Selasa, 16 Juli 2013

Remember The Days - Part 2




Title :
Remember The Days - 2
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC), Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Lee (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya Kim (OC), bibi Jung (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-15
Notes :
Ff ini terinspirasi dari ff lain yg berjudul "A Song For You". Dgn ide & beberapa bagian cerita yg sudah dirombak & dimodifikasi. No bash. No copy-paste. No plagiarism. Just read it & hopefully u guys amused. Jgn lupa komennya. Kalo responnya positif, aku bakal bikin & kirim lanjutannya. Gomawo!


"You said you'd always be there for me, but you're not. And it's because of me. It's my fault"

*Storyline*
Pagi-pagi sekali, Donghae sudah pergi kesekolahnya. Ia berniat mengurus perihal pengundurandirinya dari sekolah.
Saat ia hendak membuka pintu ruang guru, seseorang juga keluar dari sana di saat yang bersamaan. Seseorang itu adalah Lee Hyukjae, yang juga menjabat sebagai ketua kelas di kelas mereka.
"Hyukie-ah.." Sapa Donghae saat dilihatnya sahabat sekaligus teman sebangkunya itu. Hyukjae terkejut melihat Donghae datang pagi sekali, tak seperti biasanya.

"Bong sonsaengnim." Sapa Donghae sopan setelah memasuki ruang guru.
"Donghae-ah. Wae geuraeyo?" Tanya wali kelasnya itu ramah, mengingat Donghae adalah salah satu murid kesayangannya.
"Ehm.. Saya ingin mengajukan pengundurandiri dari sekolah, saem." Tutur Donghae sambil menunduk.
"Mworago? Kau mau berhenti sekolah? Yak, Hae-ah. Sebenarnya ada apa? Dimana appa dan eomma-mu?" Tanya guru bermarga Bong itu menuntut penjelasan lebih.
Mendengar itu Donghae mengangkat wajahnya dan menatap ragu guru dihadapannya. Ia terpaksa menceritakan semua hal yang terjadi di keluarganya belakangan ini hingga mengharuskannya berhenti sekolah.
Setelah berhasil membujuk wali kelasnya untuk mengijinkan dan membantu proses pengurusan dirinya berhenti sekolah, Donghae berterimakasih dan pamit untuk segera beranjak dari ruangan guru. Saat ia keluar, terlihat Hyukjae masih berdiri di dekat pintu sambil membawa daftar absen kelasnya, sengaja menunggunya.
"Kau benar-benar pergi?" Tanya Hyukjae serius namun tak menghilangkan gurat kesedihan dari matanya. Donghae terdiam dan membalas tatapan Hyukjae dengan tatapan sendu miliknya. Hyukjae memilih untuk mengalihkan pandangannya dan mengepalkan salah satu tangannya yang bebas.
"Gomawo untuk semuanya, Hyuk. Kau teman baikku sejak kelas 1, seseorang yang paling mengerti aku." Ucap Donghae tulus seraya memeluknya.
"Kuharap kita masih bisa berteman sampai selamanya. Aku titip Kyuhyun. Gantikan posisiku, jadilah sahabatnya juga." Pinta Donghae setelah melepaskan pelukannya. Hyukjae yang mendengar itu mulai menitikkan airmatanya.
**

Selesai dengan urusan sekolahnya, Donghae langsung pergi menuju rumah sakit untuk melihat perkembangan kondisi eomma-nya. Mengenai penyakit eomma-nya, Donghae dan Miran sama sekali tidak tahu. Appa mereka tentu merahasiakan hal tersebut.
Sesampainya di rumah sakit, Donghae dikejutkan oleh keributan yang berasal dari kamar rawat eomma-nya. Secepat mungkin ia segera mendekati kamar itu.
"Hae-ah, bawa Miran denganmu dan cepat cari taksi. Kita akan pulang hari ini juga." Perintah tuan Lee begitu melihat Donghae yang mendekat.
Donghae tidak mengerti apa yang terjadi, tapi dengan sigap ia menuruti perintah appa-nya agar tidak semakin memperkeruh suasana.

"Appa, apa yang terjadi? Eomma tampak masih pucat, apakah eomma sudah sembuh?" Tanya Donghae polos begitu mereka semua telah berada di dalam taksi.
"Biaya rumah sakit mahal. Bantuan pemerintahpun tidak cukup untuk melunasinya, Hae-ah. Sudahlah. Kau tidak akan mengerti meskipun aku menjelaskannya." Papar tuan Lee sambil masih memeluk istrinya yang sakit di dalam taksi itu.

Ucapan appa-nya terus terngiang dipikirannya. Donghae mengerti benar apa maksud appa-nya dan itu semakin meyakinkannya bahwa keputusan berhenti sekolah adalah hal yang benar. Setelah keluar dari rumah sakit, mereka bertiga -tuan Lee, Donghae, dan Miran saling berbagi tugas untuk menjaga nyonya Lee. Di bantu dengan obat-obatan untuk menahan rasa sakit sementara. Tuan Lee masih sangat terpukul dengan kenyataan bahwa istrinya menderita sakit parah dan hanya mengandalkan keajaiban. Tuan Lee berusaha untuk bisa berlapangdada dan ikhlas jika sewaktu-waktu istrinya akan pergi meninggalkannya.
**

Sepulang sekolah, Kyuhyun sudah ditunggu sebuah mobil sedan mewah yang di bawa oleh supirnya. Ia berencana untuk meminta ijin pada supirnya agar mau mengantarnya ke rumah sakit sebentar sebelum pulang ke rumah. Tapi rencana itu gagal ketika ia harus dikejutkan oleh kenampakan appa-nya dari dalam mobil itu. Ternyata appa-nya juga ikut menjemputnya. Mengetahui itu, Kyuhyun hanya bisa menunduk pasrah sambil berjalan mendekati mobil. Sesekali ia memandangi gelang tali ditangannya dan merasa bersalah pada 'hyung'nya karena tak bisa menepati perkataannya.
**

Hari demi hari, kondisi nyonya Lee semakin memburuk. Hal itu membuat tuan Lee mau tidak mau harus memberitahukan yang sebenarnya pada kedua anaknya. Donghae sangat terkejut dengan kabar itu, sedangkan Miran yang masih terlalu kecil belum sepenuhnya paham pada penjelasan appa-nya.
"Mianhae, karena appa tidak jujur sejak awal." Ucap tuan Lee setelah selesai dengan penjelasan singkatnya.
Donghae yang masih tidak bisa menerima itu langsung berlari keluar rumah. Ia tidak memedulikan teriakan appa dan adiknya yang berusaha memanggilnya. Donghae merasa sakit di-dadanya kembali menyerang. Ia sangat sedih dengan keadaan eomma-nya. Sesak. Tubuhnya bergetar dengan airmata yang siap turun kapanpun. Ia sadar bahwa sekuat apapun ia menahan, ia tetaplah seorang manusia yang lemah. Di taman tak jauh dari rumahnya, ia menangis seorang diri.

Tanpa sepengetahuan Donghae, mobil Kyuhyun melaju melewati taman dimana Donghae berada saat itu. Kyuhyun yang kebetulan memandang ke luar dari kaca mobilnya, terkejut melihat 'hyung'nya itu berdiri seorang diri. Kyuhyun membuka kaca mobilnya dan berniat memanggil 'hyung'nya. Namun Donghae sama sekali tak mendengar panggilannya. Kyuhyun membuka paksa pintu mobil yang masih melaju, membuat tuan Cho dan supirnya terkejut bukan main.
"Yak, Cho Kyuhyun apa yang kau lakukan?! Kembali sekarang juga!" Teriak tuan Cho dari dalam mobilnya namun tak dihiraukan sedikitpun oleh pria kecil itu. Beruntung, mobil tidak melaju dalam kecepatan tinggi. Mobil tuan Cho segera menepi dan berhenti. Kyuhyun berlari ke arah 'hyung'nya tanpa memperhatikan jalan disekitarnya. Donghae yang terus di panggil masih tidak bergeming dan masih menunduk meratapi nasib keluarganya. Hingga tiba-tiba sebuah mobil pick-up pengantar barang muncul dan melaju ke arah dimana Kyuhyun berada. Kecelakaan itu tidak terhindari lagi. Belum sampai Kyuhyun kecil menghampiri 'hyung'nya, pick-up itu sudah lebih dulu menghentikan aksinya. Suara berdecit dari pick-up yang terlambat di rem dan tubuh Kyuhyun yang terlanjur terpental setelah hantaman cukup keras dari rangkaian besi tua itu membuat tuan Cho sangat sangat terpukul.
Donghae yang menyadari adanya keributan tidak jauh dari taman itu, tidak begitu memedulikannya. Ia masih tenggelam dalam pikiran dan perasaannya sendiri hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali pulang ke rumah dengan masih tertunduk. Ia tidak mengetahui sama sekali bahwa keributan yang ada di tempat itu melibatkan sahabatnya. Ia tidak menyadari bahwa Kyuhyun menjadi korban kecelakaan hanya karena dirinya.
**

Donghae mengamati gelang tali pemberian Kyuhyun. Entah kenapa, setiap melihatnya perasaannya menjadi tidak enak. Tidak tenang. Sudah hampir sebulan ini ia tidak bertemu dengan Kyuhyun. Ia tidak tahu bagaimana kabar sahabatnya itu dan ia sangat merindukannya.
"Kajja, Hae-ah. Bawa barangmu. Kita pergi sekarang atau kita akan ketinggalan kereta." Ucap tuan Lee yang membuyarkan lamunan Donghae seketika.
Sudah seminggu sejak eomma-nya meninggal. Saat itu mereka bertiga sangat terpukul. Donghae bahkan harus bersusah payah membujuk appa-nya agar mau makan. Miran kecil juga hanya terus menangis. Donghae merasa bebannya terlalu berat dan berharap seandainya ia bisa ikut bersama eomma-nya dan pergi dengan tenang. Tapi tidak bisa seperti itu. Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan appa dan adiknya? Bagaimana dengan teman-temannya, Kyuhyun dan Hyukjae jika suatu saat nanti mereka bisa bertemu kembali?
Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan di Seoul, juga karena biaya hidup yang tinggi di sana, tuan Lee memutuskan untuk mengajak kedua anaknya pergi ke Gimhae. Tempat dimana kakek dan nenek Donghae tinggal.

"Appa, sebelum ke stasiun ada tempat yang harus kukunjungi. Appa dan Miran pergi dulu saja nanti aku menyusul." Kata Donghae.
"Odiga? Kalau begitu, cepatlah. Kita tidak punya banyak waktu lagi." Donghae mengangguk mengerti. Dengan segera ia membawa barangnya dan pergi menuju rumah Kyuhyun.
**

Sesampainya di rumah Kyuhyun, Donghae merasa asing. Rumah itu tampak sepi, hening, dan mobilnya-pun tidak ada. Semua pintu tertutup rapat. Ia tidak ada cara untuk bisa membawa Kyuhyun keluar jika memang anak itu ada di rumah. Ia hanya memandangi rumah megah itu untuk beberapa saat, dengan perasaan sedih dan menyesal karena sudah lama tidak menemuinya. Ia bahkan tidak sempat berpamitan pada Kyuhyun sebelum pergi ke Gimhae bersama keluarganya.
"Kyuhyun-ah, aku akan pergi bersama keluargaku. Kau hiduplah dengan baik. Mian, karena aku tak menepati janjiku untuk selalu bersamamu. Tapi aku janji untuk kembali lagi. Aku juga masih memegang ucapanmu waktu itu di rumah sakit, bahwa kau akan datang lagi menemuiku. Jadi sampai bertemu lagi." Ucap Donghae lirih sambil tetap memandangi rumah dihadapannya. Setelah dirasa cukup puas memandangi rumah Kyuhyun, ia melangkahkan kakinya beranjak dari sana dan menuju ke stasiun.
**

~[12 tahun kemudian]~
Seorang pria tampan berusia 22 tahun terlihat tergesa-gesa dengan beberapa map dan juga tas ditangannya. Sesekali ia merutuk dirinya sendiri karena bodohnya bisa bangun kesiangan dan membuatnya terlambat. Hari itu adalah hari penting, dimana presentasi seminar tugas akhirnya diadakan.
Begitu pintu ruangan seminar di buka, semua peserta dan juga dosen yang ada di sana melihat kearahnya.
"Well, Mr. Cho. Seems like you have to thanks God because you come on time today. Come in fast and do your presentation right now." Seru seseorang dari sudut ruangan dengan suara beratnya. Ya, orang itu adalah dosen pembimbingnya yang berkewarganegaraan Inggris.
"Yes, sir." Balas Kyuhyun, pemuda yang dimaksud itu.

"Oppa, kenapa tadi oppa datang terlambat? Untung saja saat itu tepat giliranmu presentasi." Tanya seorang gadis cantik berdarah campuran Inggris-Korea, yang juga merupakan junior Kyuhyun yang tadi menjadi peserta seminar di sidang akhirnya.
"Aku bangun kesiangan karena keasikan main games semalam." Balas Kyuhyun datar, membuat gadis dihadapannya mengerucutkan bibirnya.
"Oppa.. Setelah pengumuman kelulusanmu, apakah kau akan pulang ke Korea?" Tanya gadis bernama Louise Park itu.
"Maybe? Aku juga sudah sangat merindukan kampung halamanku." Jawab Kyuhyun sambil memandangi gelang tali yang kini terpasang di tasnya.
"Aku ikut ya, Oppa? Sudah lama aku tidak mengunjungi ahjussi dan ahjumma. Mereka baik-baik saja kan?" Gadis itu begitu penasaran menantikan jawaban Kyuhyun tentang keadaan paman dan bibinya di Korea. Louise Park sebenarnya adalah sepupu Kyuhyun yang tinggal di Inggris.
Kyuhyun terdiam. "Oppa?" Suara Louise kembali memasuki indera pendengarannya.
"Kalau kau ingin ikut, ikut saja." Jawab Kyuhyun sekenanya dan beranjak dari tempat itu, membuat Louise menatapnya bingung dan heran.
**

Jauh dari tempat Kyuhyun berada, seorang pemuda yang tak kalah tampan, berusia 23 tahun terlihat begitu cekatan membersihkan dan menata meja-meja di sebuah restoran. Sesekali ia akan meneriakkan ucapan selamat datang saat ada pengunjung yang memasuki restoran itu. Pemuda itu, Lee Donghae.
"Silahkan memilih menu, Nona." Ujar Donghae ramah sambil menyodorkan buku menu dihadapan seorang gadis.
"Aku pesan seperti biasa." Jawab gadis itu sambil tersenyum. Gadis itu terpesona saat dilihatnya pelayan yang sedang melayaninya ternyata adalah seorang pemuda tampan.
"Ah, mianhamnida. Tapi saya pelayan baru di sini." Jelas Donghae sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gadis itu masih menatap Donghae dan sesekali ia tersenyum.
"Pantas saja aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Siapa namamu?"
"N-ne?" Donghae terlihat bingung dan gugup.
"Namamu. Aku Kim Younghyun. Pelanggan tetap di restoran ini." Jelas gadis itu.
"Ah, annyeonghaseyo. Lee Donghae imnida. Jadi, apa menu favoritmu itu?"

Setelah pesanan Younghyun datang, Younghyun hendak segera melahapnya karena perutnya yang memang kosong sejak pagi. Tapi mendadak nafsu makannya berkurang saat diperhatikannya lagi sosok Donghae yang terlihat sibuk menghampiri pelanggan dan mengantar pesanan ke beberapa meja. Younghyun merasakan adanya getaran aneh dalam dadanya saat dilihatnya sosok tampan itu. Tatapan mata Donghae begitu murni dan indah. Senyumnya pun tulus dan membuatnya jatuh hati. Tanpa sadar sudah hampir 2 jam Younghyun duduk dalam restoran itu dengan makanannya yang belum habis. Ia terlalu terlena dengan dunianya.
Gadis itu, Kim Younghyun, sebenarnya adalah putri dari pemilik restoran dimana Donghae bekerja. Namun Younghyun tidak ingin Donghae tahu akan hal itu. Biarlah itu menjadi rahasia, sampai saatnya tiba nanti Younghyun akan memberitahunya. Tiba-tiba muncul sebuah ide dalam benak gadis itu untuk membuat Donghae lebih nyaman dalam bekerja. Ia berniat mengusulkan pada appa-nya agar Donghae bisa diangkat menjadi manajer restoran. Younghyun yakin, Donghae adalah seorang pekerja keras yang baik dan pantas mendapatkan posisi itu.
**

Setelah kepindahannya ke Gimhae bersama appa dan adiknya, Donghae dan appa-nya bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Ia tidak lagi meneruskan sekolahnya karena hasil pekerjaannya ia gunakan untuk membiayai sekolah Miran. Meskipun appa, haraboji, dan halmoni-nya menyuruhnya untuk melanjutkan pendidikan, Donghae kerap menolak dengan alasan ingin membantu mencari uang saja agar keperluan mereka semua bisa terpenuhi. Tak hanya itu, Donghae bahkan rela menjadi buruh di pasar bersama haraboji-nya setiap akhir pekan. Semua itu tidak membuat Donghae mengeluh. Tuan Lee yang melihat kegigihan anaknya itu merasa sangat terharu dan menyesal. Tak jarang tuan Lee menangis di kamarnya jika memikirkan itu.
Setelah usia Donghae memasuki 23 tahun, ia memutuskan untuk kembali ke Seoul untuk menemani Miran yang akan berkuliah di sana berkat beasiswa yang didapatkannya. Di Seoul, kakak-beradik itu tinggal di sebuah rumah sewa dengan biaya rendah, yang sebenarnya adalah milik teman lama eomma mereka, bibi Jung. Donghae juga berhasil memiliki pekerjaan tetap sebagai pramusaji di sebuah restoran ternama di pusat kota.

Tepat saat pekerjaan Donghae selesai, ponselnya berdering.
"Yoboseyo? Miran-ah."
"..............."
"Ah, arasseo. Setelah ini oppa akan langsung ke kampusmu. Gidarilkke!"
Dengan segera ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan mengambur ke arah sepedanya untuk bisa melajukannya secepat mungkin menuju kampus Miran.
**

Beberapa hari setelah kelulusannya, Kyuhyun dan Louise segera terbang menuju Korea untuk bisa pulang.
"Kenapa oppa selalu melihat ke arah gelang itu?" Tanya Louise penasaran.
"Anieyo." Jawab Kyuhyun singkat.
"Tsk. Oppa selalu saja bicara dan menjawab sekenanya. Tidak asik sekali." Timpal Louise yang tidak puas mendengar jawaban sepupunya.
"Waeyo? Memangnya aku harus menjawab apalagi huh? Sudahlah jangan banyak tanya. Aku pusing." Kyuhyun mengalihkan pandangannya ke arah jendela sambil menyenderkan kepalanya di kursi pesawat.

Apakah kau baik-baik saja, hyung? Tanya Kyuhyun dalam hati dengan kedua matanya yang mulai terpejam, membawanya semakin larut dalam alam mimpi.

Sesampainya di bandara internasional Incheon, Kyuhyun dan Louise sudah disambut oleh nyonya Cho. Mereka pun pulang ke kediaman keluarga Cho.
Dirumahnya, Kyuhyun merasakan rindu yang luar biasa. Rindu dengan keadaan di Seoul, kamarnya dengan banyak mainan yang terpajang rapi, sekolahnya dulu. Semua itu membawa kenangan lama muncul kembali dalam benaknya. Masih ada satu lagi hal yang paling dirindukannya : 'hyung'nya.
Selesai makan siang, Kyuhyun berniat untuk berjalan-jalan. Sekaligus mengunjungi rumah 'hyung'nya. Ia berharap bahwa 'hyung'nya masih tinggal di sana.
"Oppa, kau mau kemana?" Tanya Louise yang sudah berdiri di samping Kyuhyun.
"Sejak kapan kau mengikutiku?" Kyuhyun terkejut karena sepupunya itu sudah mengikutinya sampai keluar rumah.
"Sudah lama aku tidak ke Korea. Oppa, maukah kau menunjukkan tempat-tempat yang bagus di sini?" Pinta Louise penuh harap. Kyuhyun hanya bisa mendengus pasrah dan menurut. Karena permintaan Louise itu, rencana Kyuhyun untuk mengunjungi rumah Donghae jadi batal.

"Kau bisa bawa mobil kan?" Tanya Kyuhyun.
"Eo. Wae?" Jawab Louise sambil berjalan lebih cepat agar bisa mengejar dan menyamai langkah Kyuhyun.
"Kau saja yang setir. Aku malas." Ujar Kyuhyun cuek lalu melempar kontak mobilnya ke arah Louise, tanpa melihat lawan bicaranya itu sedikitpun. Louise yang masih berada di belakang Kyuhyun terkejut dan sempat kelimpungan untuk menangkap kontak mobil itu.
Setelah kontak mobil berhasil Louise tangkap, ia hanya bisa mendesis kesal dengan tingkah laku sepupunya itu.
"Tsk. Menyebalkan!" Sungutnya.
**

Setelah kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun yang lalu, Kyuhyun mendapatkan sebuah luka dikeningnya yang masih membekas hingga saat ini. Beruntung ia bisa diselamatkan dan tidak mengalami cedera yang parah. Appa Kyuhyun yang menganggap kecelakaan itu sebagai kesalahan Donghae, akan sangat marah jika tahu Kyuhyun masih mengingat atau memikirkan Donghae. Hal itu membuat Kyuhyun tertekan dan semakin membenci appa-nya. Sejak berpisah dengan Donghae, Kyuhyun menjadi seorang penyendiri, pemikir, dan dingin. Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan sosok 'hyung'nya itu, meskipun dulu Hyukjae sempat menawarkan diri untuk menjadi pengganti Donghae sebagai sahabatnya. Namun begitu, Kyuhyun tetap menjalin relasi yang baik dengan Hyukjae bahkan hingga saat ini, mereka masih saling berkomunikasi melalui email ataupun ponsel.

"Pertama kita mau kemana, oppa?" Tanya Louise antusias saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.
"Nyalakan dulu mesinnya. Terserah kau saja, kau maunya kemana?" Balas Kyuhyun datar.
"Yak, oppa. Aku kan sudah lama sekali tidak ke korea. Aku buta jalan nih! Paling tidak tunjukkan padaku tempat-tempat yang bagus di sini." Protes Louise yang lagi-lagi tidak puas dengan jawaban Kyuhyun.
"Ck, arasseo arasseo. Kau ini cerewet sekali membuatku semakin pusing saja. Sekarang jalan lurus saja dulu."

Di tengah perjalanan mereka, Kyuhyun yang merasa pusing membuka kaca mobilnya untuk bisa menghirup udara segar.
"Aigo. Sejak kapan Seoul jadi sepadat ini? Jadi harus terjebak kemacetan seperti ini, tsk." Louise terus mengomel karena jalanan Seoul yang begitu padat hingga mereka harus bersabar berada di tengah-tengah kemacetan.
Kyuhyun tidak menanggapi satupun ucapan gadis itu. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil yang kacanya telah ia buka sebelumnya. Tidak jauh dari tempatnya, ia melihat seorang gadis yang sedang berdiri seperti sedang menunggu seseorang. Ternyata mobil mereka berhenti di depan sebuah kampus yang besar dan megah. Kyuhyun terus memandang gadis itu dan gadis itupun balik memandangnya. Terjadi situasi canggung di antara mereka. Beruntung kemacetan mulai mencair dan mobil yang Kyuhyun tumpangi mulai melaju kembali meninggalkan kampus beserta gadis tak dikenal itu perlahan. Meski begitu, Kyuhyun masih sesekali memandangi gadis tak dikenal itu melalui spion mobilnya. Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya dan munculnya perasaan aneh saat ia menatap gadis tadi.
"Waeyo, oppa? Apa ada sesuatu? Kau melihat ke arah spion serius sekali." Celetuk Louise yang membuyarkan segala pemikiran Kyuhyun.
"Anieyo. Bukan apa-apa." Tak lama setelah membalas pertanyaan adik sepupunya, ponsel Kyuhyun berdering tanda panggilan masuk.

"Yoboseyo, eomma. Waeyo?"
".................."
"Mwo?" Pekik Kyuhyun seakan tak terima dengan apa yang baru saja disampaikan oleh eomma-nya.

"Waeyo, oppa? Terjadi sesuatu di rumah?" Tanya Louise yang tak bisa menahan rasa ingin tahu-nya.
"Putar balik, kita kembali ke rumah."
"Mwo? Yak. Kita bahkan baru saja akan memulai perjalanan hari ini."
"Lain kali saja. Sekarang kita harus kembali. Appa sudah di rumah dan ia mengadakan makan malam penting bersama rekannya. Eomma memintaku untuk ikut makan malam itu." Jelas Kyuhyun yang akhirnya mau tidak mau diikuti oleh Louise.
"Tsk, arasseo." Ujar gadis itu pasrah kemudian memutar balik arah laju mobilnya.
**

Lee Miran. Gadis manis dengan rambut sebahu dan bergaya tomboy itu masih setia menanti oppa-nya datang menjemput. Sesekali ia melamun dan itu membuatnya kembali teringat pada sosok pria yang tadi dilihatnya. Aneh, adalah kesan yang ia dapatkan dari pria tak dikenal itu. Pria yang terus memandanginya dari dalam mobilnya dan membuat Miran menjadi salah tingkah.
"Miran-ah!" Panggil seseorang yang melenyapkan segala lamunan Miran.
"Oh, oppa! Oppa gwenchana? Lingkar mata oppa semakin menghitam saja." Ujar Miran mendapati keadaan oppa-nya yang begitu kelelahan.
"Jinjjayo?" Balas Donghae dengan membulatkan kedua matanya.
"Oppa, kajja! Biar aku saja yang mengayuh sepeda sampai ke rumah. Oppa duduk saja dan pegangan, araji?" Perintah gadis itu seraya mengambil alih sepeda.
"Yak, ige mwoya? Oppa gwenchana!"
"Tsk, oppa! Sudahlah menurut saja. Kalau tidak mau, aku tidak akan membuatkan oppa makan malam!" Ancamnya yang akhirnya dituruti saja oleh Donghae. Meski keberatan dengan keputusan adiknya, Donghae tetap tersenyum. Tak bisa dipungkiri bahwa ia memang sangat lelah dan ia senang mengetahui adiknya yang sangat pengertian.
"Oppa pegangan ya! Aku akan ngebut! Woohoooo!! Aku, Lee Miran, memiliki oppa yang sangat tampan. Dan aku sangaaaaaat sayang padanya!!" Seru Miran di sela-sela ia mengayuh sepedanya. Donghae yang mendengar itu hanya bisa tertawa. Tapi meski begitu, tetap tersimpan gurat kekuatiran di wajahnya. Entah karena apa, hanya ia sendiri yang tahu.
**

Kyuhyun dan Louise telah sampai kembali kerumahnya. Di sana sudah ada tamu yang nyonya Cho maksudkan.
"Oppa masuk saja dulu biar aku yang urus mobilnya." Ujar Louise. Kyuhyun pun mengangguk dan segera keluar dari mobil.

Tuan Cho tampak masih asik bercengkrama dengan tamunya yang terdiri dari seorang pria paruh baya seumurannya, wanita paruh baya seumuran nyonya Cho, dan seorang gadis muda seumuran Kyuhyun. Kyuhyun berniat untuk mandi dan berbenah diri dulu sebelum mengikuti acara makan malam bersama yang appa-nya adakan.
"Kyuhyun-ah! Beri salam pada tamu appa!" Pekik tuan Cho saat dilihatnya putranya itu berjalan begitu saja melewati ruang tamu tanpa memberikan salam. Mendengar itu Kyuhyun hanya terdiam.
"Hyun-ah!" Tak enak di hadapan para tamu itu, Kyuhyun akhirnya berbalik dan membungkuk memberi salam. Saat menegakkan tubuhnya kembali, ia menatap dingin gadis yang menjadi salah satu tamunya itu. Setelah itu ia langsung pergi dan masuk kekamarnya acuh.

Saat makan malam pun tiba. Meski Kyuhyun setuju untuk mengikutinya, namun ia sama sekali tak menunjukkan ketertarikannya pada acara malam itu. Ia terus asik berkutat dengan gadgetnya hingga nyonya Cho harus menegurnya beberapa kali.
"Maafkan kelakuan putraku, tuan Kim. Terkadang ia memang bersikap kekanakan." Ucap tuan Cho di sela makan malamnya.
"Ah, ye. Gwenchana. Melihatnya membuatku teringat waktu mudaku dulu." Tuan Kim dan tuan Cho pun tertawa, diikuti dengan nyonya Kim dan nyonya Cho.
"Aigo, kau ini bisa saja. Ah, geunde. Tidakkah sebaiknya kita memberikan waktu lebih banyak untuk Kyuhyun dan Younghyun bisa saling mengenal?" Timpal nyonya Kim yang membuat Kyuhyun dan Younghyun terkejut dan membelalakkan mata mereka secara bersamaan.
"Mwo?!" Pekik Kyuhyun tak senang, membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh kearahnya kecuali Younghyun yang masih menatap eomma-nya tak percaya.
"Ah, Hyun-ah. Wae geurae? Tenanglah. Appa dan eomma memang sengaja mengundang tuan dan nyonya Kim untuk bisa membahas perjodohan antara kau dan Kim Younghyun." Jelas nyonya Cho yang ia kira akan bisa mendinginkan suasana.
"Mwo? Perjodohan? Tsk. Belum puaskah appa dan eomma mengatur hidupku selama ini?" Ucap Kyuhyun sarkastis kemudian bangkit dan meninggalkan tempat itu dengan kesal.
"Hyun-ah!" Panggil nyonya Cho yang sama sekali tak didengar oleh Kyuhyun. Tak enak dengan tamunya, ia pun meminta maaf kemudian beranjak menyusul putra sematawayangnya. Tuan Cho yang masih di tempatnya hanya bisa berdehem canggung.
"Ahjussi, appa, eomma. Jwosonghaeyo, tapi aku ada janji penting malam ini. Karena itu aku harus pamit duluan. Mengenai perjodohan ini, mungkin kita bisa bahas lagi lain waktu. Kalau begitu aku permisi." Ucap Younghyun yang membuat tuan dan nyonya Kim tak kalah terkejut.

Beberapa lama kemudian, setelah tuan dan nyonya Cho berhasil mengakhiri acara makan malam mereka, tuan Cho meluapkan amarah dan rasa kecewanya pada Kyuhyun.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Kyuhyun.
"Anak tidak tahu diri! Apa kau tidak sadar bahwa kelakuanmu itu membuat appa dan eomma malu, hah?!" Mendengar teriakan appa-nya, Kyuhyun hanya terdiam. Nyonya Cho dan Louise yang melihat hal itupun ikut terdiam takut.
"Kau anak tak berguna! Appa tidak mau tahu lagi. Terima perjodohan ini, atau kau angkat kaki dari rumah ini dan jangan harap appa dan eomma akan menerimamu lagi!"
"Yeobeo, tenanglah." Ucap nyonya Cho berusaha menengahi.
Tuan Cho pun beranjak dan masuk ke kamarnya masih dengan emosi. Sedangkan Kyuhyun masih terdiam di tempatnya dengan kedua tangannya yang sudah terkepal menahan sakit di pipinya.
"Hyun-ah. Eomma mohon pikirkanlah kembali. Ikuti saja appa-mu dan terimalah perjodohan ini. Ini juga demi masa depan bisnis kita. Tuan Kim sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan kita dan secara resmi ia telah menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah appa-mu. Eomma tidak mau terjadi perselisihan yang akhirnya menjurus pada bisnis di keluarga kita." Kyuhyun masih terdiam tak menghiraukan penjelasan eomma-nya. Ia masuk ke kamarnya, mengenakan mantelnya dan dengan cepat meraih kontak mobilnya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan rumah itu.
**

Kyuhyun melajukan mobilnya kencang di tengah kekalutannya. Ia sangat membenci appa-nya sejak dulu bahkan sampai sekarang. Appa-nya sama sekali tak berubah dan itu membuat Kyuhyun sangat sedih. Di saat seperti inilah Kyuhyun sangat membutuhkan sosok 'hyung'nya. Ia menepikan mobilnya dan mulai menitikkan airmatanya.
Hyung, mianhae. Aku tidak menepati janjiku untuk tidak menangis. Aku sangat memerlukanmu saat ini. Ucap Kyuhyun dalam hatinya, sembari menelungkupkan wajahnya pada kemudi mobil.

Di sisi lain, Younghyun memilih untuk mengunjungi sebuah cafe langganannya untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Ia berbohong pada kedua orangtuanya tentang janji dengan seseorang. Ia hanya ingin menghindar dari situasi sulit yang terjadi di acara makan malam bersama itu. Sendirian, Younghyun merenung sambil sesekali menyesap jus yang ia pesan. Ia kembali teringat akan sosok Donghae yang sangat ia kagumi. Ia sadar, bahwa terlalu banyak perbedaan antara dirinya dan Donghae yang akan membuat orangtuanya tak setuju. Tapi ia tak bisa membohongi perasaannya. Sakit. Itulah yang dirasakannya saat ini. Ia menengadahkan wajahnya untuk mencegah airmatanya jatuh.
"Menangislah, jika kau memang ingin menangis." Suara seseorang mengejutkan Younghyun. Seorang pria tampan tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya dengan sapu tangan yang sudah terulur untuknya.
"Hyukjae sunbae..?"
**TBC**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar