Senin, 15 Juli 2013

My Badboy, My Mr. Brightside



Title   : My Bad Boy, My Mr. Brightside
Genre : romance, friendship, family
Tags : Lee Hyuk Jae (eunhyuk), Soo Yong Kyo (OC)
Rating : all ages
Length : one shot
Notes : annyong yorobun! Author kembali dgn ff baru yg msh ga jauh2 dari romance. Kkkk.. Dgn segenap cinta dan kekuatan (?), author persembahin nih ff. Smg kalian suka ya! Jgn lupa komennya! Kkk. Hal yg perlu diinget saat membaca: ini cm ff alias karangan dan untaian imajinasi dari perasaan dan pikiran author jd jgn terlalu dibawa emosi/pikiran/hati yah chingu. Ff ini dibuat tanpa ada unsur utk menjatuhkan/melecehkan siapapun. Murni utk hiburan semata. No bash, no copy, no silent readers!!! (pernah dipost di https://superjuniorff2010.wordpress.com/2013/06/29/my-bad-boy-my-mr-brightside/)

SCENE
Siang itu, tepat seusai sekolah. Seorang gadis telah berdiri, menatap pemandangan yang terbentang luas di hadapannya dengan sendu dan merasakan hembusan angin yang menerpa lembut wajahnya. Seorang diri, gadis itu menerawang jauh menengadahkan wajahnya ke langit kemudian menghela napas putus asa. Ia baru saja hendak menjatuhkan dirinya dari atap gedung sekolah. Beruntung, seseorang telah lebih dulu meraih tangan gadis itu dan menariknya. Seseorang itu benar benar tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Ia tak bisa bayangkan kalau saja ia terlambat satu langkah, gadis itu pasti sudah tewas dengan cara yang mengenaskan.
"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau gila?" Sentak seorang murid lelaki yang masih menggenggam pergelangan tangan kurus milik gadis itu. Ia terbawa suasana hingga emosinyapun ikut terpancing. Gadis itu tidak merespon ucapannya. Ia berusaha melepaskan tangannya dan berniat melanjutkan aksinya yang sempat tertunda itu. "Apa yang sebenarnya ada dalam kepalamu, hah?!" Ujar pria itu lagi keras, dengan genggaman tangannya yang semakin kuat menarik gadis itu dari tepi atap gedung menuju ke tempat yang lebih aman.
Gadis itu masih tidak bergeming. Ia melepaskan genggaman tangan pria itu, menatap ragu pria itu kemudian beranjak memungut tas dan merapikan seragamnya sebelum benar benar pergi meninggalkan pria yang baru saja menggagalkan rencananya.
"Ya, Soo Yong Kyo!" Panggil pria yang mengetahui nama lengkap gadis itu. Sang pemilik nama hanya menghentikan langkahnya untuk beberapa saat tanpa menoleh sedikitpun, sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya yang terkesan terburu buru.
**
Soo Yong Kyo's POV
Aku melangkah dengan cepat. Aku takut sekali. Ia melihatku. Sejak kapan ia berada di sana? Bagaimana kalau ia melaporkan hal ini pada para guru? Dimana aku harus bersembunyi jika orangtuaku tahu? Aku benar benar gadis bodoh yang tidak berguna. Karena itulah aku pantas mati. Aku hanya ingin mati. Aku bosan. Bosan dengan segala rutinitas yang kujalani, yang sama sekali tak memberi dampak berarti dalam hidupku. Aku hanya menjalankan perintah seperti robot. Tanpa tujuan hidup yang pasti. Gadis penakut, lemah, bodoh, tidak berguna, yang tidak lebih dari sebuah robot pelaksana tugas. Memikirkan itu semua membuatku sangat putus asa. Aku sama sekali tak memiliki gairah hidup. Mimpi? Hapuskan semua itu, karena gadis sepertiku bahkan tak bisa untuk memiliki mimpi apapun lagi. Tak terasa airmataku sudah tumpah tanpa komando apapun dariku. Aku mengusapnya cepat dan berlari secepat mungkin agar jangan sampai ada orang lain lagi yang melihat keterpurukanku ini.
**
Aku tidak langsung pulang, dan justru menyembunyikan diri di taman kota siang itu. Aku duduk di salah satu bangku di taman itu. Setelah hari semakin sore dan pengunjung di taman itu semakin berkurang, aku beranjak dari bangku itu untuk duduk di salah satu ayunan yang sudah kosong. Aku merenung seorang diri memikirkan bagaimana aku bisa mengakhiri semua keterpurukan ini. Waktu terus berjalan dan hari semakin gelap. Entah kenapa rasanya berat sekali untuk pulang ke rumah. Tiba tiba ponselku bergetar tanda panggilan masuk. "Eomma?" Ucapku lirih setelah menekan tombol hijau di ponsel itu. Ibuku baru saja menelpon, menanyakan dimana keberadaanku yang tak kunjung pulang. Itu membuatku kembali tersadar. Tidak ada yang salah dengan hidupku. Aku memiliki keluarga yang baik dan harmonis. Orangtuaku menyayangiku. Aku begitu diperhatikan. Tapi anehnya, kenapa hingga sekarang aku masih merasa 'kosong'?
**
Eunhyuk's POV
Kejadian siang tadi masih terus mengganggu pikiranku. Gadis bernama Soo Yong Kyo itu. Sebenarnya apa yang ia pikirkan hingga melakukan hal senekat itu? Aku begitu penasaran. Yang kutahu selama ini, ia murid yang terkenal pandai di kelas. Apakah karena kepandaiannya itu ia menjadi tertekan? Apa keluarganya bermasalah? Apa ia bertengkar dengan pacarnya? Meskipun sekelas dengannya, itu tidak membuatku mengenalnya dengan baik. Ia sangat pendiam di kelas. Sangat pemikir, sepertinya. Berbeda denganku yang malas dan pembuat onar. Aku melakukan apa yang kusukai tanpa pikir panjang, dan benci kalau harus mengikuti banyak aturan yang membosankan. Tapi aku bukan orang jahat, meskipun banyak murid di sekolah mengenal dan menganggapku tidak lebih dari seorang pemalas yang tidak bisa diandalkan. Mereka semua hanya tidak tahu apa yang selama ini kualami. Mereka tidak tahu apapun tentang hidup yang kujalani.
Seperti biasa, aku pulang ke rumah saat malam telah menyelimuti seluruh langit. Aku selalu menghabiskan waktu untuk bersantai dan berpikir di atap gedung sekolah. Saking sering dan nyamannya aku berada di sana, tempat itu menjadi tempat favoritku selama ini hingga aku lupa waktu karena keasikan menatap langit yang terbentang luas dan indah setiap harinya. Bagiku, tempat itu seperti 'duniaku'. Hanya dengan itu, aku bisa merasa 'segar' kembali.
"Aku pulang!" Seruku begitu sampai di rumah. Seperti biasanya, tak pernah ada tanggapan berarti dari seruanku itu. Hanya teriakan, makian, atau bahkan suara gaduh lemparan benda yang terdengar di rumah ini. Ayah dan ibuku sangat tidak akur. Hampir setiap hari mereka bertengkar dan aku mulai terbiasa dengan itu. Aku tidak mau ambil pusing lagi tentang itu karena itu akan membuatku gila. Asalkan aku masih bisa melakukan apapun yang kusukai, aku pikir aku masih baik baik saja.
Aku melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air dan meneguknya habis dalam sekali minum. Selesai dengan itu, aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Aku melemparkan tasku asal dan menghempaskan tubuh lelahku ke atas kasur kesayanganku. Aku memejamkan mataku dan memasang headset di telingaku. Mendengarkan musik sekeras mungkin, agar aku tidak perlu terlalu lama mendengar suara suara tidak penting yang akan semakin menyakitiku. Aku mulai bersenandung, mengikuti alunan lagu yang kudengar. Tapi tetap itu tak bisa menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Meski bibirku tersenyum, mataku akan tetap menangis.
**
Author's POV
Soo Yong Kyo berjalan pelan menyusuri koridor sekolah untuk bisa segera menuju kelasnya. Saat ia sampai di depan kelasnya dan akan masuk, pintu kelas terhalang oleh seseorang yang hendak keluar pada saat yang bersamaan. Yong Kyo menatap orang itu, yang tanpa sengaja juga tengah menatapnya. Mengetahui siapa sosok yang menghalangi jalannya itu, Yong Kyo dengan cepat mengalihkan tatapannya dan membalikkan tubuhnya berniat melarikan diri.
"Tunggu. Kemana kau akan pergi, bukankah di sini kelasmu? Yong Kyo-ssi. Aku pikir kita perlu bicara.." Ucapnya setelah meraih tangan gadis itu. Kali ini Yong Kyo tidak bisa kabur lagi.
**
"Sebenarnya apa yang kau coba lakukan?" Tanya pria itu serius. "Apa maksudmu?" Balas Yong Kyo mencoba berkelit.
"Sudahlah jangan basa basi. Aku lihat semuanya kemarin. Kau tidak benar benar berniat untuk bunuh diri kan?" Sambungnya lagi yang masih saja ingin tahu. "Jangan ikut campur. Urus saja urusanmu sendiri." Jawab gadis itu ketus dan berniat pergi. Tapi lagi lagi pria itu meraih tangannya. "Kalau kau tidak mau jujur, aku akan laporkan pada guru. Atau kepala sekolah sekalian, agar kau di skors 1 minggu.." Ujar Eunhyuk menantang, membuat Yong Kyo sontak membulatkan kedua matanya pada pria bermata sipit itu.
"Kenapa kau harus tahu? Tolong lepaskan tanganku sekarang juga. Meskipun kita teman sekelas, aku tidak pernah berharap bisa berurusan denganmu yang hanya anak malas dan pembuat onar. Tolong jangan pernah campuri urusanku lagi.." Ujar Yong Kyo yang terkesan begitu dingin. Membuat Eunhyuk mau tidak mau melepaskan genggamannya. Ia membiarkan gadis itu menghindar lagi. Ia merasa gadis itu sepertinya benar benar memiliki masalah. Ia tidak mengira bahwa gadis yang tampak lembut dan lemah seperti itu bisa berbicara sedingin itu padanya. Tapi Eunhyuk tidak akan diam saja. Ia akan terus memperhatikan gerak gerik gadis itu dan mengejarnya hingga gadis itu mau memberikan alasannya. Entah apa yang sedang Eunhyuk pikirkan saat itu. Apakah karena kasihan pada gadis itu? Atau khawatir?
**
Hari itu pikiran Eunhyuk terus dipenuhi oleh berbagai pertanyaan tentang Yong Kyo. Gadis pendiam yang selalu mendapat nilai terbaik di kelas. Begitu sekolah usai, Eunhyuk tidak lagi pergi ke tempat favoritnya. Melainkan mengikuti gadis itu secara diam diam.
Seperti biasa, Yong Kyo berjalan pulang dengan kepala tertunduk dan hal itu membuat Eunhyuk sangat tidak tahan. Tidak ada yang salah dengan wajah gadis itu, kenapa ia harus selalu menunduk dan menyembunyikannya? Kali ini Yong Kyo memilih taman kota lagi sebagai tujuannya sebelum pulang ke rumah. Eunhyuk pun duduk tidak jauh dari bangku dimana Yong Kyo berada. Namun ia juga waspada agar jangan sampai gadis itu menemukannya. Ia terus memperhatikan gadis itu. Sama sekali tak ada senyum di wajahnya. Begitu redup. Tidak lama setelah itu, ia melihat Yong Kyo yang mengusap matanya gusar dengan tubuhnya yang tampak mulai bergetar. Butuh beberapa saat bagi Eunhyuk untuk menyadari bahwa gadis itu tengah menangis.
Saat hari mulai gelap, ia melihat Yong Kyo menerima sebuah panggilan melalui ponselnya. Sepertinya itu dari keluarganya karena segera setelah menjawab telepon itu, Yong Kyo beranjak dari sana dan mulai berjalan lagi. Eunhyuk dengan sigap kembali mengikutinya. Gadis itu berhenti di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tetapi tampak bersih dan nyaman. Tidak lama, tampak seorang wanita paruh baya keluar untuk membukakan pintu dan menyambut Yong Kyo penuh kehangatan. Sepertinya itu ibunya. Melihat itu perasaan Eunhyuk mendadak sakit. Ia iri. Hal itu membuatnya kembali bertanya tanya. "Sebenarnya apa yang salah denganmu, Yong Kyo-ssi?"
Ucap pria itu lirih sambil terus menatap rumah dihadapannya, setelah sang pemilik rumah tidak lagi terlihat dalam pandangannya.
**
Soo Yong Kyo's POV
"Apa hari ini ada pelajaran tambahan lagi? Kenapa kau selalu pulang terlambat?" Tanya wanita yang kupanggil 'Eomma' itu lembut dengan gurat penuh kekhawatiran. "Hmm.." Jawabku mengiyakan.
"Yong Kyo-ah, bisakah kau kemari sebentar?" Panggil ayahku yang ternyata sedang ada tamu. Aku menunjukkan diriku dihadapan ayah dan tamunya, segera setelah aku berganti pakaian. "Ada apa, Appa?" Tanyaku sopan seraya memberi salam pada tamu itu.
"Ini tuan Jung. Dia manajer baru ayah di perusahaan. Setelah kau lulus nanti, aku ingin kau bisa kuliah bisnis sekaligus belajar di perusahaan. Tuan Jung yang akan membimbingmu nantinya.." Jelas ayah antusias. "Ah, tuan Jung. Ini putriku Yong Kyo. Dia sangat pandai. Nilai di sekolah selalu sempurna. Itulah mengapa aku sudah sangat yakin kalau dia akan menjadi penerusku yang handal kelak. Bukankah begitu Yong Kyo-ah?" Jelas ayahku pada tamu bernama Jung itu kemudian melirik ke arahku dan  menepuk pundakku pelan. Sungguh momen yang sangat kubenci. Aku tidak suka saat ayah mulai membanggakan aku di depan orang orang, seakan aku anak paling sempurna tanpa cela sedikitpun. Seiring dengan itu, aku yakin keinginan ayah yang harus kupenuhi akan kian bertambah dan menjadi beban yang semakin berat setiap harinya. Aku tidak punya cukup keberanian dan rasa percaya diri untuk bisa memenuhi semua keinginannya. Aku tidak menjanjikan bahwa aku bisa melaksanakan semuanya. Bagaimana kalau aku gagal? Lagipula aku tak sedikitpun berminat pada dunia bisnis. Kalau aku menolak ayah pasti sangat kecewa dan marah. Aku hanya tidak mau ayah terlalu besar menaruh kepercayaan padaku. Ayahku takkan pernah mengerti perasaanku.
**
Author's POV
Keesokan harinya di sekolah, Eunhyuk masih memperhatikan gadis itu dalam diam. Dari caranya itu, Eunhyuk merasa semakin mengenal karakter gadis itu. Semakin ia memperhatikan gadis itu, ia semakin penasaran dan merasa bahwa gadis itu benar benar misterius. Belum pernah ia temukan sebelumnya gadis yang seperti Yong Kyo. Membuatnya terus berpikir dan bertanya tanya seperti monyet bodoh.
"Hyuk Jae-ssi! Kalau mau terus melamun lakukan saja di luar!" Seru guru yang tengah mengajar saat itu, setelah melemparkan patahan kapur yang mendarat tepat di kepalanya. Eunhyuk yang tersadar segera keluar kelas dengan malas. Sedangkan Yong Kyo yang sedari tadi menjadi objek perhatiannya hanya bisa menatapnya sayu. Dalam hati gadis itu ada sedikit perasaan kasihan sekaligus penasaran. Kenapa akhir akhir ini pria itu jadi diam dan tidak menanyakan kejadian di atap sekolah lagi padanya. Apakah pria itu benar benar akan melaporkannya pada guru dan kepala sekolah?
Memikirkan itu ia merasa perlu untuk bicara pada Eunhyuk.
Setelah bel berbunyi tanda pelajaran usai, Yong Kyo berjalan keluar kelas dan mendapati Eunhyuk yang sudah tidak berada di depan kelas. Ia berusaha mencarinya di sepanjang koridor dan tidak menemukannya. Akhirnya muncul ide untuk mencoba mencarinya ke atap gedung sekolah saja.
**
Eunhyuk's POV
Hari ini aku ketahuan melamun dan di hukum berdiri di depan kelas sampai pelajaran berakhir. Yah, walaupun sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku di hukum seperti ini. Karena kelas lama sekali, aku menyempatkan diri untuk ke toilet sebentar. Namun ketika aku kembali ternyata kelas sudah usai. Aku melongok melihat ke dalam kelas dan mendapati kelas sudah kosong dan sepi. Aku berjalan masuk untuk mengambil tasku. Sial! Gara gara di hukum aku jadi tidak bisa mengikuti gadis itu. Tidak mau ambil pusing, akhirnya kuputuskan untuk ke atap gedung saja, mencari udara segar, seperti biasa.
Sesampainya di tempat favoritku itu, aku melihat sesosok wanita sudah berdiri di sana. Rambut panjangnya menari nari seiring hembusan angin. Ia berdiri membelakangiku lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tepi atap. Tiba tiba perasaanku tidak tenang. Apakah mungkin itu Yong Kyo? Apakah ia mencoba untuk bunuh diri..lagi? Tenggorokanku tercekat melihatnya semakin mendekati tepi atap. Kakiku seolah tergerak sendiri untuk bisa meraihnya. Tanpa sadar tanganku sudah terulur menggapainya. Aku menarik dan memeluknya dengan cepat, membuatnya begitu terkejut sama sepertiku.
"Hyuk..Hyuk Jae-ssi..?" Ucapnya terbata saat jarak diantara kami begitu dekat. Kami bertatapan. Dan entah mengapa  jantungku tiba tiba berdegup hebat. Aku mulai berkeringat dan tidak tahu harus berkata apa. Menatapnya sedekat ini membuatku sadar bahwa ternyata ia sangat cantik. Matanya indah dan membuatku seakan lupa segalanya. "Hyuk Jae-ssi.." Ucapnya lagi yang membuatku segera tersadar dan melepaskan pelukanku darinya. "Ma-maafkan aku. Aku hanya.. Ah, sudahlah. Lagipula apa yang baru saja mau kau lakukan? Apa kau mau mencoba bunuh diri lagi?!" Ujarku cepat yang berusaha menyembunyikan rasa malu-ku dihadapannya. Yong Kyo mengernyitkan keningnya sambil terus menatapku. "Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu.. Aku hanya-" aku menggantungkan kalimatku karena aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Tidak mungkin kalau aku berterus terang padanya bahwa aku khawatir. "Kenapa kau peduli padaku?" Tanyanya tiba tiba, membuatku membeku dan terdiam.
**
Soo Yong Kyo's POV
Siang itu aku sengaja mencarinya untuk mengajaknya bicara. Karena tidak tahu harus mencari kemana lagi, akhirnya kuputuskan untuk menunggunya di atap sekolah karena kupikir ia sering ke sana. Cukup lama aku menunggu hingga aku mencoba untuk melihat ke bawah -ke arah gerbang sekolah- dari atas atap, memastikan kalau saja ia sudah berjalan keluar untuk pulang. Baru saja aku hendak melangkah ke tepi, tiba tiba seseorang menarikku cepat dan membuatku sangat terkejut. Ternyata itu Hyuk Jae. Dari caranya menarikku dan menatapku, sepertinya ia begitu mengkhawatirkanku. Melihat itu membuatku cukup salah tingkah. Jantungku berdebar debar seperti mau lompat.
"Kenapa kau peduli padaku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku sedangkan jantungku masih terus berdegup cepat membuatku bahkan sulit mengatur napas. Pria itu sepertinya juga kikuk mendengar pertanyaanku yang terkesan terlalu percaya diri. "Maksudku kenapa kau harus peduli pada apa yang kulakukan?" Ujarku cepat berusaha meralatnya. "S-siapa yang peduli? Aku hanya tidak ingin sekolah kita terkenal karena ada siswi yang bunuh diri!" Jawabnya kemudian mengalihkan pandangannya dariku. Sikapnya tiba tiba tidak santai dan menurutku itu cukup aneh. Apa jangan jangan ia juga sedang gugup? Apa ia memang mengkhawatirkanku? "Kau tidak akan melaporkannya pada siapapun kan?" Tanyaku lagi penuh harap. "Tidak tahu ya. Itu kan tergantung kau." Balas pria itu sekenanya. "Apa maksudmu? Kalau begitu aku memintamu supaya tidak melaporkannya pada siapapun." Ujarku yang mulai tidak sabaran. "Baiklah, aku tidak akan melaporkannya. Rahasia antara kau dan aku, begitu kan? Tapi beri aku alasan kenapa kau sampai bertindak senekat itu." Pria itu kembali menatapku intens. Raut wajahnya seketika berubah serius.
**
"Aku hanya bosan dan takut." Ucapku mengawali cerita. Aku pikir tidak ada salahnya jika aku menceritakan yang sebenarnya padanya. Sepertinya ia tidak seburuk yang kukira selama ini. Daripada ia melaporkannya pada guru, lebih baik aku jujur saja. Aku yang kini sudah duduk disampingnya di atap sekolah hanya bisa mendengus pasrah. "Kenapa begitu? Apakah ada sesuatu yang menekanmu akhir akhir ini?" Balasnya sambil  berbaring menghadap langit dengan kedua tangannya yang terlipat sebagai sanggahan kepalanya. "Aku takut tidak bisa memenuhi harapan orangtuaku. Aku hanya gadis bodoh yang masih perlu banyak belajar. Tidak seperti yang mereka kira selama ini. Aku merasa seperti robot yang hanya mengikuti perintah mereka." Lanjutku panjang lebar. Mendengar itu, Eunhyuk bangkit dari posisi berbaringnya dan menatapku intens. Membuatku kembali gugup. Aku sontak menundukkan kepalaku.
"Kenapa kau tak bicarakan ini dengan orangtuamu? Kupikir mereka pasti akan mengerti." Ujarnya. "Tidak mungkin. Kalau aku jujur pada mereka, mereka pasti akan kecewa. Aku tidak ingin mereka kecewa dan sedih. Aku hanya merasa lelah dengan semua ini. Harus belajar seharian demi mendapat nilai terbaik. Setelah lulus aku diharuskan kuliah bisnis untuk bisa meneruskan perusahaan ayahku, sedangkan aku sama sekali tak berminat." Jawabku masih dengan kepala tertunduk. "Tapi kau tidak bisa seperti ini terus. Kau pikir dengan bunuh diri maka semua akan selesai? Itu sama saja kau lari dari masalah. Pikirkan bagaimana perasaan orangtuamu. Kau bilang tidak ingin mereka kecewa, tapi dengan cara yang kau lakukan itu justru akan membuat mereka jauh lebih sedih." Tegasnya yang terkesan menyalahkanku. "Kau tak mengerti apapun. Berhenti bersikap seolah kau tahu perasaanku. Kau yang bisa berbuat sesuka hatimu tidak akan pernah mengerti!" Ujarku kesal kemudian bangkit untuk beranjak pergi. Tapi pria itu sudah lebih dulu menarik tanganku hingga membuatku kembali terduduk. "Kupikir ada sesuatu yang harus kutunjukkan padamu." Ucapnya serius.
**
Author's POV
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Yong Kyo pasrah saat Eunhyuk menggandeng dan membawa paksa dirinya untuk mengikuti pria kurus itu. "Sudah ikut saja." Ujarnya sambil terus menggandeng tangan gadis itu. Tidak lama mereka sampai di depan sebuah rumah yang terbilang cukup besar dan mewah. Eunhyuk pun membawa gadis itu masuk.
Sampai di dalam, Yong Kyo merasakan perbedaan yang sangat besar jika dibandingkan dengan keadaan di rumahnya. Rumah itu terasa hampa, sepi, dan tidak ada kehangatan di dalamnya. "Kau tinggal sendiri di rumah sebesar ini? Dimana orangtuamu?" Tanya Yong Kyo polos. Eunhyuk tidak menjawabnya, dan tak lama setelah gadis itu bertanya, seorang wanita paruh baya keluar dari salah satu ruangan yang ada di sana. "Hyukie-ya, kau sudah datang? Siapa ini? Apakah pacarmu? Kau tak pernah cerita apapun padaku." Ucap wanita itu yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Eunhyuk. Yong Kyo yang berada dalam situasi tidak mengenakkan itu berusaha menghilangkan segala kekikukan yang ada. "Maaf, Ahjumma. Aku Yong Kyo teman sekelas Hyuk Jae-ssi. Aku datang untuk membahas pekerjaan sekolah dengannya." Ujarnya cepat sembari memberi salam pada wanita yang ia kira adalah ibu Eunhyuk itu, kemudian menyusul Eunhyuk yang sudah lebih dulu beranjak ke lantai 2 rumah itu.
"Kenapa kau bersikap seperti itu pada ibumu?" Tanya Yong Kyo yang sudah berada dalam ruangan yang adalah kamar pria itu. "Kenapa aku harus peduli? Ia bahkan tak pernah tahu apapun yang kulakukan. Ia tak peduli padaku." Jawab pria itu ketus. "Hyuk Jae-ssi! Apa maksudmu? Dia itu ibumu." Timpal Yong Kyo lagi yang tak kalah emosi. "Memang seperti ini kondisi keluargaku!" Eunhyuk meninggikan suaranya, membuat Yong Kyo terkejut dan membulatkan kedua matanya. Gadis itu hanya bisa mengernyitkan keningnya dan menelan ludah. Menunjukkan penyesalan atas apa yang telah ia katakan. Ia sadar bahwa ia memang tak tahu apapun tentang keluarga Eunhyuk. "Kau berkata begitu karena keluargamu baik baik saja. Keluargaku tidak harmonis. Ayah dan ibuku selalu bertengkar dan baru baru ini mereka sedang mengurus proses perceraian mereka. Melihat ayah dan ibumu yang begitu perhatian dan mengarahkanmu dengan baik aku sangat iri. Orangtuaku tak pernah peduli pada apapun yang kulakukan. Oleh karena itu selama ini aku selalu berbuat sesuka hatiku. Hanya dengan begitu aku bisa tetap bertahan." Paparnya menjelaskan yang tanpa sadar membuat mata Yong Kyo berkaca kaca. Gadis itu tak pernah mengira bahwa Eunhyuk mengalami masa yang sulit selama ini. "Maaf, aku tidak tahu." Ucap gadis itu dengan suara bergetar. "Tinggal di rumah sebesar ini bahkan terasa menyesakkan bagiku. Meski mereka ada bersamaku, aku tetap merasa sendiri. Mereka hanya sibuk dengan urusan mereka masing masing. Aku seperti tersesat tanpa arah. Tapi dari situ aku mulai belajar, bahwa aku tak boleh menyerah karena keadaan. Aku harus bangkit dan tunjukkan pada mereka, bahwa tanpa merekapun aku bisa berhasil dan menjadi orang yang lebih baik." Lanjut Eunhyuk dengan air mata yang sudah menetes. "Ah, maaf. Karena terbawa emosi aku sampai menangis seperti ini. Memalukan sekali." Ia berujar dengan senyum kecut yang terkesan dibuat buat, sembari mengusap air matanya cepat. Yong Kyo yang melihat itu seakan di tampar. Hatinya tiba tiba sakit dan sesak, merasa bersalah. Tanpa terasa air mata juga sudah jatuh membasahi pipinya. Yong Kyo perlahan mendekati Eunhyuk yang duduk di tepi ranjang. Ia duduk di samping pria itu dan menggenggam tangan pria itu erat, menyalurkan sedikit kekuatan yang ia miliki.
"Yong Kyo-ssi. Apa kau punya mimpi?" Pertanyaan yang terlonatr dari pria itu membuat Yong Kyo tertegun. "Entahlah. Selama ini orangtuaku selalu mengaturku. Karena itu aku bahkan tak berani untuk bisa memiliki mimpi sendiri." Jawab gadis itu yang terdengar murung dan putus asa. "Jangan takut." Timpal Eunhyuk tanpa menatapnya. "Apa?" Tanya Yong Kyo yang tidak mengerti maksud perkataan pria di sampingnya itu. "Jangan takut, Yong Kyo-ssi. Kau harus memiliki mimpi. Apapun itu. Yang bisa membuatmu bahagia. Katakan saja pada orangtuamu tentang perasaanmu itu. Aku yakin, mereka pasti akan mengerti." Ulang Eunhyuk yang kini sudah menatapnya dan menggenggam kedua tangan Yong Kyo.
**
Soo Yong Kyo's POV
Ucapan Eunhyuk masih terus terngiang dalam pikiranku. Aku rasa memang ada benarnya. Aku tak boleh takut. Selama ini aku hanya berusaha melarikan diri di bawah perasaan takutku sendiri. Aku tertekan karena aku terlalu pengecut. "Yong Kyo-ah, apa yang sedang kau pikirkan? Kau jadi sering melamun." Tanya ayahku yang seketika itu membuyarkan segala pemikiranku. "Itu..sebenarnya.." Aku tak tahu apakah ini saat yang tepat untukku mengutarakannya atau tidak. Aku juga tak tahu harus memulainya darimana. Aku menarik napas pelan, mengumpulkan segenap keberanianku. "Appa, bisakah aku bicara sesuatu?" Tanyaku setelah kurasakan sudah punya cukup keberanian. "Tentu, sayang. Tentang apa?" Respon ayahku begitu lembut. Itu membuatku semakin tersadar bahwa aku memiliki keluarga yang terbaik di muka bumi ini. "Appa, aku minta maaf sebelumnya jika ini mungkin akan mengecewakan Appa. Aku hanya ingin jujur. Aku merasa sangat keberatan jika Appa dan Eomma terlalu percaya dan menaruh harapan besar padaku. Aku tidak sebaik yang kalian kira selama ini. Aku mendapat nilai baik di sekolah bukan karena aku pintar, tetapi karena aku rajin belajar hingga tidak tidur semalaman. Aku juga tidak yakin jika aku bisa mengemban tugas yang cukup berat dari Appa. Masalah bisnis dan perusahaan Appa, aku juga tidak janji bisa melakukannya sesuai harapan Appa." Jelasku panjang lebar yang didengarkan seksama oleh kedua orangtuaku saat itu. "Aku punya mimpi. Selama ini aku tak pernah ada kesempatan untuk mengatakannya pada kalian. Aku hanya takut kalian kecewa jika impianku berlawanan dengan apa yang kalian harapkan." Lanjutku lagi dan masih belum mendapat tanggapan apapun dari mereka. Aku menundukkan kepalaku dan memejamkan mataku. Berharap aku mengatakan hal yang benar.
"Kenapa kau baru mengatakannya pada kami sekarang? Memangnya apa mimpimu, Yong Kyo-ah?" Tanya ibuku lembut dengan ekspresi yang menunjukkan kecemasan. Membuatku semakin merasa bersalah. "Aku...ingin kuliah kedokteran setelah lulus nanti. Aku ingin menjadi seorang dokter." Jawabku mantap. Hening. Ayah dan ibuku tampak menunjukkan ekspresi yang cukup sulit untuk kujelaskan. Cemas? Sedih? Kecewa? Kasihan? Menyesal? Aku tak tahu. "Yong Kyo-ah. Maafkan Appa dan Eomma kalau selama ini sudah membuatmu tertekan. Setelah mendengar penjelasanmu, Appa pikir akan lebih baik untuk tidak memaksamu. Selama ini kau sudah menjadi anak yang baik dan patuh. Sebagai orangtua, Appa dan Eomma akan mendukung apapun yang menjadi pilihanmu. Lakukanlah yang terbaik." Ucap ayahku bijak, membuatku sangat senang hingga ingin melompat dari tempat dudukku saat itu. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku sangat berterimakasih pada Eunhyuk yang telah menyadarkanku. Aku harus membalas kebaikannya padaku.
**
Keesokannya di sekolah, aku tak sabar untuk bisa segera menceritakannya pada Eunhyuk. Aku terus menoleh melihat ke arah belakang, dimana Eunhyuk duduk di kelas kami. Sepertinya ia tertidur lagi. Selalu saja tertidur di tengah tengah pelajaran. Aku mencebir pelan sambil terus melihatnya. Untunglah guru yang sedang mengajar saat itu tidak mengetahui Eunhyuk yang tertidur. Karena tidak tahan, aku menulis di secarik kertas kecil dan melemparnya ke arah Eunhyuk ketika guru sedang sibuk menulis di papan tulis. Ternyata lemparanku cukup kencang dan mengenai hidungnya.
"Siapa itu?!" Seloroh Eunhyuk yang tiba tiba terbangun dan mengejutkan seisi kelas. Aku yang menyaksikan itu hanya bisa menunduk dan menyembunyikan wajahku di balik buku yang kupegang. "Hyuk Jae-ssi! Berdiri di lorong sampai pelajaranku selesai!" Perintah guru kami saat itu. Melihatnya harus di hukum gara gara aku, aku jadi tak enak. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk mengaku. "Maaf, sonsaengnim. Sebenarnya..itu..aku yang membuat Hyuk Jae-ssi berteriak seperti itu. Aku yang usil mengganggunya." Ujarku kemudian merutuki diri sendiri. Tak kusangka pengakuanku itu membuat seisi kelas terperangah tak percaya, mengingat aku siswi terpandai dan terajin di kelas. Rasanya menyenangkan juga ketika aku melanggar peraturan sesekali seperti ini. Akhirnya aku ikut di hukum berdiri di lorong bersamanya dan anehnya, aku justru sangat senang dan senyum senyum sendiri saat melangkah keluar kelas.
**
"Apa yang kau lakukan? Kau mau nilaimu menurun karena terlalu akrab denganku?" Tanya Eunhyuk yang tak suka dengan sikapku. "Memangnya kau kenapa? Tidak ada yang salah denganmu. Nilaiku tidak akan berkurang hanya karena berteman denganmu." Tukasku tak mau kalah. "Tapi kenapa kau malah memilih di hukum di sini bersamaku?" Tanyanya lagi sambil memanyunkan bibirnya lucu. "Karena memang aku yang salah. Lagipula sesekali dihukum seperti ini juga tidak buruk." Balasku cengengesan, membuatnya semakin heran. "Ah ngomong ngomong, aku sudah mengatakan semuanya pada orangtuaku." Lanjutku lagi. "Benarkah? Itu bagus sekali. Aku senang kau melakukannya. Lalu bagaimana tanggapan mereka dengan keputusanmu?" Ujar Eunhyuk ikut antusias. "Mereka mendukungku. Tadinya kupikir mereka akan sangat terpukul, tapi ternyata aku salah. Terimakasih, Hyuk Jae-ssi.." Ucapku tulus sambil tersenyum. Eunhyuk membalas senyumanku dan anehnya, itu membuatku lagi lagi salah tingkah. "Truth hurts once, but lies will hurt you whenever you remember it. Lebih baik katakan yang sebenarnya dan kecewa untuk sekali waktu, daripada kau memendam dan membohongi perasaanmu lalu kecewa untuk seterusnya." Ujarnya begitu bijak dan membuatku tersentuh dengan ucapannya. "Never focus on your weakness. Focus on your strenght! Yong Kyo-ssi fighting!" Lanjutnya lagi sambil meraih dan mengangkat salah satu tanganku saat itu, membuatku cukup terkejut. Kami bertatapan dan begitu gugup. Situasi menjadi kikuk. Eunhyuk buru buru melepaskan genggamannya padaku dan berdehem kecil. Aku hanya menunduk dan tersenyum geli. Aku meliriknya lagi yang ternyata juga sedang melirikku. Kami kemudian tertawa. "Hyuk Jae-ssi. Aku tak mengira kau orang yang selucu ini. Kau sangat menyenangkan." Ucapanku cukup untuk membuatnya tersipu. "Kau belum katakan padaku tentang mimpimu. Bolehkah aku tahu apa mimpimu?" Lanjutku lagi yang mencoba mencairkan kembali suasana di antara kami. "Mimpiku? Aku ingin terus bertahan hidup dan melakukan apa yang kusukai, sampai aku benar benar bisa menjadi orang yang berguna dengan caraku sendiri." Jawabnya penuh keyakinan. Membuatku semakin larut dalam pesonanya yang tak biasa. "Hyuk Jae-ssi.." Panggilku lagi padanya. "Hm?" Balasnya kemudian menatapku penasaran. Aku memberanikan diri untuk balik menatapnya. "Bawa aku lebih jauh lagi." Ucapku yang terkesan cukup ambigu dan membuatnya heran. "Membawamu? Kemana?" Tanyanya bingung. Aku tersenyum simpul sambil terus menatap kedua manik matanya. "Duniamu.."

*END*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar