Title : My Bad
Boy, My Mr. Brightside
Genre : romance,
friendship, family
Tags : Lee
Hyuk Jae (eunhyuk), Soo Yong Kyo (OC)
Rating : all
ages
Length : one
shot
Notes :
annyong yorobun! Author kembali dgn ff baru yg msh ga jauh2 dari romance.
Kkkk.. Dgn segenap cinta dan kekuatan (?), author persembahin nih ff. Smg
kalian suka ya! Jgn lupa komennya! Kkk. Hal yg perlu diinget saat membaca: ini
cm ff alias karangan dan untaian imajinasi dari perasaan dan pikiran author jd
jgn terlalu dibawa emosi/pikiran/hati yah chingu. Ff ini dibuat tanpa ada unsur
utk menjatuhkan/melecehkan siapapun. Murni utk hiburan semata. No bash, no
copy, no silent readers!!! (pernah dipost di https://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/06/29/my-bad-boy-my-mr-brightside/)
SCENE
Siang itu,
tepat seusai sekolah. Seorang gadis telah berdiri, menatap pemandangan yang
terbentang luas di hadapannya dengan sendu dan merasakan hembusan angin yang
menerpa lembut wajahnya. Seorang diri, gadis itu menerawang jauh menengadahkan
wajahnya ke langit kemudian menghela napas putus asa. Ia baru saja hendak
menjatuhkan dirinya dari atap gedung sekolah. Beruntung, seseorang telah lebih
dulu meraih tangan gadis itu dan menariknya. Seseorang itu benar benar tak
percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Ia tak bisa bayangkan kalau saja ia
terlambat satu langkah, gadis itu pasti sudah tewas dengan cara yang
mengenaskan.
"Apa
yang sedang kau lakukan? Apa kau gila?" Sentak seorang murid lelaki yang
masih menggenggam pergelangan tangan kurus milik gadis itu. Ia terbawa suasana
hingga emosinyapun ikut terpancing. Gadis itu tidak merespon ucapannya. Ia
berusaha melepaskan tangannya dan berniat melanjutkan aksinya yang sempat
tertunda itu. "Apa yang sebenarnya ada dalam kepalamu, hah?!" Ujar
pria itu lagi keras, dengan genggaman tangannya yang semakin kuat menarik gadis
itu dari tepi atap gedung menuju ke tempat yang lebih aman.
Gadis itu
masih tidak bergeming. Ia melepaskan genggaman tangan pria itu, menatap ragu
pria itu kemudian beranjak memungut tas dan merapikan seragamnya sebelum benar
benar pergi meninggalkan pria yang baru saja menggagalkan rencananya.
"Ya, Soo
Yong Kyo!" Panggil pria yang mengetahui nama lengkap gadis itu. Sang
pemilik nama hanya menghentikan langkahnya untuk beberapa saat tanpa menoleh
sedikitpun, sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya yang terkesan
terburu buru.
**
Soo Yong
Kyo's POV
Aku melangkah
dengan cepat. Aku takut sekali. Ia melihatku. Sejak kapan ia berada di sana?
Bagaimana kalau ia melaporkan hal ini pada para guru? Dimana aku harus
bersembunyi jika orangtuaku tahu? Aku benar benar gadis bodoh yang tidak
berguna. Karena itulah aku pantas mati. Aku hanya ingin mati. Aku bosan. Bosan
dengan segala rutinitas yang kujalani, yang sama sekali tak memberi dampak
berarti dalam hidupku. Aku hanya menjalankan perintah seperti robot. Tanpa
tujuan hidup yang pasti. Gadis penakut, lemah, bodoh, tidak berguna, yang tidak
lebih dari sebuah robot pelaksana tugas. Memikirkan itu semua membuatku sangat
putus asa. Aku sama sekali tak memiliki gairah hidup. Mimpi? Hapuskan semua
itu, karena gadis sepertiku bahkan tak bisa untuk memiliki mimpi apapun lagi.
Tak terasa airmataku sudah tumpah tanpa komando apapun dariku. Aku mengusapnya
cepat dan berlari secepat mungkin agar jangan sampai ada orang lain lagi yang
melihat keterpurukanku ini.
**
Aku tidak
langsung pulang, dan justru menyembunyikan diri di taman kota siang itu. Aku
duduk di salah satu bangku di taman itu. Setelah hari semakin sore dan
pengunjung di taman itu semakin berkurang, aku beranjak dari bangku itu untuk
duduk di salah satu ayunan yang sudah kosong. Aku merenung seorang diri
memikirkan bagaimana aku bisa mengakhiri semua keterpurukan ini. Waktu terus
berjalan dan hari semakin gelap. Entah kenapa rasanya berat sekali untuk pulang
ke rumah. Tiba tiba ponselku bergetar tanda panggilan masuk. "Eomma?"
Ucapku lirih setelah menekan tombol hijau di ponsel itu. Ibuku baru saja
menelpon, menanyakan dimana keberadaanku yang tak kunjung pulang. Itu membuatku
kembali tersadar. Tidak ada yang salah dengan hidupku. Aku memiliki keluarga
yang baik dan harmonis. Orangtuaku menyayangiku. Aku begitu diperhatikan. Tapi
anehnya, kenapa hingga sekarang aku masih merasa 'kosong'?
**
Eunhyuk's POV
Kejadian
siang tadi masih terus mengganggu pikiranku. Gadis bernama Soo Yong Kyo itu.
Sebenarnya apa yang ia pikirkan hingga melakukan hal senekat itu? Aku begitu
penasaran. Yang kutahu selama ini, ia murid yang terkenal pandai di kelas.
Apakah karena kepandaiannya itu ia menjadi tertekan? Apa keluarganya bermasalah?
Apa ia bertengkar dengan pacarnya? Meskipun sekelas dengannya, itu tidak
membuatku mengenalnya dengan baik. Ia sangat pendiam di kelas. Sangat pemikir,
sepertinya. Berbeda denganku yang malas dan pembuat onar. Aku melakukan apa
yang kusukai tanpa pikir panjang, dan benci kalau harus mengikuti banyak aturan
yang membosankan. Tapi aku bukan orang jahat, meskipun banyak murid di sekolah
mengenal dan menganggapku tidak lebih dari seorang pemalas yang tidak bisa
diandalkan. Mereka semua hanya tidak tahu apa yang selama ini kualami. Mereka
tidak tahu apapun tentang hidup yang kujalani.
Seperti
biasa, aku pulang ke rumah saat malam telah menyelimuti seluruh langit. Aku
selalu menghabiskan waktu untuk bersantai dan berpikir di atap gedung sekolah.
Saking sering dan nyamannya aku berada di sana, tempat itu menjadi tempat
favoritku selama ini hingga aku lupa waktu karena keasikan menatap langit yang
terbentang luas dan indah setiap harinya. Bagiku, tempat itu seperti 'duniaku'.
Hanya dengan itu, aku bisa merasa 'segar' kembali.
"Aku
pulang!" Seruku begitu sampai di rumah. Seperti biasanya, tak pernah ada
tanggapan berarti dari seruanku itu. Hanya teriakan, makian, atau bahkan suara gaduh
lemparan benda yang terdengar di rumah ini. Ayah dan ibuku sangat tidak akur.
Hampir setiap hari mereka bertengkar dan aku mulai terbiasa dengan itu. Aku
tidak mau ambil pusing lagi tentang itu karena itu akan membuatku gila. Asalkan
aku masih bisa melakukan apapun yang kusukai, aku pikir aku masih baik baik
saja.
Aku melangkah
ke dapur untuk mengambil segelas air dan meneguknya habis dalam sekali minum.
Selesai dengan itu, aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Aku melemparkan
tasku asal dan menghempaskan tubuh lelahku ke atas kasur kesayanganku. Aku
memejamkan mataku dan memasang headset di telingaku. Mendengarkan musik sekeras
mungkin, agar aku tidak perlu terlalu lama mendengar suara suara tidak penting
yang akan semakin menyakitiku. Aku mulai bersenandung, mengikuti alunan lagu
yang kudengar. Tapi tetap itu tak bisa menyembunyikan perasaanku yang
sebenarnya. Meski bibirku tersenyum, mataku akan tetap menangis.
**
Author's POV
Soo Yong Kyo
berjalan pelan menyusuri koridor sekolah untuk bisa segera menuju kelasnya.
Saat ia sampai di depan kelasnya dan akan masuk, pintu kelas terhalang oleh
seseorang yang hendak keluar pada saat yang bersamaan. Yong Kyo menatap orang
itu, yang tanpa sengaja juga tengah menatapnya. Mengetahui siapa sosok yang
menghalangi jalannya itu, Yong Kyo dengan cepat mengalihkan tatapannya dan
membalikkan tubuhnya berniat melarikan diri.
"Tunggu.
Kemana kau akan pergi, bukankah di sini kelasmu? Yong Kyo-ssi. Aku pikir kita
perlu bicara.." Ucapnya setelah meraih tangan gadis itu. Kali ini Yong Kyo
tidak bisa kabur lagi.
**
"Sebenarnya
apa yang kau coba lakukan?" Tanya pria itu serius. "Apa
maksudmu?" Balas Yong Kyo mencoba berkelit.
"Sudahlah
jangan basa basi. Aku lihat semuanya kemarin. Kau tidak benar benar berniat
untuk bunuh diri kan?" Sambungnya lagi yang masih saja ingin tahu.
"Jangan ikut campur. Urus saja urusanmu sendiri." Jawab gadis itu
ketus dan berniat pergi. Tapi lagi lagi pria itu meraih tangannya. "Kalau
kau tidak mau jujur, aku akan laporkan pada guru. Atau kepala sekolah sekalian,
agar kau di skors 1 minggu.." Ujar Eunhyuk menantang, membuat Yong Kyo
sontak membulatkan kedua matanya pada pria bermata sipit itu.
"Kenapa
kau harus tahu? Tolong lepaskan tanganku sekarang juga. Meskipun kita teman
sekelas, aku tidak pernah berharap bisa berurusan denganmu yang hanya anak
malas dan pembuat onar. Tolong jangan pernah campuri urusanku lagi.." Ujar
Yong Kyo yang terkesan begitu dingin. Membuat Eunhyuk mau tidak mau melepaskan
genggamannya. Ia membiarkan gadis itu menghindar lagi. Ia merasa gadis itu
sepertinya benar benar memiliki masalah. Ia tidak mengira bahwa gadis yang
tampak lembut dan lemah seperti itu bisa berbicara sedingin itu padanya. Tapi
Eunhyuk tidak akan diam saja. Ia akan terus memperhatikan gerak gerik gadis itu
dan mengejarnya hingga gadis itu mau memberikan alasannya. Entah apa yang
sedang Eunhyuk pikirkan saat itu. Apakah karena kasihan pada gadis itu? Atau
khawatir?
**
Hari itu
pikiran Eunhyuk terus dipenuhi oleh berbagai pertanyaan tentang Yong Kyo. Gadis
pendiam yang selalu mendapat nilai terbaik di kelas. Begitu sekolah usai,
Eunhyuk tidak lagi pergi ke tempat favoritnya. Melainkan mengikuti gadis itu
secara diam diam.
Seperti
biasa, Yong Kyo berjalan pulang dengan kepala tertunduk dan hal itu membuat
Eunhyuk sangat tidak tahan. Tidak ada yang salah dengan wajah gadis itu, kenapa
ia harus selalu menunduk dan menyembunyikannya? Kali ini Yong Kyo memilih taman
kota lagi sebagai tujuannya sebelum pulang ke rumah. Eunhyuk pun duduk tidak
jauh dari bangku dimana Yong Kyo berada. Namun ia juga waspada agar jangan
sampai gadis itu menemukannya. Ia terus memperhatikan gadis itu. Sama sekali
tak ada senyum di wajahnya. Begitu redup. Tidak lama setelah itu, ia melihat
Yong Kyo yang mengusap matanya gusar dengan tubuhnya yang tampak mulai
bergetar. Butuh beberapa saat bagi Eunhyuk untuk menyadari bahwa gadis itu
tengah menangis.
Saat hari
mulai gelap, ia melihat Yong Kyo menerima sebuah panggilan melalui ponselnya.
Sepertinya itu dari keluarganya karena segera setelah menjawab telepon itu,
Yong Kyo beranjak dari sana dan mulai berjalan lagi. Eunhyuk dengan sigap
kembali mengikutinya. Gadis itu berhenti di depan sebuah rumah yang tidak
terlalu besar, tetapi tampak bersih dan nyaman. Tidak lama, tampak seorang
wanita paruh baya keluar untuk membukakan pintu dan menyambut Yong Kyo penuh
kehangatan. Sepertinya itu ibunya. Melihat itu perasaan Eunhyuk mendadak sakit.
Ia iri. Hal itu membuatnya kembali bertanya tanya. "Sebenarnya apa yang
salah denganmu, Yong Kyo-ssi?"
Ucap pria itu lirih sambil terus menatap rumah dihadapannya, setelah sang pemilik rumah tidak lagi terlihat dalam pandangannya.
Ucap pria itu lirih sambil terus menatap rumah dihadapannya, setelah sang pemilik rumah tidak lagi terlihat dalam pandangannya.
**
Soo Yong
Kyo's POV
"Apa
hari ini ada pelajaran tambahan lagi? Kenapa kau selalu pulang terlambat?"
Tanya wanita yang kupanggil 'Eomma' itu lembut dengan gurat penuh kekhawatiran.
"Hmm.." Jawabku mengiyakan.
"Yong Kyo-ah,
bisakah kau kemari sebentar?" Panggil ayahku yang ternyata sedang ada
tamu. Aku menunjukkan diriku dihadapan ayah dan tamunya, segera setelah aku
berganti pakaian. "Ada apa, Appa?" Tanyaku sopan seraya memberi salam
pada tamu itu.
"Ini
tuan Jung. Dia manajer baru ayah di perusahaan. Setelah kau lulus nanti, aku
ingin kau bisa kuliah bisnis sekaligus belajar di perusahaan. Tuan Jung yang
akan membimbingmu nantinya.." Jelas ayah antusias. "Ah, tuan Jung.
Ini putriku Yong Kyo. Dia sangat pandai. Nilai di sekolah selalu sempurna.
Itulah mengapa aku sudah sangat yakin kalau dia akan menjadi penerusku yang
handal kelak. Bukankah begitu Yong Kyo-ah?" Jelas ayahku pada tamu bernama
Jung itu kemudian melirik ke arahku dan menepuk pundakku pelan. Sungguh momen yang
sangat kubenci. Aku tidak suka saat ayah mulai membanggakan aku di depan orang
orang, seakan aku anak paling sempurna tanpa cela sedikitpun. Seiring dengan
itu, aku yakin keinginan ayah yang harus kupenuhi akan kian bertambah dan
menjadi beban yang semakin berat setiap harinya. Aku tidak punya cukup
keberanian dan rasa percaya diri untuk bisa memenuhi semua keinginannya. Aku
tidak menjanjikan bahwa aku bisa melaksanakan semuanya. Bagaimana kalau aku
gagal? Lagipula aku tak sedikitpun berminat pada dunia bisnis. Kalau aku
menolak ayah pasti sangat kecewa dan marah. Aku hanya tidak mau ayah terlalu besar
menaruh kepercayaan padaku. Ayahku takkan pernah mengerti perasaanku.
**
Author's POV
Keesokan
harinya di sekolah, Eunhyuk masih memperhatikan gadis itu dalam diam. Dari
caranya itu, Eunhyuk merasa semakin mengenal karakter gadis itu. Semakin ia
memperhatikan gadis itu, ia semakin penasaran dan merasa bahwa gadis itu benar
benar misterius. Belum pernah ia temukan sebelumnya gadis yang seperti Yong
Kyo. Membuatnya terus berpikir dan bertanya tanya seperti monyet bodoh.
"Hyuk
Jae-ssi! Kalau mau terus melamun lakukan saja di luar!" Seru guru yang
tengah mengajar saat itu, setelah melemparkan patahan kapur yang mendarat tepat
di kepalanya. Eunhyuk yang tersadar segera keluar kelas dengan malas. Sedangkan
Yong Kyo yang sedari tadi menjadi objek perhatiannya hanya bisa menatapnya
sayu. Dalam hati gadis itu ada sedikit perasaan kasihan sekaligus penasaran.
Kenapa akhir akhir ini pria itu jadi diam dan tidak menanyakan kejadian di atap
sekolah lagi padanya. Apakah pria itu benar benar akan melaporkannya pada guru
dan kepala sekolah?
Memikirkan
itu ia merasa perlu untuk bicara pada Eunhyuk.
Setelah bel
berbunyi tanda pelajaran usai, Yong Kyo berjalan keluar kelas dan mendapati
Eunhyuk yang sudah tidak berada di depan kelas. Ia berusaha mencarinya di
sepanjang koridor dan tidak menemukannya. Akhirnya muncul ide untuk mencoba
mencarinya ke atap gedung sekolah saja.
**
Eunhyuk's POV
Hari ini aku
ketahuan melamun dan di hukum berdiri di depan kelas sampai pelajaran berakhir.
Yah, walaupun sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku di hukum seperti ini. Karena
kelas lama sekali, aku menyempatkan diri untuk ke toilet sebentar. Namun ketika
aku kembali ternyata kelas sudah usai. Aku melongok melihat ke dalam kelas dan
mendapati kelas sudah kosong dan sepi. Aku berjalan masuk untuk mengambil
tasku. Sial! Gara gara di hukum aku jadi tidak bisa mengikuti gadis itu. Tidak
mau ambil pusing, akhirnya kuputuskan untuk ke atap gedung saja, mencari udara
segar, seperti biasa.
Sesampainya
di tempat favoritku itu, aku melihat sesosok wanita sudah berdiri di sana.
Rambut panjangnya menari nari seiring hembusan angin. Ia berdiri membelakangiku
lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tepi atap. Tiba tiba perasaanku tidak
tenang. Apakah mungkin itu Yong Kyo? Apakah ia mencoba untuk bunuh diri..lagi?
Tenggorokanku tercekat melihatnya semakin mendekati tepi atap. Kakiku seolah
tergerak sendiri untuk bisa meraihnya. Tanpa sadar tanganku sudah terulur menggapainya.
Aku menarik dan memeluknya dengan cepat, membuatnya begitu terkejut sama
sepertiku.
"Hyuk..Hyuk
Jae-ssi..?" Ucapnya terbata saat jarak diantara kami begitu dekat. Kami
bertatapan. Dan entah mengapa jantungku
tiba tiba berdegup hebat. Aku mulai berkeringat dan tidak tahu harus berkata
apa. Menatapnya sedekat ini membuatku sadar bahwa ternyata ia sangat cantik.
Matanya indah dan membuatku seakan lupa segalanya. "Hyuk Jae-ssi.."
Ucapnya lagi yang membuatku segera tersadar dan melepaskan pelukanku darinya.
"Ma-maafkan aku. Aku hanya.. Ah, sudahlah. Lagipula apa yang baru saja mau
kau lakukan? Apa kau mau mencoba bunuh diri lagi?!" Ujarku cepat yang
berusaha menyembunyikan rasa malu-ku dihadapannya. Yong Kyo mengernyitkan
keningnya sambil terus menatapku. "Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu..
Aku hanya-" aku menggantungkan kalimatku karena aku tidak tahu bagaimana
mengatakannya. Tidak mungkin kalau aku berterus terang padanya bahwa aku
khawatir. "Kenapa kau peduli padaku?" Tanyanya tiba tiba, membuatku
membeku dan terdiam.
**
Soo Yong
Kyo's POV
Siang itu aku
sengaja mencarinya untuk mengajaknya bicara. Karena tidak tahu harus mencari
kemana lagi, akhirnya kuputuskan untuk menunggunya di atap sekolah karena
kupikir ia sering ke sana. Cukup lama aku menunggu hingga aku mencoba untuk
melihat ke bawah -ke arah gerbang sekolah- dari atas atap, memastikan kalau
saja ia sudah berjalan keluar untuk pulang. Baru saja aku hendak melangkah ke
tepi, tiba tiba seseorang menarikku cepat dan membuatku sangat terkejut. Ternyata
itu Hyuk Jae. Dari caranya menarikku dan menatapku, sepertinya ia begitu
mengkhawatirkanku. Melihat itu membuatku cukup salah tingkah. Jantungku
berdebar debar seperti mau lompat.
"Kenapa
kau peduli padaku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku
sedangkan jantungku masih terus berdegup cepat membuatku bahkan sulit mengatur
napas. Pria itu sepertinya juga kikuk mendengar pertanyaanku yang terkesan
terlalu percaya diri. "Maksudku kenapa kau harus peduli pada apa yang
kulakukan?" Ujarku cepat berusaha meralatnya. "S-siapa yang peduli?
Aku hanya tidak ingin sekolah kita terkenal karena ada siswi yang bunuh
diri!" Jawabnya kemudian mengalihkan pandangannya dariku. Sikapnya tiba
tiba tidak santai dan menurutku itu cukup aneh. Apa jangan jangan ia juga
sedang gugup? Apa ia memang mengkhawatirkanku? "Kau tidak akan
melaporkannya pada siapapun kan?" Tanyaku lagi penuh harap. "Tidak
tahu ya. Itu kan tergantung kau." Balas pria itu sekenanya. "Apa
maksudmu? Kalau begitu aku memintamu supaya tidak melaporkannya pada
siapapun." Ujarku yang mulai tidak sabaran. "Baiklah, aku tidak akan
melaporkannya. Rahasia antara kau dan aku, begitu kan? Tapi beri aku alasan
kenapa kau sampai bertindak senekat itu." Pria itu kembali menatapku
intens. Raut wajahnya seketika berubah serius.
**
"Aku
hanya bosan dan takut." Ucapku mengawali cerita. Aku pikir tidak ada
salahnya jika aku menceritakan yang sebenarnya padanya. Sepertinya ia tidak
seburuk yang kukira selama ini. Daripada ia melaporkannya pada guru, lebih baik
aku jujur saja. Aku yang kini sudah duduk disampingnya di atap sekolah hanya
bisa mendengus pasrah. "Kenapa begitu? Apakah ada sesuatu yang menekanmu
akhir akhir ini?" Balasnya sambil berbaring menghadap langit dengan kedua
tangannya yang terlipat sebagai sanggahan kepalanya. "Aku takut tidak bisa
memenuhi harapan orangtuaku. Aku hanya gadis bodoh yang masih perlu banyak
belajar. Tidak seperti yang mereka kira selama ini. Aku merasa seperti robot
yang hanya mengikuti perintah mereka." Lanjutku panjang lebar. Mendengar
itu, Eunhyuk bangkit dari posisi berbaringnya dan menatapku intens. Membuatku
kembali gugup. Aku sontak menundukkan kepalaku.
"Kenapa
kau tak bicarakan ini dengan orangtuamu? Kupikir mereka pasti akan
mengerti." Ujarnya. "Tidak mungkin. Kalau aku jujur pada mereka,
mereka pasti akan kecewa. Aku tidak ingin mereka kecewa dan sedih. Aku hanya
merasa lelah dengan semua ini. Harus belajar seharian demi mendapat nilai
terbaik. Setelah lulus aku diharuskan kuliah bisnis untuk bisa meneruskan
perusahaan ayahku, sedangkan aku sama sekali tak berminat." Jawabku masih
dengan kepala tertunduk. "Tapi kau tidak bisa seperti ini terus. Kau pikir
dengan bunuh diri maka semua akan selesai? Itu sama saja kau lari dari masalah.
Pikirkan bagaimana perasaan orangtuamu. Kau bilang tidak ingin mereka kecewa, tapi
dengan cara yang kau lakukan itu justru akan membuat mereka jauh lebih
sedih." Tegasnya yang terkesan menyalahkanku. "Kau tak mengerti
apapun. Berhenti bersikap seolah kau tahu perasaanku. Kau yang bisa berbuat
sesuka hatimu tidak akan pernah mengerti!" Ujarku kesal kemudian bangkit
untuk beranjak pergi. Tapi pria itu sudah lebih dulu menarik tanganku hingga
membuatku kembali terduduk. "Kupikir ada sesuatu yang harus kutunjukkan
padamu." Ucapnya serius.
**
Author's POV
"Kau mau
membawaku kemana?" Tanya Yong Kyo pasrah saat Eunhyuk menggandeng dan
membawa paksa dirinya untuk mengikuti pria kurus itu. "Sudah ikut
saja." Ujarnya sambil terus menggandeng tangan gadis itu. Tidak lama
mereka sampai di depan sebuah rumah yang terbilang cukup besar dan mewah.
Eunhyuk pun membawa gadis itu masuk.
Sampai di
dalam, Yong Kyo merasakan perbedaan yang sangat besar jika dibandingkan dengan
keadaan di rumahnya. Rumah itu terasa hampa, sepi, dan tidak ada kehangatan di
dalamnya. "Kau tinggal sendiri di rumah sebesar ini? Dimana
orangtuamu?" Tanya Yong Kyo polos. Eunhyuk tidak menjawabnya, dan tak lama
setelah gadis itu bertanya, seorang wanita paruh baya keluar dari salah satu
ruangan yang ada di sana. "Hyukie-ya, kau sudah datang? Siapa ini? Apakah
pacarmu? Kau tak pernah cerita apapun padaku." Ucap wanita itu yang sama
sekali tidak dihiraukan oleh Eunhyuk. Yong Kyo yang berada dalam situasi tidak
mengenakkan itu berusaha menghilangkan segala kekikukan yang ada. "Maaf,
Ahjumma. Aku Yong Kyo teman sekelas Hyuk Jae-ssi. Aku datang untuk membahas
pekerjaan sekolah dengannya." Ujarnya cepat sembari memberi salam pada
wanita yang ia kira adalah ibu Eunhyuk itu, kemudian menyusul Eunhyuk yang
sudah lebih dulu beranjak ke lantai 2 rumah itu.
"Kenapa
kau bersikap seperti itu pada ibumu?" Tanya Yong Kyo yang sudah berada
dalam ruangan yang adalah kamar pria itu. "Kenapa aku harus peduli? Ia
bahkan tak pernah tahu apapun yang kulakukan. Ia tak peduli padaku." Jawab
pria itu ketus. "Hyuk Jae-ssi! Apa maksudmu? Dia itu ibumu." Timpal
Yong Kyo lagi yang tak kalah emosi. "Memang seperti ini kondisi
keluargaku!" Eunhyuk meninggikan suaranya, membuat Yong Kyo terkejut dan
membulatkan kedua matanya. Gadis itu hanya bisa mengernyitkan keningnya dan
menelan ludah. Menunjukkan penyesalan atas apa yang telah ia katakan. Ia sadar
bahwa ia memang tak tahu apapun tentang keluarga Eunhyuk. "Kau berkata
begitu karena keluargamu baik baik saja. Keluargaku tidak harmonis. Ayah dan
ibuku selalu bertengkar dan baru baru ini mereka sedang mengurus proses perceraian
mereka. Melihat ayah dan ibumu yang begitu perhatian dan mengarahkanmu dengan
baik aku sangat iri. Orangtuaku tak pernah peduli pada apapun yang kulakukan.
Oleh karena itu selama ini aku selalu berbuat sesuka hatiku. Hanya dengan
begitu aku bisa tetap bertahan." Paparnya menjelaskan yang tanpa sadar
membuat mata Yong Kyo berkaca kaca. Gadis itu tak pernah mengira bahwa Eunhyuk
mengalami masa yang sulit selama ini. "Maaf, aku tidak tahu." Ucap
gadis itu dengan suara bergetar. "Tinggal di rumah sebesar ini bahkan
terasa menyesakkan bagiku. Meski mereka ada bersamaku, aku tetap merasa
sendiri. Mereka hanya sibuk dengan urusan mereka masing masing. Aku seperti
tersesat tanpa arah. Tapi dari situ aku mulai belajar, bahwa aku tak boleh
menyerah karena keadaan. Aku harus bangkit dan tunjukkan pada mereka, bahwa
tanpa merekapun aku bisa berhasil dan menjadi orang yang lebih baik."
Lanjut Eunhyuk dengan air mata yang sudah menetes. "Ah, maaf. Karena
terbawa emosi aku sampai menangis seperti ini. Memalukan sekali." Ia
berujar dengan senyum kecut yang terkesan dibuat buat, sembari mengusap air
matanya cepat. Yong Kyo yang melihat itu seakan di tampar. Hatinya tiba tiba
sakit dan sesak, merasa bersalah. Tanpa terasa air mata juga sudah jatuh
membasahi pipinya. Yong Kyo perlahan mendekati Eunhyuk yang duduk di tepi
ranjang. Ia duduk di samping pria itu dan menggenggam tangan pria itu erat,
menyalurkan sedikit kekuatan yang ia miliki.
"Yong
Kyo-ssi. Apa kau punya mimpi?" Pertanyaan yang terlonatr dari pria itu
membuat Yong Kyo tertegun. "Entahlah. Selama ini orangtuaku selalu
mengaturku. Karena itu aku bahkan tak berani untuk bisa memiliki mimpi
sendiri." Jawab gadis itu yang terdengar murung dan putus asa.
"Jangan takut." Timpal Eunhyuk tanpa menatapnya. "Apa?"
Tanya Yong Kyo yang tidak mengerti maksud perkataan pria di sampingnya itu.
"Jangan takut, Yong Kyo-ssi. Kau harus memiliki mimpi. Apapun itu. Yang
bisa membuatmu bahagia. Katakan saja pada orangtuamu tentang perasaanmu itu.
Aku yakin, mereka pasti akan mengerti." Ulang Eunhyuk yang kini sudah
menatapnya dan menggenggam kedua tangan Yong Kyo.
**
Soo Yong
Kyo's POV
Ucapan
Eunhyuk masih terus terngiang dalam pikiranku. Aku rasa memang ada benarnya.
Aku tak boleh takut. Selama ini aku hanya berusaha melarikan diri di bawah perasaan
takutku sendiri. Aku tertekan karena aku terlalu pengecut. "Yong Kyo-ah,
apa yang sedang kau pikirkan? Kau jadi sering melamun." Tanya ayahku yang
seketika itu membuyarkan segala pemikiranku. "Itu..sebenarnya.." Aku
tak tahu apakah ini saat yang tepat untukku mengutarakannya atau tidak. Aku
juga tak tahu harus memulainya darimana. Aku menarik napas pelan, mengumpulkan
segenap keberanianku. "Appa, bisakah aku bicara sesuatu?" Tanyaku
setelah kurasakan sudah punya cukup keberanian. "Tentu, sayang. Tentang
apa?" Respon ayahku begitu lembut. Itu membuatku semakin tersadar bahwa
aku memiliki keluarga yang terbaik di muka bumi ini. "Appa, aku minta maaf
sebelumnya jika ini mungkin akan mengecewakan Appa. Aku hanya ingin jujur. Aku
merasa sangat keberatan jika Appa dan Eomma terlalu percaya dan menaruh harapan
besar padaku. Aku tidak sebaik yang kalian kira selama ini. Aku mendapat nilai
baik di sekolah bukan karena aku pintar, tetapi karena aku rajin belajar hingga
tidak tidur semalaman. Aku juga tidak yakin jika aku bisa mengemban tugas yang
cukup berat dari Appa. Masalah bisnis dan perusahaan Appa, aku juga tidak janji
bisa melakukannya sesuai harapan Appa." Jelasku panjang lebar yang
didengarkan seksama oleh kedua orangtuaku saat itu. "Aku punya mimpi.
Selama ini aku tak pernah ada kesempatan untuk mengatakannya pada kalian. Aku
hanya takut kalian kecewa jika impianku berlawanan dengan apa yang kalian
harapkan." Lanjutku lagi dan masih belum mendapat tanggapan apapun dari
mereka. Aku menundukkan kepalaku dan memejamkan mataku. Berharap aku mengatakan
hal yang benar.
"Kenapa
kau baru mengatakannya pada kami sekarang? Memangnya apa mimpimu, Yong
Kyo-ah?" Tanya ibuku lembut dengan ekspresi yang menunjukkan kecemasan.
Membuatku semakin merasa bersalah. "Aku...ingin kuliah kedokteran setelah
lulus nanti. Aku ingin menjadi seorang dokter." Jawabku mantap. Hening.
Ayah dan ibuku tampak menunjukkan ekspresi yang cukup sulit untuk kujelaskan.
Cemas? Sedih? Kecewa? Kasihan? Menyesal? Aku tak tahu. "Yong Kyo-ah. Maafkan
Appa dan Eomma kalau selama ini sudah membuatmu tertekan. Setelah mendengar
penjelasanmu, Appa pikir akan lebih baik untuk tidak memaksamu. Selama ini kau
sudah menjadi anak yang baik dan patuh. Sebagai orangtua, Appa dan Eomma akan
mendukung apapun yang menjadi pilihanmu. Lakukanlah yang terbaik." Ucap
ayahku bijak, membuatku sangat senang hingga ingin melompat dari tempat dudukku
saat itu. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku sangat berterimakasih pada Eunhyuk
yang telah menyadarkanku. Aku harus membalas kebaikannya padaku.
**
Keesokannya
di sekolah, aku tak sabar untuk bisa segera menceritakannya pada Eunhyuk. Aku
terus menoleh melihat ke arah belakang, dimana Eunhyuk duduk di kelas kami.
Sepertinya ia tertidur lagi. Selalu saja tertidur di tengah tengah pelajaran.
Aku mencebir pelan sambil terus melihatnya. Untunglah guru yang sedang mengajar
saat itu tidak mengetahui Eunhyuk yang tertidur. Karena tidak tahan, aku
menulis di secarik kertas kecil dan melemparnya ke arah Eunhyuk ketika guru
sedang sibuk menulis di papan tulis. Ternyata lemparanku cukup kencang dan
mengenai hidungnya.
"Siapa
itu?!" Seloroh Eunhyuk yang tiba tiba terbangun dan mengejutkan seisi
kelas. Aku yang menyaksikan itu hanya bisa menunduk dan menyembunyikan wajahku
di balik buku yang kupegang. "Hyuk Jae-ssi! Berdiri di lorong sampai
pelajaranku selesai!" Perintah guru kami saat itu. Melihatnya harus di hukum
gara gara aku, aku jadi tak enak. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk
mengaku. "Maaf, sonsaengnim. Sebenarnya..itu..aku yang membuat Hyuk
Jae-ssi berteriak seperti itu. Aku yang usil mengganggunya." Ujarku
kemudian merutuki diri sendiri. Tak kusangka pengakuanku itu membuat seisi
kelas terperangah tak percaya, mengingat aku siswi terpandai dan terajin di
kelas. Rasanya menyenangkan juga ketika aku melanggar peraturan sesekali
seperti ini. Akhirnya aku ikut di hukum berdiri di lorong bersamanya dan
anehnya, aku justru sangat senang dan senyum senyum sendiri saat melangkah
keluar kelas.
**
"Apa
yang kau lakukan? Kau mau nilaimu menurun karena terlalu akrab denganku?"
Tanya Eunhyuk yang tak suka dengan sikapku. "Memangnya kau kenapa? Tidak
ada yang salah denganmu. Nilaiku tidak akan berkurang hanya karena berteman
denganmu." Tukasku tak mau kalah. "Tapi kenapa kau malah memilih di
hukum di sini bersamaku?" Tanyanya lagi sambil memanyunkan bibirnya lucu.
"Karena memang aku yang salah. Lagipula sesekali dihukum seperti ini juga
tidak buruk." Balasku cengengesan, membuatnya semakin heran. "Ah
ngomong ngomong, aku sudah mengatakan semuanya pada orangtuaku." Lanjutku
lagi. "Benarkah? Itu bagus sekali. Aku senang kau melakukannya. Lalu
bagaimana tanggapan mereka dengan keputusanmu?" Ujar Eunhyuk ikut
antusias. "Mereka mendukungku. Tadinya kupikir mereka akan sangat terpukul,
tapi ternyata aku salah. Terimakasih, Hyuk Jae-ssi.." Ucapku tulus sambil
tersenyum. Eunhyuk membalas senyumanku dan anehnya, itu membuatku lagi lagi
salah tingkah. "Truth hurts once, but lies will hurt you whenever you
remember it. Lebih baik katakan yang sebenarnya dan kecewa untuk sekali waktu,
daripada kau memendam dan membohongi perasaanmu lalu kecewa untuk
seterusnya." Ujarnya begitu bijak dan membuatku tersentuh dengan
ucapannya. "Never focus on your weakness. Focus on your strenght! Yong
Kyo-ssi fighting!" Lanjutnya lagi sambil meraih dan mengangkat salah satu tanganku
saat itu, membuatku cukup terkejut. Kami bertatapan dan begitu gugup. Situasi
menjadi kikuk. Eunhyuk buru buru melepaskan genggamannya padaku dan berdehem
kecil. Aku hanya menunduk dan tersenyum geli. Aku meliriknya lagi yang ternyata
juga sedang melirikku. Kami kemudian tertawa. "Hyuk Jae-ssi. Aku tak
mengira kau orang yang selucu ini. Kau sangat menyenangkan." Ucapanku
cukup untuk membuatnya tersipu. "Kau belum katakan padaku tentang mimpimu.
Bolehkah aku tahu apa mimpimu?" Lanjutku lagi yang mencoba mencairkan
kembali suasana di antara kami. "Mimpiku? Aku ingin terus bertahan hidup
dan melakukan apa yang kusukai, sampai aku benar benar bisa menjadi orang yang
berguna dengan caraku sendiri." Jawabnya penuh keyakinan. Membuatku
semakin larut dalam pesonanya yang tak biasa. "Hyuk Jae-ssi.."
Panggilku lagi padanya. "Hm?" Balasnya kemudian menatapku penasaran.
Aku memberanikan diri untuk balik menatapnya. "Bawa aku lebih jauh
lagi." Ucapku yang terkesan cukup ambigu dan membuatnya heran.
"Membawamu? Kemana?" Tanyanya bingung. Aku tersenyum simpul sambil
terus menatap kedua manik matanya. "Duniamu.."
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar