Title : SO, IS THIS LOVE?
Author : Kxanoppa
Genre : Romance
Tags : Park Jungsoo/Leeteuk, Choi
Siwon, Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Nam Yihyun/Nami (OC), Nam Heeju
(OC), Ahn Minji (OC), Oh Yonju (OC)
Rating : PG-15
Length : One Shot
Notes : first of all, happy
birthday to our most handsome and the best leader in the world, Leeteuk!! FF
ini kubuat khusus utk ulangtahun Leeteuk Oppa. Terinspirasi salah satu karya
milik Robyn Sisman, dengan cerita yg sdh dirombak & dimodifikasi. Tanpa ada
unsur melecehkan/menjatuhkan/plagiarisme/apapun, murni utk hiburan semata. Semoga
readers semua bisa suka ya. Jangan lupa komennya! Saran, kritik, opini,
semuanya diterima kok. Happy reading!! (Recommended song : Ice Cream – Leeteuk ft. Joo)
STORYLINE – Normal
POV
“Bisakah kita jatuh cinta pada
orang yang belum pernah kita temui sebelumnya?”
Nami
dengan cekatan membantu kakaknya membawakan satu nampan berisi penuh hidangan
spesial mereka malam itu. Ya, malam itu Nami diundang untuk makan malam bersama
di rumah kakak perempuannya yang sudah menikah. Bukan tanpa alasan, kakak Nami
–Nam Heeju, memang kerap mengundangnya makan bersama dengan maksud mengenalkan
Nami dengan pria-pria lajang –kenalan suaminya.
“Ini
dia tamu spesial kita! Nami, kenalkan ini juniorku di kantor, Lee Donghae.
Bukankah ia sangat tampan?” ujar Siwon dengan mata berbinar saat mengenalkan
juniornya itu.
“Astaga,
yeobeo! Dia tampan sekali! Nami,
kali ini kau takkan menyesal!” seru Heeju yang tak kalah semangat. Nami yang
mendengar kehebohan itu hanya memutar bolamatanya jengah kemudian meninggalkan
ruang makan menuju dapur. Heeju yang merasakan adanya perubahan situasi tidak
mengenakkan langsung berinisiatif menyusul Nami.
***
“Onni. Bisakah kita makan malam biasa tanpa
motif apapun? Aku benci dengan acara perjodohan konyol kalian. Apanya yang
tampan dari tampang playboy seperti
itu?” protes Nami setelah meneguk segelas air dingin.
“Kenapa
kau selalu menilai orang dari penampilannya saja? Setahuku dari Siwon, Donghae
itu pria yang baik. Apa salahnya mencoba? Nami, sebagai seorang wanita karir
kau sudah sangat mapan. Kau cantik dan pintar. Apa lagi yang kau cari? Aku dan
Siwon hanya berusaha membantumu. Apa kau mau dikatain perawan tua?” perkataan
Heeju begitu menohok. Baru saja Nami akan membalas ucapan kakaknya, namun suara
langkah kaki yang mendekat ke arah dapur mengurungkan niatnya. “Maaf, apa aku
mengganggu?” tanya seseorang dengan suara asingnya.
“Ah,
Donghae ssi. Tentu tidak. Ada apa?”
tanya Heeju ramah, sedangkan yang ditanya malah asik menelusuri lekuk tubuh
Nami dan membuat Nami merasa risih. Ia menyesal memilih mengenakan pakaian
ketat malam itu.
“Bisakah
aku bicara dengannya?” pinta Donghae dengan senyum nakalnya ke arah Nami. Heeju
yang mendengar itu hanya bisa melirik Nami usil dan menyikut lengannya, membuat
Nami semakin gerah dan ingin cepat-cepat kabur dari tempat itu.
“Kau
perlu sedikit bersenang-senang.” tepat seperti dugaan Nami sebelumnya bahwa
Donghae memang bukan pria baik.
“Sudah
kuduga kau akan mengatakan hal-hal semacam ini. Tapi maaf, Donghae ssi. Aku bukan wanita seperti itu.” Ujar
Nami mantap kemudian pergi meninggalkan Donghae yang masih termenung. Sebenarnya
ia yang salah bicara atau Nami yang salah tangkap?
***
Nami POV
Nami,
itu panggilanku. Saat ini aku 27 tahun, usia yang sudah tidak muda lagi memang.
Gara-gara itu juga kakakku, Heeju semakin gencar saja mencarikanku jodoh. Apa
dia pikir aku tidak bisa mencari jodoh sendiri? Hey, ini bukan perkara bisa
atau tidak. Tapi mau atau tidak mau. Jujur saja aku lebih suka kehidupan yang
bebas. Bersenang-senang dengan diri sendiri dan teman-teman itu lebih
menyenangkan bukan? Tidak akan ada yang memarahimu kalau kau pulang terlambat, shopping sampai uangmu habis, atau
mabuk sampai pagi. Menikmati hidup itu segalanya bagiku. Kehidupan setelah
menikah akan sangat merepotkan karena aku akan kehilangan waktu-waktu
kebebasanku dan disibukkan dengan segala urusan rumah tangga juga
tetek-bengeknya, termasuk mengurusi bayi besar yang manja (baca: suami). Hanya
membayangkannya saja sudah membuat kepalaku pusing.
Banyak
orang mengenalku sebagai seorang workaholic.
Aku mencintai pekerjaanku dan akan melakukan yang terbaik demi berhasilnya
pekerjaanku. Saat ini aku bekerja di sebuah perusahaan periklanan –SungDong, di
departemen artisitik, yah semacam editor gitu deh. Sudah banyak proyek besar
kutangani perihal periklanan produk-produk terbaru dari perusahaan-perusahaan
ternama, mulai dari makanan, produk kecantikan, bahkan aku juga pernah terlibat
dalam proyek gabungan film dan TV, pemotretan majalah, dan menciptakan konsep
serta desain-desain untuk iklan. Pengalamanku di dunia kerja sudah tak
diragukan lagi.
“Nami.”
Sapa seorang wanita seusiaku di ambang pintu ruang kerjaku. Itu partner terdekatku sekaligus asisten
terbaikku, Ahn Minji. “Cho Kyuhyun memintamu untuk segera keruangannya..” ucap
Minji yang berhasil membuat keningku berkerut. Cho Kyuhyun, dia atasanku di
kantor ini. Aku harap aku tidak melakukan kesalahan.
***
“Kau
sudah dengar tentang program pertukaran itu?” tanya Kyuhyun begitu aku tiba
diruangannya.
“Program
pertukaran apa?” Timpalku spontan yang membuatnya langsung menatapku tajam.
Menyadari itu membuatku merinding.
“Kau
tahu kan kalau sister company perusahaan
kita yang ada di amerika sedang menjalankan proyek besar? Barusan direktur disana
menghubungiku kalau program pertukaran itu akan mulai dijalankan minggu
depan..”
“Lalu?”
“Lalu?
Tentu saja kau yang akan pergi untuk program pertukaran itu..”
“Oh..
APA?!”
“Aku
tak mau dengar alasan ataupun penolakan. Persiapkan dirimu, seminggu lagi kau
mulai bekerja sebagai pegawai temporer di SungDong amerika.”
“T-Tapi..”
“Ah,
satu lagi. Karena ini program pertukaran, maka kalian juga akan bertukar tempat
tinggal. Jangan permalukan nama perusahaan hanya karena kau tidak bisa
menunjukkan tempat tinggal yang layak untuk rekan pertukaranmu nanti..” Jelas
Kyuhyun yang sekaligus mengakhiri perbincangan kami.
***
Leeteuk POV
“Kau
yakin akan pergi?” tanya Yonju tak yakin.
“Tentu
saja. Sudah lama sekali aku tidak ke Korea. Terakhir aku ke sana adalah tahun
2005, aku sangat merindukannya..” balasku berusaha meyakinkan Yonju.
“Lalu
bagaimana denganku?” tanyanya lagi yang membuatku cukup bingung menjawabnya.
“Kau
bisa ikut denganku jika kau mau..” mendengar itu, senyum kelegaan terpancar
dari bibir Yonju.
Oh
Yonju, dia kekasihku selama 1 tahun terakhir. Saat ini ia menempuh program masternya di jurusan sastra di salah
satu college di amerika. Aku sangat
mencintainya dan dilihat dari segi usia, sebenarnya kami sudah sama-sama matang
untuk menikah –aku 30 dan dia 27. Setelah program pertukaran pegawai yang
kujalani berakhir, aku berencana untuk segera melamarnya. Semoga semua bisa
berjalan sesuai rencanaku.
Yonju
ikut denganku ke Korea dan memutuskan mengambil cuti 2 bulan dari kuliahnya.
Aku tentu saja sangat senang. Bisa tetap bersama Yonju selama di Korea bukankah
itu seperti bonus? Bekerja sekaligus berlibur. Aku harap sih begitu.
Beberapa
jam setelah menginjakkan kaki di Korea, aku sangat antusias, begitupun Yonju.
Tapi itu tidak bertahan lama setelah kami sampai di apartemen yang akan kami
tinggali selama 2 bulan ke depan. Bayangan akan apartemen berkelas gaya orang
kaya Korea sirna, begitu kutemukan apartemen tak berbintang yang terletak di
gang sempit di pinggiran kota Seoul itu. Kios-kios kecil, rumah-rumah kumuh,
dan kucing berkeliaran yang menjadi pemandangan alami tempat itu seketika
menghancurkan bayangan indahku bersama Yonju.
Kami
semakin terkejut begitu kami masuk dalam apartemen milik rekan pertukaranku yang
aku sendiri masih belum jelas namanya. Terasa begitu pengap, minim cahaya dan
udara segar. Perabotan yang semrawut, remah-remah makanan yang masih berceceran
di seluruh penjuru ruang, tirai yang lama tidak di cuci, meja makan kacau, dan
entahlah apalagi yang bisa kugambarkan di sana. Terlalu kacau. Aku mencoba
menenangkan Yonju dan membuka jendela untuk memberi sedikit cahaya dan udara
untuk bernapas. Di atas meja makan, kutemukan sepucuk surat yang ditulis
asal-asalan dengan tinta yang bocor.
“Inilah tempat tinggalku, maaf kalau
berantakan karena aku tidak sempat membereskannya. Semoga harimu menyenangkan.
–N.Y”
Selesai
membaca itu aku bisa menarik satu kesimpulan : dia lajang.
***
Nami POV
Aku
begitu terkejut saat sampai di apartemen miliknya. Berbanding terbalik
denganku. Apartemennya sangaaaatttttt rapi, harum, bersih, mewah, elegan, dan
elit. Ya Tuhan, kalau Cho Kyuhyun tahu bagaimana keadaan apartemenku sesaat
sebelum kutinggal pergi pasti dia akan sangat murka karena aku sudah
benar-benar mempermalukan nama perusahaan SungDong Korea. Aku tidak sempat
membereskannya karena teman-temanku memaksa mengadakan pesta perpisahan di
malam sebelum keberangkatanku, alhasil aku tidak sempat membereskan apartemenku
yang seperti kapal pecah. Arrgghh! Mau kutaruh dimana mukaku??
Aku
berjalan mengitari seisi ruangan, mengagumi desain interior apartemen tuan Park
yang begitu keren. Tinggal di sini sangat nyaman, rasanya berlama-lama di sini
juga tidak apa-apa. Tiba-tiba suara fax mengejutkanku. Aku mengambilnya dan
membacanya, ternyata itu dari tuan Park. Wah, dia sangat teratur dan disiplin.
“Hai, aku Park Jungsoo. Bagaimana
apartemennya? Maaf kalau interiornya berlebihan. Kau bisa mengubahnya jika kau
mau. Mohon kerjasamanya untuk 2 bulan kedepan. Semoga harimu menyenangkan!”
Luar
biasa. Kupikir tuan Park itu sudah berusia paruh baya, dan mungkin ia ke Korea
bersama dengan istrinya yang bernama Yonhee? Atau Yonju? Tapi toh siapa peduli?
***
Leeteuk POV
Mengikuti
program pertukaran ini sepertinya keputusan yang keliru. Kalau sehari saja
sudah mual, bagaimana mau bertahan 2 bulan? Aku jadi kasihan melihat Yonju yang
setiap hari harus bersusah payah tinggal di sini.
Aku
membiarkan Yonju istirahat sedangkan aku sendiri sibuk bersih-bersih setelah
selesai dengan pekerjaanku di kantor. Memikirkan ini terus-menerus, aku jadi
kesal bukan main. Nam Yihyun? Wanita seperti apa dia? Bagaimana caranya hidup
di tempat seperti ini? Kenapa dia begitu menyebalkan?
Saat
bersih-bersih ruang TV, tanpa sengaja aku menemukan beberapa lembar foto dari
bawah sofa, juga botol wine yang
tampak sudah sangat berdebu. Foto pertama berisi 4 orang : pria tua, wanita
tua, dan 2 orang gadis berwajah mirip yang tersenyum lebar. Foto kedua berisi 2
orang, hanya 2 gadis tadi namun dengan postur yang lebih tinggi dan dress membuat mereka tampak lumayan.
Lalu yang terakhir hanya berisi 1 orang. Wanita muda dengan setelan eksekutif,
sangat rapi dan cantik dengan rambut panjang bergelombang dan senyum
cemerlangnya. Wanita itu bahkan terlihat jauh lebih cantik dibandingkan Yonju.
Kenapa melihat itu perasaanku jadi aneh? DI balik foto terakhir itu tertulis
tanggal dan inisial N.Y. Apakah itu inisial nama dari Nam Yihyun?
Kalau
benar wanita ini yang bernama Nam Yihyun, bagaimana mungkin ia bertahan hidup
dengan cara seperti ini? Apa tidak keterlaluan?
***
Normal POV
1
bulan berlalu. Yonju yang bosan hanya berdiam diri di apartemen usang itu
memutuskan untuk keluar mencari udara segar, sekalian belanja kebutuhan makanan
dan berkeliling untuk melihat keadaan kota Seoul. Akhir-akhir ini Yonju merasa
jenuh dengan hubungannya dengan Leeteuk yang tak kunjung ada perkembangan. Ia
sangat berharap Leeteuk akan segera melamarnya, tapi sepertinya Leeteuk terlalu
hanyut dalam pekerjaannya hingga mengesampingkannya.
“Nona,
kau tak apa?” tanya seorang pria yang sudah berdiri dihadapannya, menopang
tubuh Yonju yang sempat terhuyung karena tertabrak pejalan lain.
“Gwenchana. Gomawo.”
“Apa
kau sakit?”
“Aniyo. Aku tadi hanya melamun.” Yonju
mendongak melihat siapa pria baik hati itu dan terpesona pada detik berikutnya.
“Kau
tinggal di daerah sini? Kebetulan aku juga punya kenalan di daerah sini. Namaku
Lee Donghae..”
***
“Jungsoo
ssi. Apa kau masih ingat dengan
Hyukjae?” tanya seseorang dari sebrang telepon.
“Hyukjae?
Si pembuat masalah nomor 1 di perusahaan itu? Bukankah ia sudah mengundurkan
diri?” jawab Leeteuk melalui ponselnya yang diloudspeaker.
“Kudengar
dia kembali ke perusahaan hari ini. Ia terus mencarimu. Ia tidak tahu tentang
program pertukarann yang kau jalani. Ia bilang akan datang ke apartemenmu dan
mengacau kalau kau tak segera menemuinya.”
“APA?!”
protes Leeteuk.
“Eii,
bukannya tadi kau bilang kau belum lupa? Dia kan rivalmu? Dia juga mengundurkan
diri karena kau. Kurasa dia tidak terima dan ingin membuat perhitungan.”
“Mwo?! T-Tapi yang di apartemenku
sekarang kan pegawai dari SungDong korea? Bagaimana kalau Hyukjae
mengancamnya??” Belum puas Leeteuk mendapat jawaban, sambungan telepon telah
terputus dan berhasil membuat Leeteuk mengumpat habis-habisan.
***
Sepulangnya
dari kantor, Leeteuk tergesa-gesa untuk segera menemui Yonju. Bagaimanapun
caranya, ia harus mendapatkan ijin dari kantor untuk kembali ke amerika secepat
mungkin sebelum Hyukjae akan benar-benar mendatangi apartemennya, mengancam
Nami, dan menghancurkan citra SungDong amerika.
“Yonju
dengar, kita harus segera kembali ke amerika dalam waktu dekat.”
“apa
maksudmu? Terjadi sesuatu?”
“Hyukjae.
Dia datang ke kantor hari ini dan mengancam akan ke apartemen kalau aku tidak
segera menemuinya”
“Memangnya
kenapa kalau dia mau ke apartemen? Bukankah kita aman di sini?” sergah Yonju
yang masih tidak mengerti.
“Masalahnya
di sana ada wanita itu, kau tahu kan? Bagaimana kalau ia diancam dan nama
perusahaan tercoreng dan kita juga kena getahnya?”
“Sepertinya
kau lebih memedulikan wanita itu daripada perusahaan atau kita. Iya kan?”
“Yonju!”
“Oppa! Tidak bisakah kau lebih
memedulikan aku? Aku lelah menunggumu”
“Aku
ijin dari kantor dan akan kembali ke amerika besok. Kau tidak mau ikut ya
sudah!”
“Oppa!” Yonju terus memanggil, namun
Leeteuk tak merespon. Hari itu Yonju merasa bahwa hubungannya dengan Leeteuk
telah benar-benar diujung tanduk.
***
“Hatchiii!!! Siapa sih bertamu sepagi ini?!
Mengganggu saja” gerutu Nami sambil mengusap-usap hidungnya yang gatal karena
flu.
Nami
terkejut saat dilihatnya seorang pria asing sudah berdiri di depan apartemen
Leeteuk. Tubuh jangkung, rambut coklat keemasan, mata sipit, hidung mancung,
dan tatapan kelaparannya membuat Nami bergidik ngeri.
“siapa
kau?” pria asing itu tidak mnghiraukannya dan langsung melesak masuk ke dalam
tanpa permisi. “YA!!” pekik Nami
berusaha menghalanginya.
“Dimana
Jungsoo?!”
“Apa?”
“Park
Jungsoo! Dimana kau sembunyikan dia?!”
“Maksudmu
tuan Park pemilik apartemen ini? Dia dan aku sedang dalam program pertukaran
pegawai! Hatchhiiii..!!”
“Apa?
Program pertukaran?”
***
Nami
menceritakan secara mendetil perihal program pertukaran itu pada Hyukjae. Tak
butuh waktu lama, Hyukjaepun mengerti dan menjelaskan maksud kedatangannya yang
mendadak.
“Sebenarnya
aku datang untuk mengucapkan terimakasih pada Jungsoo. Karena dia, aku justru bisa
mendapat pekerjaan yang lebih baik dan sebentar lagi aku akan menikah. Aku
sekalian mau mengantarkan undangan ini..” ujarnya sembari menyodorkan undangan
pernikahan pada Nami, membuat matanya nyaris keluar karena melotot.
“Sorry, tadi aku terlalu bersemangat..”
lanjutnya lagi sambil terkekeh. Setelah cukup berbincang, akhirnya Hyukjae
memutuskan untuk pulang.
Beberapa
jam setelah kepulangan Hyukjae, Nami kembali kedatangan tamu. Ia dikejutkan lagi
dengan kehadiran seseorang tak dikenal, hanya saja kali ini begitu menyilaukan.
Nami merasa pria dihadapannya adalah pria tertampan yang pernah ia lihat. Wajah
oval, hidung mancung, bibir tipis, mata teduh. Singkat kata : Perfect!
“Hai.
Aku Park Jungsoo..” sapa pria itu dengan suara merdunya meski hanya beberapa
kata.
Nami masih belum sadar dari lamunannya. Penampilannya benar-benar kacau karena flu dan ia harus berhadapan dengan sebuah karya seni? Oh no!
Nami masih belum sadar dari lamunannya. Penampilannya benar-benar kacau karena flu dan ia harus berhadapan dengan sebuah karya seni? Oh no!
“Kau
sakit? Ayo kita masuk dulu. Aku bisa jelaskan kenapa datang tiba-tiba seperti
ini.”
***
“Jadi
kau sudah bertemu dengan Hyukjae?” tanya Leeteuk terkejut.
“Ne. Dia mencarimu untuk bilang
terimakasih dan menyerahkan ini..” jelas Nami sambil menyurukkan undangan dari
Hyukjae.
Leeteuk
tampak mengerjapkan matanya tak percaya. Jadi dia datang jauh-jauh dari korea
hanya karena hal bodoh semacam itu? Dan meninggalkan Yonju sendirian?
“Baiklah. Sepertinya ada sedikit
kesalahpahaman. Maaf aku sudah membuatmu tidak nyaman. Kalau begitu aku akan
langsung kembali saja malam ini. Kau istirahatlah, cepat sembuh!”
“Ah,
tunggu! Aku ingin minta maaf tentang apartemenku. Kau pasti sangat tidak nyaman
ya? Maaf, aku tidak sempat merapikannya untukmu. Kau bisa pindah kalau tidak
betah..”
“Ah,
itu bukan masalah. Aku sudah membereskannya..” balas Leeteuk berusaha tetap
tampil ramah.
“Hei!
Kau tak apa? Nona Nam?!” Leeteuk begitu panik saat Nami tiba-tiba pingsan
dihadapannya dengan demam yang sangat tinggi.
***
Leeteuk POV
Wanita
itu tiba-tiba saja pingsan. Mau tidak mau aku harus tinggal. Aku sama sekali
tidak menghubungi Yonju. Bagaimana kabarnya ya? Dia pasti sangat marah padaku.
Nasib pernikahanku yang sudah kususun sedemikian rupa terancam gagal. Semua ini
gara-gara Hyukjae sialan itu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, rasanya hatiku
belum benar-benar mantap untuk menikahi Yonju.
Tanpa
sadar aku terus menatap Nam yang sedang tertidur pulas di kamarku. Dari sofa
ruang tengah aku bisa melihatnya dengan jelas. Dia cantik juga. Sangat cantik
malah. Wajahnya berbanding terbalik dengan sifatnya yang jorok –kalau
mengingat-ingat tentang apartemennya. Aku berjalan mendekat ke arahnya dan
dalam jarak sedekat ini, aku merasa semakin memahaminya. Raut wajahnya penuh
kekuatiran. Apa dia begitu kesepian? Kenapa perasaanku jadi aneh begini? Aku
tidak mungkin mengkhianati Yonju kan? Tapi kuakui, perasaanku saat melihat Nam
jauh lebih menyenangkan dibanding saat aku melihat Yonju. Aku butuh Yonju, tapi
sosok Nam seperti lebih menenangkanku. Hanya melihatnya saja, aku sudah merasa
tenang. Sebenarnya sihir apa yang kau berikan padaku, Nam Yihyun?
***
Normal POV
“Jadi
kau bertengkar dengan kekasihmu?” tanya Donghae sambil sesekali menyesap greentea icenya. Semenjak pertemuan
pertama mereka, Yonju menjadi penasaran dan selalu berusaha meluangkan waktu untuk
bisa pergi bersama. Yonju merasa sangat cocok dengan Donghae dan menganggap
Donghae pria menyenangkan yang selalu ia harapkan selama ini.
“Ne.”
“Lalu
apa yang akan kau lakukan? Aku belum punya pacar, jadi tidak tahu bagaimana
rasanya..” celetuk Donghae polos. Yonju yang mendengar itu tersenyum geli.
“Entahlah.
Apa yang harus kulakukan? Maukah kau membantuku?”
“Bagaimana
caranya?”
“Sepertinya
hubungan kami memang sudah tidak bisa diteruskan. Bantu aku melupakannya..”
***
Semalaman
Leeteuk tidak bisa tidur. Belum lagi sosok Nami yang terus ikut muncul dalam
pikirannya. Di saat Leeteuk mendekati meja kerjanya, tiba-tiba mesin faxnya
berbunyi. Ia-pun mengambil selembar pesan yang dikeluarkan mesin itu.
“Kapan kau tiba di amerika? Kenapa tidak
menjawab telponku? Kupikir aku akan tinggal lebih lama di korea. Tapi aku tidak
mau tinggal di apartemen wanita itu lagi. Jadi jangan cari aku. –Yonju”
Isi
pesan dari Yonju cukup mengejutkannya. Perasaannya sedikit terpukul membacanya.
Apakah itu berarti Yonju menyerah padanya dan meninggalkannya?
“T-Tuan
Park?” panggil Nami yang sudah terbangun. Leeteuk dengan cepat meremat kertas
dalam genggamannya dan membuangnya ke tempat sampah dekat meja kerja. Nami yang
bingung, melihat ke arah kertas itu sekilas lalu kembali menatap Leeteuk
canggung.
“Oh,
kau sudah baikan?” tanya Leeteuk berusaha menutupi perasaannya yang sedang
kacau.
“Ne. Maaf sudah menyusahkanmu. Aku jadi
makin merasa tidak enak..” balas Nami sambil merutuki dirinya sendiri.
“Gwenchana. Aku juga sudah menghubungi
bosmu dan mengatakan padanya kalau kau sakit. Dia bilang kau bisa pulang ke
korea dan tugas ini akan digantikan oleh asistenmu, kalau aku tidak salah ingat
namanya Ahn Minji..” jelas Leeteuk.
Nami
tak bergeming dan tampak sangat kebingungan mencerna perkataan Leeteuk.
“P-Pulang
ke korea? Tapi tuan Park..—“
“Ikut
denganku, kita bisa kembali ke korea bersama..” Leeteuk yang memotong
ucapannya, membuatnya semakin salah tingkah. Leeteuk berjalan mendekat kearahnya,
menatapnya, dan tersenyum.
“ T-Tuan
Park..”
“Panggil
Jungsoo saja. Kupikir rentang usia kita tidak terlalu jauh. Bukankah kau masih
lajang?”
“N-Ne?” Nami benar-benar salah tingkah
mendengar itu. Darimana Leeteuk tahu kalau ia masih lajang? Apa maksudnya
ia mengatakan itu? Apakah itu berarti
Leeteuk juga masih lajang?
Tak
peduli dengan Nami yang kebingungan, Leeteuk semakin mendekat dan meraih tangan
Nami dengan tiba-tiba. Nami tak percaya dengan apa yang terjadi dan merasa
jantungnya akan melompat keluar karena gugup.
“Maukah
kau membantuku?” masih menggenggam tangan Nami, Leeteuk terus menatap Nami
intens.
“Bantu
aku melupakan seseorang..”
Nami
begitu terkejut. Ada perasaan yang menggelitik dalam benaknya. Begitu
berdebar-debar dan sulit dikendalikan. Keringat dingin mulai keluar dan membuat
Nami semakin salah tingkah. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih dan tidak
tahu harus menjawab apa. Apakah Leeteuk baru saja menyatakan perasaannya pada
Nami? Apakah Leeteuk jatuh cinta padanya? Tak dipungkiri bahwa Nami juga telah
jatuh cinta pada pria itu sejak pertama melihatnya. Apakah ini takdir?
“Jungsoo
ssi..” kalimatnya menggantung begitu
saja di bibir Nami, sedangkan Leeteuk hanya tersenyum. Jantung Nami semakin
berdebar saat melihat senyum itu.
Apakah
ini berarti masa lajangnya akan segera berakhir? Dan Leeteuk adalah jawabannya?
Akankah ini menjadi awal petualangan baru bagi kehidupan Nami?
Tak kenal maka tak sayang. Hanya berdasarkan pada pepatah itu, Nami
berharap itu adalah jalan terbaik yang bisa membantunya semakin dekat dengan
Leeteuk. Selanjutnya, hanya Tuhan yang tahu J
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar