**
(H-2)
2 hari sebelum ulangtahunku! Masih tersisa 2 pria lagi
dan aku akan selesaikan misiku ini. Hmm... Kemana lagi 2 pria tampan ini harus
kucari? Tiba-tiba ponselku berdering. Dari sahabat baikku di kampus. Tentu saja
ia wanita. Ternyata ia menelpon untuk mengajak bertemu. Karena menganggur, akhirnya
aku mengiyakan saja ajakan itu. Ia memintaku menemaninya ke toko buku. Well,
not too bad.
"Kau mau cari buku apa sih?" Tanyaku to the
point.
"Buku strategi cinta." Aku cukup tertegun
mendengarnya.
"Memangnya ada buku yang seperti itu?"
"Harusnya sih ada. Makanya aku sekarang sedang
berusaha mencarinya." Ujarnya sambil terus sibuk menggeledah isi rak buku
di toko itu. Melihatnya begitu antusias aku jadi ingin tertawa. Kenapa harus
repot-repot pakai buku? Aku saja dengan strtaegi ngasal dan keberuntungan bisa
menggaet 5 pria tampan sekaligus.
"Kalau kuboleh tahu, ada pria yang mau kau dekati
ya? Nugunde?" Tanyaku menggoda.
"Ahh.. Ne.. Isseoyo.. Dia.. Asisten dosen di
jurusan sastra. Dia sangat tampan. Kau tak tahu?" Ujarnya sambil sesekali
melihat judul-judul buku dihadapannya.
"Nugu? Kenapa aku jadi ketinggalan berita
ya?" Balasku penasaran.
"Salah sendiri tidak ikut semester pendek! Tsk.
Namanya Kim Kibum. Dia putih, mancung, pintar, mempesona, arrgghhh... Pokoknya
dia sangat tampan..!!" Pekiknya membuatku seketika kaget. Sahabatku ini
memang antik orangnya. Kalau dibiarkan begini, bisa-bisa si Kibum itu menjauh
darinya sebelum mengenalnya karena ilfeel.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi aku jadi penasaran.
Seperti apa sih Kim Kibum itu? Apa iya dia tampan hingga membuat sahabatku
sampai terobsesi. Aku harus menyelidikinya.
Sepulangnya menemani sahabatku, aku langsung searching
di facebook tentang Kim Kibum. Aku mencari akun yang memuat profilnya. Begitu
aku menemukan Kim Kibum dengan kampus yang sama denganku, aku langsung
menelusurinya lebih lanjut. Aku membuka koleksi fotonya. Ya, memang sangat
tampan. Hmm.. Haruskah aku menggaetnya juga? Semoga saja sahabatku itu tak tahu
tentang niatku ini. Kalau dia sampai tahu, aku bisa di-cap "teman makan
teman". Mengerikan. Tapi seketika aku merasa bersalah. Lama-lama ini jadi
sebuah candu untukku. Maksudku, aku tahu ini hanya permainan. Tapi kenapa aku
jadi semakin bersemangat melakukannya? Bukankah aku melukai perasaan banyak
orang? Ada apa denganku? Apakah aku begitu terobsesi untuk punya pacar?
"Onnie!" Tiba-tiba adikku sudah masuk dalam
kamarku dan mengejutkanku. Dengan cepat kututup laptopku.
"Waeyo?"
"Ada seseorang datang, yang mengaku teman onnie.
Sekarang dia dengan seenaknya bermain playstationku. Cepat usir dia!" Ujar
adikku ketus dan kesal. Oke, siapa lagi kali ini?
Aku keluar untuk melihat ke ruang tengah di lantai
bawah, siapa orang yang dimaksud itu dan aku terkejut saat menyadarinya. Dia
Cho Kyuhyun. Maniak games, sekaligus teman kursus matematika-ku sewaktu di SMA.
Dia itu meskipun suka main, otaknya sangat encer. Aku iri sekali dengannya.
Tidak usah belajar sudah pintar. Aku? Belajar saja juga tidak pintar-pintar.
"Yak! Kyu!" Pekikku saat sudah berdiri
dibelakangnya.
"Young-ah! Oraenmanieyo!" Balasnya dengan
tatapan masih terus lurus pada permainannya.
"Berhenti bermain. Adikku mengamuk tahu!"
"Aku akan berhenti bermain kalau kau bisa
mengalahkanku!" Tantangnya. Tsk, sok hebat. Pede sekali dia. Dia belum
tahu kalau selama ini aku juga sudah jadi maniak games.
"Joh-a! Kau meragukanku? Cih. Katakan game apa
yang kau mau? Gran turismo? Tekken? CTR?" Balasku tak kalah menantang.
"Woah, kau mengerti game playstation juga ya?
Sejak kapan?" Ledeknya.
"Yak! Berhenti bersikap sok! Menggelikan. Lihat
saja nanti. Jangan menangis kalau kau sampai kalah!" Protesku kesal.
Kamipun bermain bersama dan aku harus bersusahpayah
untuk bisa menang darinya. Jari-jariku bahkan rasanya sampai mau lepas saking
semangatnya memainkan stick. Tapi akhirnya, aku tetap bisa membuktikan
perkataanku. Aku menang darinya.
"Sejak kapan kau jadi jago begini?" Tanyanya
tak terima.
"Mwoya? Aku kan memang jago. Kau itu tidak ada
apa-apanya, tahu."
"Hmm.. Lama tidak bertemu kau banyak berubah ya.
Makin keren, pintar, dan jago main game! Apa kau mempelajarinya dariku?"
Godanya. Aku hanya mendesis dan melemparkan bantal sofa ke arahnya.
"Young-ah. Uri daeteu-haja." Ujarnya yang
terdengar lebih serius dari sebelumnya. Membuatku terdiam. Baru saja ia
mengajakku berkencan. Apa aku tak salah dengar?
"Aku serius. Kalau kau terima, datanglah ke kafe
langganan kita biasanya besok jam 4 sore. Gidarilkke!" Ucapnya sebelum
meninggalkan rumahku. Sepertinya dia tulus. Aku masih terdiam. Aku merasa ada
sesuatu yang aneh. Di dadaku. Sesak, tapi juga menyenangkan. Baru saja ia
menembakku. Kyuhyun menembakku? Kenapa aku merasa aneh? Berdebar tak biasa.
Selama aku menggaet 5 pria sebelumnya, tidak ada perasaan khusus apapun yang
kurasakan. Tapi sekarang? Oh, aku merasa sungguh berdosa sekarang. Apakah ini
hukuman Tuhan padaku? Kyuhyun, maafkan aku.
**
(H-1)
Besok sudah ulangtahunku. Mengingat pengakuan Kyuhyun
kemarin membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak dan tak bersemangat. Aku
bingung. Haruskah aku menyelesaikan misi gilaku ini? Tiba-tiba saja ponselku
berdering. Choi Siwon. Ia memintaku menemaninya mencari pakaian jam 4 sore
nanti, untuk pemotretannya besok. Baru saja akan kuletakkan, ponselku berdering
lagi. Kali ini Lee Hyukjae. Ia mengajakku ke restoran baru di dekat central
park jam 4 sore. Nice! Two shot, right? Aku menghela nafas. Kemudian tak lama
sebuah sms masuk. Lee Donghae. Ia bilang akan ke rumahku jam 4 sore untuk
meminjamkan bukunya yang ia janjikan padaku. Oh, aku akan benar-benar gila. Aku
meletakkan ponselku dan bersiap berbenah diri. Hari ini aku ada perlu untuk
mengurus pendaftaran semester baru di kampus. Tunggu dulu. Sepertinya ada yang
janggal di sini. Kenapa mereka semua mengajakku di jam yang sama?! Jam 4? Oh
my... Bahkan Kyuhyun juga! Hampir saja aku lupa. Holy shit!
Saat sudah siap dan akan berangkat, aku dikejutkan
seseorang di depan rumah. Park Jungsoo. Ia mengajakku makan malam di rumahnya
jam 7. Tadinya aku sudah bernapas lega. Tapi ia melanjutkan bahwa jam 4 aku
harus ikut dengannya ke suatu tempat. Holy crap!
Aku berusaha menenangkan diriku dan melupakan masalah
itu sejenak. Sesampainya aku di kampus, aku langsung menuju biro administrasi
untuk mengurus pembayaran lalu ke pusat komputer untuk mendaftar matakuliah di
semester baru. Di pusat komputer aku bertemu sahabat baikku bersama seorang
pria. Siapa dia ya? Tiba-tiba terbersit dalam benakku ucapan sahabatku itu saat
di toko buku. Kim Kibum? Apakah itu Kim Kibum? Aku berjalan mendekat.
"Ah Kibum ssi, temanku sudah datang. Kalau begitu
sampai nanti." Ucap sahabatku. Aku berjalan mengikuti sahabatku ke dalam,
sedangkan Kibum berjalan keluar. Kami sempat berpandangan. Pandangan yang cukup
aneh dan kikuk.
"Kudengar kau bilang sampai nanti padanya. Kalian
sudah berkencan?" Tanyaku penuh selidik.
"Mwo? A-anieyo.. Kekeke.. Aku sih berharapnya
begitu. Tapi--"
"Tapi apa?"
"Sepertinya dia tidak menyukaiku. Dia bilang dia
suka anak ekonomi, tapi aku tidak yakin kalau itu aku.."
"Yak, kenapa pesimis begitu? Yakin saja kalau itu
kau. Kekeke.." Aku berusaha menghibur sahabatku itu.
Setelah menyelesaikan serangkaian proses pendaftaran
itu, aku pun berpisah dengan sahabatku untuk bisa segera pulang. Aku berjalan
santai menuju mobilku. Suasana parkiran kampus cukup sepi karena hari itu
memang tidak ada kegiatan perkuliahan, jadi hanya beberapa mobil milik dosen,
staf, dan mahasiswa yang mengurus pembayaran dan pendaftaran saja. Tidak
banyak. Aku mulai menstarter mobilku, namun naas mesin mobilku tak kunjung
menyala. Sial. Mobilku mogok. Aku pun keluar dan membuka kap mobilku, mencoba
memeriksa apa yang salah. Bensin masih cukup kok. Hmm.. Aku kebingungan tidak
tahu harus berbuat apa. Hingga tiba-tiba muncul seseorang. Kim Kibum. Ya, pria
itu muncul dan berjalan ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari mobilku.
"Chogio.." Panggilku yang membuatnya
menoleh.
"Ne?"
"Ah, kau.. Kim Kibum kan? Aku Younghyun, dari
fakultas ekonomi. Tadi kau berbicara dengan temanku waktu di pusat komputer.
Kukira kalian saling mengenal?"
"Ahh.. Ne. Waeyo?" Balasnya singkat, padat,
dan jelas. Pelit kata-kata sekali.
"Ini.. Mobilku tiba-tiba mogok. Bisakah kau...
Membantuku? Keke. Mian merepotkan." Ujarku sambil tersenyum sungkan. Tanpa
membalas ucapanku, ia langsung mendekat ke arahku dan melihat mesin mobilku.
"Sepertinya perlu dibawa ke bengkel. Aku punya
kenalan. Biar kuhubungi saja untuk membawa mobilmu. Bagaimana kalau kau kuantar
saja?" Kibum menawariku pulang bersama? God! Bagaimana aku bisa
seberuntung ini? Dewi Fortuna sepertinya sangat mendukung misi gilaku itu.
Selalu saja ada cara dan kesempatan untukku bisa mengenal seorang pria tampan.
Jika Kibum berhasil kudapatkan, maka genap sudah misi-ku ini. 7 pria tampan,
masuk dalam jebakan seorang Kim Younghyun. Ini gila!
"K-kau serius?" Tanyaku tak percaya.
"Ne. Kajja." Ajaknya. Aku hampir saja lupa
diri dan akan bersorak kegirangan. Aku melihat jam tanganku. Sisa 1,5 jam lagi
sebelum jam 4 sore. Aku harus cepat-cepat kembali dan menghadapi sebuah
kengerian. Oh tidak. Haruskah semuanya berakhir dalam sekejap? Besok
ulangtahunku, aku harus berhasil. Jangan sampai mereka semua mengetahui
rahasiaku ini. Tapi bagaimana aku bisa menemui mereka semua sekaligus di jam
yang sama?
Akhirnya aku sampai di rumah dalam waktu 15 menit
saja. Kibum mengemudikan mobilnya cepat sekali. Memangnya dia pikir sedang ikut
rally? Dia juga terkesan dingin dan tidak banyak bicara. Tapi aku mendapatinya yang
sesekali memperhatikanku melalui kaca spion selama perjalanan. Sepertinya
diam-diam dia sudah jatuh cinta padaku. Kim Younghyun, gadis biasa saja yang
jomblo dari lahir tiba-tiba memecahkan rekor mendapatkan 7 pria tampan
sekaligus dengan mudah. Kupikir aku sudah menjadi gadis yang menakutkan. Tapi
ah, peduli amat!
"Jamkan.." Ucapnya yang menghentikan niatku
turun dari mobil.
"Kapan-kapan.. Apa aku boleh mampir ke
rumahmu?" Tanyanya yang membuatku cukup terbelalak dan tergelitik. Aku
tertawa.
"Tentu." Ujarku dengan seringai menggoda.
Yeah!! 7 pria jatuh dalam pesonaku. Aku berhasil! Aku masuk ke dalam rumah
dengan semangat membara. Terlalu senang. Sepertinya aku benar-benar primadona
sekarang. Ah, tunggu! Jangan melupakan masalah penting itu! Sebentar lagi jarum
jam akan menunjuk angka 4. Aku kembali panik. Bagaimana ini??? Aku mencari
eomma-ku yang ternyata sedang menyiapkan makan malam di dapur.
"Eomma, apa selama aku pergi ada seseorang yang
menanyakanku hari ini?"
"Isseoyo. Appa-mu."
"Aish! Maksudku orang lain. Apa ada?"
"Eobseo. Wae?"
"Ah, ani eomma. Geundae.. Apa yang akan eomma
lakukan jika eomma berada diantara banyak pilihan?"
"Apa maksudmu? Tentu saja memilih." Jawab
eomma-ku sambil terus sibuk dengan masakannya dan tak tertarik dengan ocehanku
yang mulai ngelantur ini.
"Arayo. Masalahnya, bagaimana kita bisa memilih
jika semuanya terlalu baik, eomma?"
"Kalau begitu ikuti kata hatimu saja,
Young-ah.." Baiklah. Ikuti kata hati. Di sela aku berpikir, ponselku
bergetar tanda sms masuk.
Lee Sungmin. Dia mengajakku ke pertandingan basket
hari ini jam 4 sore?!?! Aku terkejut bukan main hingga hampir saja melempar
ponselku. Tenang, Younghyun. Tarik napas, hembuskan. Oke. Sekarang tinggal
beberapa menit sebelum pukul 4 tepat! Tentukan pilihanmu, Young! Tenang dan
berpikirlah dengan jernih. Ikuti kata hatimu. Hanya kata hatimu.
**
10 menit sebelum jam 4 hari itu, aku sudah menentukan
pilihanku. Aku bergegas menemui pria itu. Ya, pria yang menjadi pilihanku saat
itu, menurut kata hatiku. Aku harus cepat ke sana, menemuinya. Sebelum yang
lain akan menemukanku lebih dulu dan habislah aku. 'Kling'! Suara pintu yang
terbuka membunyikan lonceng kecil di atasnya. Aku sampai tepat waktu. Tepat jam
4 sore! Aku menstabilkan detak jantungku dan napasku, lalu mencari priaku itu.
Setelah menemukannya aku duduk dihadapannya. Lega sekali. Aku harap, aku tidak
salah pilih.
"Kau datang." Ucapnya terlihat senang.
"Kau yang memintaku."
"Jadi kau menerimaku?" Tanyanya penasaran.
Belum sempat aku menjawab, seorang pelayan datang dan
menyodorkan buku menu.
"Silahkan, Nona." Entah kenapa suaranya
terdengar familiar di telingaku. Aku mencoba mendongak melihat pelayan itu. Dan
DAMN! Another surprise. Aku sangat shocked saat tahu bahwa pelayan itu adalah
Lee Donghae. Mati aku! Leherku mendadak kaku, lidahku kelu, tenggorokanku
tercekat. Jantungku mau lepas!!
"Ada yang bisa saya bantu, Nona... Kim?"
Tanya Donghae lagi membuatku semakin skak mat. Kulihat Kyuhyun yang duduk di
hadapanku sudah melipat tangannya di dada dengan satu alis terangkat dan
seringai puas di bibirnya. Menakutkan! Apa ini? Aku berusaha memandang ke
sekeliling kafe dan semua berubah semakin menakutkan. Seorang pria yang tadinya
membaca koran tiba-tiba menurunkan korannya dan menampakkan wajahnya. Choi
Siwon?! Gosh! Sejak kapan dia ada di sana? Di sisi lain, tidak jauh dari
tempatku ada 2 orang yang terlihat asik berbincang tiba-tiba menoleh ke arahku.
2 orang itu, Lee Hyukjae dan Lee Sungmin?! Apa-apaan ini? Apa ini lelucon? Di dekat
meja kasir juga tampak seseorang berdiri. Ia terlihat sibuk berbicara dengan
beberapa staf kafe sebelum akhirnya menoleh dan menatapku lurus. Park Jungsoo?!
Aku membelalakkan kedua mataku. Menundukkan wajahku dalam-dalam. Apa mereka
menjebakku? Aku benar-benar akan habis sekarang. Masih menunduk, aku berniat
melarikan diri.
"A-aku.. Mau.. Ke k-kamar ma-mandi.." Ujarku
terbata dan berniat lari ke pintu keluar. Lari-ku terhenti mendadak karena
seseorang masuk dan menghalangi jalanku. Kim Kibum. Dengan tatapan tajam dan
senyum dingin.
"Kenapa terburu-buru?" Tanya Kibum yang
terdengar sangat horor. Oh tidak. Aku terkepung! Di depanku ada Kibum, dan aku
tidak mungkin kembali ke dalam karena 6 pria lainnya menungguku di sana. 7
lawan 1?! Aku menghela napas pasrah, sambil berkacak pinggang.
"Baiklah, kalian menang." Ucapku tak rela.
"Kenapa kau begitu gelisah, Younghyun sayang?
Tenanglah. Kami bersamamu di sini." Celetuk Park Jungsoo.
"Seharusnya kau senang. Kami berkumpul di sini
untuk memberimu selamat." Lee Sungmin ikut berujar.
"Bukankah kau sudah berhasil?" Balas Lee
Hyukjae tak kalah horor. Semua sindiran itu semakin menyudutkanku.
Kulihat mereka perlahan beranjak dari tempatnya dan bergerak
ke arahku. Semakin mendekat. Aku merinding. Mataku melotot tak berkedip. Aku
gugup setengah mati hingga keringat dingin mengucur. Mereka semakin mendekat
dengan seringai kemenangan mereka. Aku hanya bisa menutup kedua mataku dan
berteriak dengan posisi kuda-kuda juga tangan terkepal siap meninju siapa saja
yang mendekat.
"Hiyaaaaaaaaaaaaa....!!!!!!!"
**
Suara lengkingan sumbang yang sangat kubenci sudah
memaksa masuk dalam gendang telingaku. Membuyarkan semua insiden itu dari alam
pikirku. Aku terperanjat saat seseorang mulai menaiki ranjangku.
"Onnie!!!!! Banguuuunnnnn!!! Sampai kapan mau
tidur terus, dasar babi!" Jerit adikku di depan wajahku. Membuatku harus
membuka mataku paksa dan menggeliat kesal.
"Kau.. Setan cilik! Berhenti menggangguku!"
"Wah, apa ini? 'Girl's Guide in Finding Soulmate.
Cara Jitu Dapetin Cowok'. Sepertinya onnie benar-benar termakan ucapanku hingga
membaca buku seperti ini. Huahahahahah!!!" Pekiknya girang membuatku
melompat kaget dan merebut buku itu darinya. Aku malu sekali.
"Berapa lama aku tertidur?" Tanyaku
kemudian.
"12 jam. Kau tidur seperti babi." Jawabnya
nyelekit. Dari jawaban itu aku bisa menyimpulkan. Ternyata semua itu mimpi.
Hanya mimpi. Aku bukan primadona. Untungnya, kejadian terakhir juga hanya
mimpi. Itu berarti aku masih selamat. Terkadang pria tampan juga bisa menjadi
menyeramkan. Membayangkannya lagi sudah membuatku merinding sendiri.
Aku beranjak dari ranjangku dan melihat kalender.
Ternyata hari ini sudah hari ulangtahunku. Apa aku tidak salah lihat tanggal?
Sepertinya aku terlalu banyak pikiran hingga tak sadar hari ini aku sudah 22
tahun. Aku berjalan keluar kamar untuk menuju lantai bawah dan menemukan appa,
eomma, oppa, dan yeodongsaengku sudah berkumpul di meja makan dengan sebuah kue
tart besar!
"Saengil chukka hamnida, uri Youngie!" Ucap
mereka serempak membuatku terharu. Aku mendekati mereka dan memeluk mereka satu
per satu. Selesai dengan itu, bel pintu kami berbunyi.
"Biar aku saja!" Seruku kemudian berjalan ke
arah pintu. Tidak peduli jika saat itu aku belum mandi dan sangat acak-acakan.
Aku membuka pintu penuh semangat dan senyum sumringah. Sebelum akhirnya
senyumku memudar dan aku shocked melihat siapa yang datang.
"Saengil chukka hamnida, Young-ah!
Saranghae!!!" Seru rombongan itu bebarengan sambil menodongkan beragam
bunga dari tangan mereka masing-masing. Aku mengamati mereka satu per satu
dengan masih tercengang. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Ada 7 pria. Park Jungsoo. Lee
Donghae. Choi Siwon. Lee Hyukjae. Lee Sungmin. Cho Kyuhyun. Kim Kibum. Tubuhku
seketika melemas. Mataku berkunang-kunang. Bayangan insiden itu kembali
terngiang dalam benakku membuatku sekali lagi merinding. Aku tidak percaya
bahwa mereka akan benar-benar datang untukku. Bukankah ini terlalu indah untuk
dilewatkan? 7 pria tampan incaranku datang membawa bunga. Saat itu juga aku
tergolek pingsan saking terkejutnya di depan pintu dan kuharap aku sudah berada
pada posisi terbaikku. Tidak lupa juga dengan senyum di wajahku.
"Young-ah?!" Pekik semua orang begitu
melihatku pingsan.
Well, aku tidak tahu apakah ini bisa dibilang berakhir
bahagia. Sepertinya Tuhan memang benar-benar mendengar doa dan harapanku. Tapi
tetap saja, hidup itu pilihan. Dan kita juga tidak bisa memaksakannya.
Sekarang aku tetap harus memilih di antara 7 pria
tampan! Insiden di mimpi itu mengingatkanku agar tak serakah. Ini pilihan yang
sulit, tapi menyenangkan. I can't decided yet what or who to choose. Just let
it flow to enjoy it. Letting my heart to speak up its choice in the end and
hopefully it's not another bad dream! Semoga semua orang yang membaca ini bisa
segera menemukan cinta sejatinya dan menentukan pilihan yang tepat. We all have
stories to tell, right?
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar