Title :
Remember The Days - 2
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC),
Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Lee (OC), tuan&nyonya
Cho (OC), tuan&nyonya Kim (OC), bibi Jung (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-15
Notes :
Ff ini terinspirasi dari ff lain yg berjudul "A
Song For You". Dgn ide & beberapa bagian cerita yg sudah dirombak
& dimodifikasi. No bash. No copy-paste. No plagiarism. Just read it &
hopefully u guys amused. Jgn lupa komennya. Kalo responnya positif, aku bakal
bikin & kirim lanjutannya. Gomawo!
"You said you'd always be there for
me, but you're not. And it's because of me. It's my fault"
*Storyline*
Pagi-pagi sekali, Donghae sudah pergi kesekolahnya. Ia
berniat mengurus perihal pengundurandirinya dari sekolah.
Saat ia hendak membuka pintu ruang guru, seseorang
juga keluar dari sana di saat yang bersamaan. Seseorang itu adalah Lee Hyukjae,
yang juga menjabat sebagai ketua kelas di kelas mereka.
"Hyukie-ah.." Sapa Donghae saat dilihatnya
sahabat sekaligus teman sebangkunya itu. Hyukjae terkejut melihat Donghae
datang pagi sekali, tak seperti biasanya.
"Bong sonsaengnim." Sapa Donghae sopan
setelah memasuki ruang guru.
"Donghae-ah. Wae geuraeyo?" Tanya wali
kelasnya itu ramah, mengingat Donghae adalah salah satu murid kesayangannya.
"Ehm.. Saya ingin mengajukan pengundurandiri dari
sekolah, saem." Tutur Donghae sambil menunduk.
"Mworago? Kau mau berhenti sekolah? Yak, Hae-ah.
Sebenarnya ada apa? Dimana appa dan eomma-mu?" Tanya guru bermarga Bong
itu menuntut penjelasan lebih.
Mendengar itu Donghae mengangkat wajahnya dan menatap
ragu guru dihadapannya. Ia terpaksa menceritakan semua hal yang terjadi di
keluarganya belakangan ini hingga mengharuskannya berhenti sekolah.
Setelah berhasil membujuk wali kelasnya untuk
mengijinkan dan membantu proses pengurusan dirinya berhenti sekolah, Donghae
berterimakasih dan pamit untuk segera beranjak dari ruangan guru. Saat ia
keluar, terlihat Hyukjae masih berdiri di dekat pintu sambil membawa daftar
absen kelasnya, sengaja menunggunya.
"Kau benar-benar pergi?" Tanya Hyukjae
serius namun tak menghilangkan gurat kesedihan dari matanya. Donghae terdiam
dan membalas tatapan Hyukjae dengan tatapan sendu miliknya. Hyukjae memilih
untuk mengalihkan pandangannya dan mengepalkan salah satu tangannya yang bebas.
"Gomawo untuk semuanya, Hyuk. Kau teman baikku
sejak kelas 1, seseorang yang paling mengerti aku." Ucap Donghae tulus
seraya memeluknya.
"Kuharap kita masih bisa berteman sampai
selamanya. Aku titip Kyuhyun. Gantikan posisiku, jadilah sahabatnya juga."
Pinta Donghae setelah melepaskan pelukannya. Hyukjae yang mendengar itu mulai
menitikkan airmatanya.
**
Selesai dengan urusan sekolahnya, Donghae langsung
pergi menuju rumah sakit untuk melihat perkembangan kondisi eomma-nya. Mengenai
penyakit eomma-nya, Donghae dan Miran sama sekali tidak tahu. Appa mereka tentu
merahasiakan hal tersebut.
Sesampainya di rumah sakit, Donghae dikejutkan oleh keributan
yang berasal dari kamar rawat eomma-nya. Secepat mungkin ia segera mendekati
kamar itu.
"Hae-ah, bawa Miran denganmu dan cepat cari
taksi. Kita akan pulang hari ini juga." Perintah tuan Lee begitu melihat
Donghae yang mendekat.
Donghae tidak mengerti apa yang terjadi, tapi dengan
sigap ia menuruti perintah appa-nya agar tidak semakin memperkeruh suasana.
"Appa, apa yang terjadi? Eomma tampak masih
pucat, apakah eomma sudah sembuh?" Tanya Donghae polos begitu mereka semua
telah berada di dalam taksi.
"Biaya rumah sakit mahal. Bantuan pemerintahpun
tidak cukup untuk melunasinya, Hae-ah. Sudahlah. Kau tidak akan mengerti
meskipun aku menjelaskannya." Papar tuan Lee sambil masih memeluk istrinya
yang sakit di dalam taksi itu.
Ucapan appa-nya terus terngiang dipikirannya. Donghae
mengerti benar apa maksud appa-nya dan itu semakin meyakinkannya bahwa
keputusan berhenti sekolah adalah hal yang benar. Setelah keluar dari rumah
sakit, mereka bertiga -tuan Lee, Donghae, dan Miran saling berbagi tugas untuk
menjaga nyonya Lee. Di bantu dengan obat-obatan untuk menahan rasa sakit
sementara. Tuan Lee masih sangat terpukul dengan kenyataan bahwa istrinya
menderita sakit parah dan hanya mengandalkan keajaiban. Tuan Lee berusaha untuk
bisa berlapangdada dan ikhlas jika sewaktu-waktu istrinya akan pergi
meninggalkannya.
**
Sepulang sekolah, Kyuhyun sudah ditunggu sebuah mobil
sedan mewah yang di bawa oleh supirnya. Ia berencana untuk meminta ijin pada
supirnya agar mau mengantarnya ke rumah sakit sebentar sebelum pulang ke rumah.
Tapi rencana itu gagal ketika ia harus dikejutkan oleh kenampakan appa-nya dari
dalam mobil itu. Ternyata appa-nya juga ikut menjemputnya. Mengetahui itu,
Kyuhyun hanya bisa menunduk pasrah sambil berjalan mendekati mobil. Sesekali ia
memandangi gelang tali ditangannya dan merasa bersalah pada 'hyung'nya karena
tak bisa menepati perkataannya.
**
Hari demi hari, kondisi nyonya Lee semakin memburuk.
Hal itu membuat tuan Lee mau tidak mau harus memberitahukan yang sebenarnya
pada kedua anaknya. Donghae sangat terkejut dengan kabar itu, sedangkan Miran
yang masih terlalu kecil belum sepenuhnya paham pada penjelasan appa-nya.
"Mianhae, karena appa tidak jujur sejak
awal." Ucap tuan Lee setelah selesai dengan penjelasan singkatnya.
Donghae yang masih tidak bisa menerima itu langsung
berlari keluar rumah. Ia tidak memedulikan teriakan appa dan adiknya yang
berusaha memanggilnya. Donghae merasa sakit di-dadanya kembali menyerang. Ia
sangat sedih dengan keadaan eomma-nya. Sesak. Tubuhnya bergetar dengan airmata
yang siap turun kapanpun. Ia sadar bahwa sekuat apapun ia menahan, ia tetaplah
seorang manusia yang lemah. Di taman tak jauh dari rumahnya, ia menangis
seorang diri.
Tanpa sepengetahuan Donghae, mobil Kyuhyun melaju
melewati taman dimana Donghae berada saat itu. Kyuhyun yang kebetulan memandang
ke luar dari kaca mobilnya, terkejut melihat 'hyung'nya itu berdiri seorang
diri. Kyuhyun membuka kaca mobilnya dan berniat memanggil 'hyung'nya. Namun
Donghae sama sekali tak mendengar panggilannya. Kyuhyun membuka paksa pintu
mobil yang masih melaju, membuat tuan Cho dan supirnya terkejut bukan main.
"Yak, Cho Kyuhyun apa yang kau lakukan?! Kembali
sekarang juga!" Teriak tuan Cho dari dalam mobilnya namun tak dihiraukan
sedikitpun oleh pria kecil itu. Beruntung, mobil tidak melaju dalam kecepatan
tinggi. Mobil tuan Cho segera menepi dan berhenti. Kyuhyun berlari ke arah
'hyung'nya tanpa memperhatikan jalan disekitarnya. Donghae yang terus di panggil
masih tidak bergeming dan masih menunduk meratapi nasib keluarganya. Hingga
tiba-tiba sebuah mobil pick-up pengantar barang muncul dan melaju ke arah
dimana Kyuhyun berada. Kecelakaan itu tidak terhindari lagi. Belum sampai
Kyuhyun kecil menghampiri 'hyung'nya, pick-up itu sudah lebih dulu menghentikan
aksinya. Suara berdecit dari pick-up yang terlambat di rem dan tubuh Kyuhyun
yang terlanjur terpental setelah hantaman cukup keras dari rangkaian besi tua
itu membuat tuan Cho sangat sangat terpukul.
Donghae yang menyadari adanya keributan tidak jauh
dari taman itu, tidak begitu memedulikannya. Ia masih tenggelam dalam pikiran
dan perasaannya sendiri hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali pulang ke
rumah dengan masih tertunduk. Ia tidak mengetahui sama sekali bahwa keributan
yang ada di tempat itu melibatkan sahabatnya. Ia tidak menyadari bahwa Kyuhyun
menjadi korban kecelakaan hanya karena dirinya.
**
Donghae mengamati gelang tali pemberian Kyuhyun. Entah
kenapa, setiap melihatnya perasaannya menjadi tidak enak. Tidak tenang. Sudah
hampir sebulan ini ia tidak bertemu dengan Kyuhyun. Ia tidak tahu bagaimana
kabar sahabatnya itu dan ia sangat merindukannya.
"Kajja, Hae-ah. Bawa barangmu. Kita pergi
sekarang atau kita akan ketinggalan kereta." Ucap tuan Lee yang
membuyarkan lamunan Donghae seketika.
Sudah seminggu sejak eomma-nya meninggal. Saat itu
mereka bertiga sangat terpukul. Donghae bahkan harus bersusah payah membujuk
appa-nya agar mau makan. Miran kecil juga hanya terus menangis. Donghae merasa
bebannya terlalu berat dan berharap seandainya ia bisa ikut bersama eomma-nya
dan pergi dengan tenang. Tapi tidak bisa seperti itu. Bagaimana mungkin ia tega
meninggalkan appa dan adiknya? Bagaimana dengan teman-temannya, Kyuhyun dan
Hyukjae jika suatu saat nanti mereka bisa bertemu kembali?
Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan di Seoul,
juga karena biaya hidup yang tinggi di sana, tuan Lee memutuskan untuk mengajak
kedua anaknya pergi ke Gimhae. Tempat dimana kakek dan nenek Donghae tinggal.
"Appa, sebelum ke stasiun ada tempat yang harus
kukunjungi. Appa dan Miran pergi dulu saja nanti aku menyusul." Kata
Donghae.
"Odiga? Kalau begitu, cepatlah. Kita tidak punya
banyak waktu lagi." Donghae mengangguk mengerti. Dengan segera ia membawa barangnya
dan pergi menuju rumah Kyuhyun.
**
Sesampainya di rumah Kyuhyun, Donghae merasa asing.
Rumah itu tampak sepi, hening, dan mobilnya-pun tidak ada. Semua pintu tertutup
rapat. Ia tidak ada cara untuk bisa membawa Kyuhyun keluar jika memang anak itu
ada di rumah. Ia hanya memandangi rumah megah itu untuk beberapa saat, dengan
perasaan sedih dan menyesal karena sudah lama tidak menemuinya. Ia bahkan tidak
sempat berpamitan pada Kyuhyun sebelum pergi ke Gimhae bersama keluarganya.
"Kyuhyun-ah, aku akan pergi bersama keluargaku.
Kau hiduplah dengan baik. Mian, karena aku tak menepati janjiku untuk selalu
bersamamu. Tapi aku janji untuk kembali lagi. Aku juga masih memegang ucapanmu
waktu itu di rumah sakit, bahwa kau akan datang lagi menemuiku. Jadi sampai
bertemu lagi." Ucap Donghae lirih sambil tetap memandangi rumah
dihadapannya. Setelah dirasa cukup puas memandangi rumah Kyuhyun, ia
melangkahkan kakinya beranjak dari sana dan menuju ke stasiun.
**
~[12 tahun kemudian]~
Seorang pria tampan berusia 22 tahun terlihat
tergesa-gesa dengan beberapa map dan juga tas ditangannya. Sesekali ia merutuk
dirinya sendiri karena bodohnya bisa bangun kesiangan dan membuatnya terlambat.
Hari itu adalah hari penting, dimana presentasi seminar tugas akhirnya
diadakan.
Begitu pintu ruangan seminar di buka, semua peserta
dan juga dosen yang ada di sana melihat kearahnya.
"Well, Mr. Cho. Seems like you have to thanks God
because you come on time today. Come in fast and do your presentation right
now." Seru seseorang dari sudut ruangan dengan suara beratnya. Ya, orang
itu adalah dosen pembimbingnya yang berkewarganegaraan Inggris.
"Yes, sir." Balas Kyuhyun, pemuda yang
dimaksud itu.
"Oppa, kenapa tadi oppa datang terlambat? Untung
saja saat itu tepat giliranmu presentasi." Tanya seorang gadis cantik
berdarah campuran Inggris-Korea, yang juga merupakan junior Kyuhyun yang tadi menjadi
peserta seminar di sidang akhirnya.
"Aku bangun kesiangan karena keasikan main games
semalam." Balas Kyuhyun datar, membuat gadis dihadapannya mengerucutkan
bibirnya.
"Oppa.. Setelah pengumuman kelulusanmu, apakah
kau akan pulang ke Korea?" Tanya gadis bernama Louise Park itu.
"Maybe? Aku juga sudah sangat merindukan kampung
halamanku." Jawab Kyuhyun sambil memandangi gelang tali yang kini terpasang
di tasnya.
"Aku ikut ya, Oppa? Sudah lama aku tidak
mengunjungi ahjussi dan ahjumma. Mereka baik-baik saja kan?" Gadis itu
begitu penasaran menantikan jawaban Kyuhyun tentang keadaan paman dan bibinya
di Korea. Louise Park sebenarnya adalah sepupu Kyuhyun yang tinggal di Inggris.
Kyuhyun terdiam. "Oppa?" Suara Louise
kembali memasuki indera pendengarannya.
"Kalau kau ingin ikut, ikut saja." Jawab
Kyuhyun sekenanya dan beranjak dari tempat itu, membuat Louise menatapnya
bingung dan heran.
**
Jauh dari tempat Kyuhyun berada, seorang pemuda yang
tak kalah tampan, berusia 23 tahun terlihat begitu cekatan membersihkan dan
menata meja-meja di sebuah restoran. Sesekali ia akan meneriakkan ucapan
selamat datang saat ada pengunjung yang memasuki restoran itu. Pemuda itu, Lee
Donghae.
"Silahkan memilih menu, Nona." Ujar Donghae
ramah sambil menyodorkan buku menu dihadapan seorang gadis.
"Aku pesan seperti biasa." Jawab gadis itu
sambil tersenyum. Gadis itu terpesona saat dilihatnya pelayan yang sedang
melayaninya ternyata adalah seorang pemuda tampan.
"Ah, mianhamnida. Tapi saya pelayan baru di
sini." Jelas Donghae sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gadis itu
masih menatap Donghae dan sesekali ia tersenyum.
"Pantas saja aku tak pernah melihatmu sebelumnya.
Siapa namamu?"
"N-ne?" Donghae terlihat bingung dan gugup.
"Namamu. Aku Kim Younghyun. Pelanggan tetap di
restoran ini." Jelas gadis itu.
"Ah, annyeonghaseyo. Lee Donghae imnida. Jadi,
apa menu favoritmu itu?"
Setelah pesanan Younghyun datang, Younghyun hendak
segera melahapnya karena perutnya yang memang kosong sejak pagi. Tapi mendadak
nafsu makannya berkurang saat diperhatikannya lagi sosok Donghae yang terlihat
sibuk menghampiri pelanggan dan mengantar pesanan ke beberapa meja. Younghyun
merasakan adanya getaran aneh dalam dadanya saat dilihatnya sosok tampan itu.
Tatapan mata Donghae begitu murni dan indah. Senyumnya pun tulus dan membuatnya
jatuh hati. Tanpa sadar sudah hampir 2 jam Younghyun duduk dalam restoran itu
dengan makanannya yang belum habis. Ia terlalu terlena dengan dunianya.
Gadis itu, Kim Younghyun, sebenarnya adalah putri dari
pemilik restoran dimana Donghae bekerja. Namun Younghyun tidak ingin Donghae
tahu akan hal itu. Biarlah itu menjadi rahasia, sampai saatnya tiba nanti
Younghyun akan memberitahunya. Tiba-tiba muncul sebuah ide dalam benak gadis
itu untuk membuat Donghae lebih nyaman dalam bekerja. Ia berniat mengusulkan
pada appa-nya agar Donghae bisa diangkat menjadi manajer restoran. Younghyun
yakin, Donghae adalah seorang pekerja keras yang baik dan pantas mendapatkan
posisi itu.
**
Setelah kepindahannya ke Gimhae bersama appa dan
adiknya, Donghae dan appa-nya bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Ia
tidak lagi meneruskan sekolahnya karena hasil pekerjaannya ia gunakan untuk
membiayai sekolah Miran. Meskipun appa, haraboji, dan halmoni-nya menyuruhnya
untuk melanjutkan pendidikan, Donghae kerap menolak dengan alasan ingin membantu
mencari uang saja agar keperluan mereka semua bisa terpenuhi. Tak hanya itu,
Donghae bahkan rela menjadi buruh di pasar bersama haraboji-nya setiap akhir
pekan. Semua itu tidak membuat Donghae mengeluh. Tuan Lee yang melihat
kegigihan anaknya itu merasa sangat terharu dan menyesal. Tak jarang tuan Lee
menangis di kamarnya jika memikirkan itu.
Setelah usia Donghae memasuki 23 tahun, ia memutuskan
untuk kembali ke Seoul untuk menemani Miran yang akan berkuliah di sana berkat
beasiswa yang didapatkannya. Di Seoul, kakak-beradik itu tinggal di sebuah
rumah sewa dengan biaya rendah, yang sebenarnya adalah milik teman lama eomma
mereka, bibi Jung. Donghae juga berhasil memiliki pekerjaan tetap sebagai
pramusaji di sebuah restoran ternama di pusat kota.
Tepat saat pekerjaan Donghae selesai, ponselnya
berdering.
"Yoboseyo? Miran-ah."
"..............."
"Ah, arasseo. Setelah ini oppa akan langsung ke
kampusmu. Gidarilkke!"
Dengan segera ia memasukkan ponselnya ke dalam saku
celananya dan mengambur ke arah sepedanya untuk bisa melajukannya secepat
mungkin menuju kampus Miran.
**
Beberapa hari setelah kelulusannya, Kyuhyun dan Louise
segera terbang menuju Korea untuk bisa pulang.
"Kenapa oppa selalu melihat ke arah gelang
itu?" Tanya Louise penasaran.
"Anieyo." Jawab Kyuhyun singkat.
"Tsk. Oppa selalu saja bicara dan menjawab
sekenanya. Tidak asik sekali." Timpal Louise yang tidak puas mendengar
jawaban sepupunya.
"Waeyo? Memangnya aku harus menjawab apalagi huh?
Sudahlah jangan banyak tanya. Aku pusing." Kyuhyun mengalihkan
pandangannya ke arah jendela sambil menyenderkan kepalanya di kursi pesawat.
Apakah kau baik-baik saja, hyung? Tanya Kyuhyun dalam
hati dengan kedua matanya yang mulai terpejam, membawanya semakin larut dalam
alam mimpi.
Sesampainya di bandara internasional Incheon, Kyuhyun
dan Louise sudah disambut oleh nyonya Cho. Mereka pun pulang ke kediaman
keluarga Cho.
Dirumahnya, Kyuhyun merasakan rindu yang luar biasa.
Rindu dengan keadaan di Seoul, kamarnya dengan banyak mainan yang terpajang
rapi, sekolahnya dulu. Semua itu membawa kenangan lama muncul kembali dalam
benaknya. Masih ada satu lagi hal yang paling dirindukannya : 'hyung'nya.
Selesai makan siang, Kyuhyun berniat untuk
berjalan-jalan. Sekaligus mengunjungi rumah 'hyung'nya. Ia berharap bahwa
'hyung'nya masih tinggal di sana.
"Oppa, kau mau kemana?" Tanya Louise yang
sudah berdiri di samping Kyuhyun.
"Sejak kapan kau mengikutiku?" Kyuhyun
terkejut karena sepupunya itu sudah mengikutinya sampai keluar rumah.
"Sudah lama aku tidak ke Korea. Oppa, maukah kau
menunjukkan tempat-tempat yang bagus di sini?" Pinta Louise penuh harap.
Kyuhyun hanya bisa mendengus pasrah dan menurut. Karena permintaan Louise itu, rencana
Kyuhyun untuk mengunjungi rumah Donghae jadi batal.
"Kau bisa bawa mobil kan?" Tanya Kyuhyun.
"Eo. Wae?" Jawab Louise sambil berjalan
lebih cepat agar bisa mengejar dan menyamai langkah Kyuhyun.
"Kau saja yang setir. Aku malas." Ujar
Kyuhyun cuek lalu melempar kontak mobilnya ke arah Louise, tanpa melihat lawan
bicaranya itu sedikitpun. Louise yang masih berada di belakang Kyuhyun terkejut
dan sempat kelimpungan untuk menangkap kontak mobil itu.
Setelah kontak mobil berhasil Louise tangkap, ia hanya
bisa mendesis kesal dengan tingkah laku sepupunya itu.
"Tsk. Menyebalkan!" Sungutnya.
**
Setelah kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun yang
lalu, Kyuhyun mendapatkan sebuah luka dikeningnya yang masih membekas hingga
saat ini. Beruntung ia bisa diselamatkan dan tidak mengalami cedera yang parah.
Appa Kyuhyun yang menganggap kecelakaan itu sebagai kesalahan Donghae, akan
sangat marah jika tahu Kyuhyun masih mengingat atau memikirkan Donghae. Hal itu
membuat Kyuhyun tertekan dan semakin membenci appa-nya. Sejak berpisah dengan
Donghae, Kyuhyun menjadi seorang penyendiri, pemikir, dan dingin. Tidak ada
orang lain yang bisa menggantikan sosok 'hyung'nya itu, meskipun dulu Hyukjae
sempat menawarkan diri untuk menjadi pengganti Donghae sebagai sahabatnya.
Namun begitu, Kyuhyun tetap menjalin relasi yang baik dengan Hyukjae bahkan
hingga saat ini, mereka masih saling berkomunikasi melalui email ataupun
ponsel.
"Pertama kita mau kemana, oppa?" Tanya
Louise antusias saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.
"Nyalakan dulu mesinnya. Terserah kau saja, kau
maunya kemana?" Balas Kyuhyun datar.
"Yak, oppa. Aku kan sudah lama sekali tidak ke
korea. Aku buta jalan nih! Paling tidak tunjukkan padaku tempat-tempat yang
bagus di sini." Protes Louise yang lagi-lagi tidak puas dengan jawaban
Kyuhyun.
"Ck, arasseo arasseo. Kau ini cerewet sekali
membuatku semakin pusing saja. Sekarang jalan lurus saja dulu."
Di tengah perjalanan mereka, Kyuhyun yang merasa
pusing membuka kaca mobilnya untuk bisa menghirup udara segar.
"Aigo. Sejak kapan Seoul jadi sepadat ini? Jadi
harus terjebak kemacetan seperti ini, tsk." Louise terus mengomel karena
jalanan Seoul yang begitu padat hingga mereka harus bersabar berada di
tengah-tengah kemacetan.
Kyuhyun tidak menanggapi satupun ucapan gadis itu. Ia
mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil yang kacanya telah ia buka
sebelumnya. Tidak jauh dari tempatnya, ia melihat seorang gadis yang sedang
berdiri seperti sedang menunggu seseorang. Ternyata mobil mereka berhenti di
depan sebuah kampus yang besar dan megah. Kyuhyun terus memandang gadis itu dan
gadis itupun balik memandangnya. Terjadi situasi canggung di antara mereka.
Beruntung kemacetan mulai mencair dan mobil yang Kyuhyun tumpangi mulai melaju
kembali meninggalkan kampus beserta gadis tak dikenal itu perlahan. Meski
begitu, Kyuhyun masih sesekali memandangi gadis tak dikenal itu melalui spion
mobilnya. Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya dan munculnya
perasaan aneh saat ia menatap gadis tadi.
"Waeyo, oppa? Apa ada sesuatu? Kau melihat ke
arah spion serius sekali." Celetuk Louise yang membuyarkan segala
pemikiran Kyuhyun.
"Anieyo. Bukan apa-apa." Tak lama setelah
membalas pertanyaan adik sepupunya, ponsel Kyuhyun berdering tanda panggilan
masuk.
"Yoboseyo, eomma. Waeyo?"
".................."
"Mwo?" Pekik Kyuhyun seakan tak terima
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh eomma-nya.
"Waeyo, oppa? Terjadi sesuatu di rumah?"
Tanya Louise yang tak bisa menahan rasa ingin tahu-nya.
"Putar balik, kita kembali ke rumah."
"Mwo? Yak. Kita bahkan baru saja akan memulai
perjalanan hari ini."
"Lain kali saja. Sekarang kita harus kembali.
Appa sudah di rumah dan ia mengadakan makan malam penting bersama rekannya.
Eomma memintaku untuk ikut makan malam itu." Jelas Kyuhyun yang akhirnya
mau tidak mau diikuti oleh Louise.
"Tsk, arasseo." Ujar gadis itu pasrah
kemudian memutar balik arah laju mobilnya.
**
Lee Miran. Gadis manis dengan rambut sebahu dan
bergaya tomboy itu masih setia menanti oppa-nya datang menjemput. Sesekali ia
melamun dan itu membuatnya kembali teringat pada sosok pria yang tadi
dilihatnya. Aneh, adalah kesan yang ia dapatkan dari pria tak dikenal itu. Pria
yang terus memandanginya dari dalam mobilnya dan membuat Miran menjadi salah
tingkah.
"Miran-ah!" Panggil seseorang yang
melenyapkan segala lamunan Miran.
"Oh, oppa! Oppa gwenchana? Lingkar mata oppa
semakin menghitam saja." Ujar Miran mendapati keadaan oppa-nya yang begitu
kelelahan.
"Jinjjayo?" Balas Donghae dengan membulatkan
kedua matanya.
"Oppa, kajja! Biar aku saja yang mengayuh sepeda
sampai ke rumah. Oppa duduk saja dan pegangan, araji?" Perintah gadis itu
seraya mengambil alih sepeda.
"Yak, ige mwoya? Oppa gwenchana!"
"Tsk, oppa! Sudahlah menurut saja. Kalau tidak
mau, aku tidak akan membuatkan oppa makan malam!" Ancamnya yang akhirnya
dituruti saja oleh Donghae. Meski keberatan dengan keputusan adiknya, Donghae
tetap tersenyum. Tak bisa dipungkiri bahwa ia memang sangat lelah dan ia senang
mengetahui adiknya yang sangat pengertian.
"Oppa pegangan ya! Aku akan ngebut! Woohoooo!!
Aku, Lee Miran, memiliki oppa yang sangat tampan. Dan aku sangaaaaaat sayang
padanya!!" Seru Miran di sela-sela ia mengayuh sepedanya. Donghae yang
mendengar itu hanya bisa tertawa. Tapi meski begitu, tetap tersimpan gurat
kekuatiran di wajahnya. Entah karena apa, hanya ia sendiri yang tahu.
**
Kyuhyun dan Louise telah sampai kembali kerumahnya. Di
sana sudah ada tamu yang nyonya Cho maksudkan.
"Oppa masuk saja dulu biar aku yang urus
mobilnya." Ujar Louise. Kyuhyun pun mengangguk dan segera keluar dari
mobil.
Tuan Cho tampak masih asik bercengkrama dengan tamunya
yang terdiri dari seorang pria paruh baya seumurannya, wanita paruh baya
seumuran nyonya Cho, dan seorang gadis muda seumuran Kyuhyun. Kyuhyun berniat
untuk mandi dan berbenah diri dulu sebelum mengikuti acara makan malam bersama
yang appa-nya adakan.
"Kyuhyun-ah! Beri salam pada tamu appa!"
Pekik tuan Cho saat dilihatnya putranya itu berjalan begitu saja melewati ruang
tamu tanpa memberikan salam. Mendengar itu Kyuhyun hanya terdiam.
"Hyun-ah!" Tak enak di hadapan para tamu
itu, Kyuhyun akhirnya berbalik dan membungkuk memberi salam. Saat menegakkan
tubuhnya kembali, ia menatap dingin gadis yang menjadi salah satu tamunya itu.
Setelah itu ia langsung pergi dan masuk kekamarnya acuh.
Saat makan malam pun tiba. Meski Kyuhyun setuju untuk
mengikutinya, namun ia sama sekali tak menunjukkan ketertarikannya pada acara
malam itu. Ia terus asik berkutat dengan gadgetnya hingga nyonya Cho harus
menegurnya beberapa kali.
"Maafkan kelakuan putraku, tuan Kim. Terkadang ia
memang bersikap kekanakan." Ucap tuan Cho di sela makan malamnya.
"Ah, ye. Gwenchana. Melihatnya membuatku teringat
waktu mudaku dulu." Tuan Kim dan tuan Cho pun tertawa, diikuti dengan
nyonya Kim dan nyonya Cho.
"Aigo, kau ini bisa saja. Ah, geunde. Tidakkah
sebaiknya kita memberikan waktu lebih banyak untuk Kyuhyun dan Younghyun bisa
saling mengenal?" Timpal nyonya Kim yang membuat Kyuhyun dan Younghyun
terkejut dan membelalakkan mata mereka secara bersamaan.
"Mwo?!" Pekik Kyuhyun tak senang, membuat
semua yang ada di ruangan itu menoleh kearahnya kecuali Younghyun yang masih
menatap eomma-nya tak percaya.
"Ah, Hyun-ah. Wae geurae? Tenanglah. Appa dan
eomma memang sengaja mengundang tuan dan nyonya Kim untuk bisa membahas
perjodohan antara kau dan Kim Younghyun." Jelas nyonya Cho yang ia kira
akan bisa mendinginkan suasana.
"Mwo? Perjodohan? Tsk. Belum puaskah appa dan
eomma mengatur hidupku selama ini?" Ucap Kyuhyun sarkastis kemudian
bangkit dan meninggalkan tempat itu dengan kesal.
"Hyun-ah!" Panggil nyonya Cho yang sama
sekali tak didengar oleh Kyuhyun. Tak enak dengan tamunya, ia pun meminta maaf
kemudian beranjak menyusul putra sematawayangnya. Tuan Cho yang masih di
tempatnya hanya bisa berdehem canggung.
"Ahjussi, appa, eomma. Jwosonghaeyo, tapi aku ada
janji penting malam ini. Karena itu aku harus pamit duluan. Mengenai perjodohan
ini, mungkin kita bisa bahas lagi lain waktu. Kalau begitu aku permisi."
Ucap Younghyun yang membuat tuan dan nyonya Kim tak kalah terkejut.
Beberapa lama kemudian, setelah tuan dan nyonya Cho
berhasil mengakhiri acara makan malam mereka, tuan Cho meluapkan amarah dan
rasa kecewanya pada Kyuhyun.
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Kyuhyun.
"Anak tidak tahu diri! Apa kau tidak sadar bahwa
kelakuanmu itu membuat appa dan eomma malu, hah?!" Mendengar teriakan
appa-nya, Kyuhyun hanya terdiam. Nyonya Cho dan Louise yang melihat hal itupun
ikut terdiam takut.
"Kau anak tak berguna! Appa tidak mau tahu lagi.
Terima perjodohan ini, atau kau angkat kaki dari rumah ini dan jangan harap
appa dan eomma akan menerimamu lagi!"
"Yeobeo, tenanglah." Ucap nyonya Cho
berusaha menengahi.
Tuan Cho pun beranjak dan masuk ke kamarnya masih
dengan emosi. Sedangkan Kyuhyun masih terdiam di tempatnya dengan kedua
tangannya yang sudah terkepal menahan sakit di pipinya.
"Hyun-ah. Eomma mohon pikirkanlah kembali. Ikuti
saja appa-mu dan terimalah perjodohan ini. Ini juga demi masa depan bisnis
kita. Tuan Kim sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan kita
dan secara resmi ia telah menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah
appa-mu. Eomma tidak mau terjadi perselisihan yang akhirnya menjurus pada
bisnis di keluarga kita." Kyuhyun masih terdiam tak menghiraukan
penjelasan eomma-nya. Ia masuk ke kamarnya, mengenakan mantelnya dan dengan
cepat meraih kontak mobilnya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan rumah
itu.
**
Kyuhyun melajukan mobilnya kencang di tengah
kekalutannya. Ia sangat membenci appa-nya sejak dulu bahkan sampai sekarang.
Appa-nya sama sekali tak berubah dan itu membuat Kyuhyun sangat sedih. Di saat
seperti inilah Kyuhyun sangat membutuhkan sosok 'hyung'nya. Ia menepikan
mobilnya dan mulai menitikkan airmatanya.
Hyung, mianhae. Aku tidak menepati janjiku untuk tidak
menangis. Aku sangat memerlukanmu saat ini. Ucap Kyuhyun dalam hatinya, sembari
menelungkupkan wajahnya pada kemudi mobil.
Di sisi lain, Younghyun memilih untuk mengunjungi
sebuah cafe langganannya untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Ia
berbohong pada kedua orangtuanya tentang janji dengan seseorang. Ia hanya ingin
menghindar dari situasi sulit yang terjadi di acara makan malam bersama itu.
Sendirian, Younghyun merenung sambil sesekali menyesap jus yang ia pesan. Ia
kembali teringat akan sosok Donghae yang sangat ia kagumi. Ia sadar, bahwa
terlalu banyak perbedaan antara dirinya dan Donghae yang akan membuat
orangtuanya tak setuju. Tapi ia tak bisa membohongi perasaannya. Sakit. Itulah
yang dirasakannya saat ini. Ia menengadahkan wajahnya untuk mencegah airmatanya
jatuh.
"Menangislah, jika kau memang ingin
menangis." Suara seseorang mengejutkan Younghyun. Seorang pria tampan tiba-tiba
sudah berdiri dihadapannya dengan sapu tangan yang sudah terulur untuknya.
"Hyukjae sunbae..?"
**TBC**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar