Kamis, 15 Agustus 2013

Remember The Days - Part 4





Title :
Remember The Days - 4
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC), Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan Lee (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya Kim (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-15
Notes :
Ff ini terinspirasi dari ff lain yg berjudul "A Song For You". Dgn ide & beberapa bagian cerita yg sudah dirombak & dimodifikasi. No bash. No copy-paste. No plagiarism. Just read it & hopefully u guys amused. Jgn lupa komennya. Gomawo!


*Storyline*
"H-Hyukjae? Hyukie-ah? Kaukah itu?" Tanya Donghae terbata-bata, tak percaya bahwa sahabatnya itu telah benar-benar menemukannya. Hyukjae melepaskan pelukannya. Matanya tampak basah karena airmata. Ia tersenyum lebar memandangi wajah Donghae.
"Aku tak percaya kau bisa tumbuh menjadi seorang pria yang sangat tampan. Apa kau mau menyaingiku, hah?" Ledek Hyukjae yang membuat mereka berdua tertawa.

"Aku sangat senang kau baik-baik saja. Selama ini kami sangat merindukanmu, Hae-ah." Ucap Hyukjae setelah mereka masuk dan duduk di ruang tamu rumah Donghae. Donghae sempat terdiam. Ia tertegun mendengar kata 'kami' pada ucapan Hyukjae. Bayangan Kyuhyun kecil kembali terlintas dalam benaknya.
"Hae-ah, kenapa kau tak mencari kami saat kau memutuskan untuk kembali ke Seoul?" Tanya Hyukjae yang membuyarkan lamunan Donghae saat itu.
"Mian. Aku hanya tidak ingin mengganggu kalian. Aku tahu kalian pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Aku hanya masih menunggu waktu yang tepat untuk bisa benar-benar menemui kalian kembali." Balas Donghae merasa bersalah.
"Ah, gwenchana. Kenapa kau jadi merasa bersalah begitu? Yang penting sekarang aku sudah berhasil menemukanmu. Kudengar ibumu juga meninggal sebelum kau ke Gimhae, apa itu benar?"
"Ne." Jawab Donghae sedih karena kembali diingatkan tentang eomma-nya.
"Aku turut berduka untukmu, Hae-ah. Hidupmu pasti sulit sekali selama ini. Apa kau tidak mau tinggal bersamaku saja?"
"Anieyo, gwenchana. Lagipula dari sini lebih dekat dengan kampus Miran."
"Miran?" Hyukjae terlihat berpikir, mengingat-ingat sebuah nama yang terdengar familiar baginya. "Ah, benar. Kau kan punya adik perempuan. Jadi apa kabarnya si kecil Miran? Dia juga baik-baik saja kan?" Lanjut Hyukjae.
"Ne, dia baik-baik saja. Dia mendapatkan beasiswa di universitas Seoul." Jawab Donghae sambil tersenyum. Jika menyangkut Miran, semangat Donghae akan kembali karena kebanggaannya akan dongsaengnya itu.
"Geundae Hyukie-ah, bagaimana kau bisa tahu rumahku?" Tanya Donghae penasaran.
"Aku bertanya pada salah seorang pelayan di tempatmu bekerja. Dan oh, apa kau kenal dengan gadis bernama Kim Younghyun? Dia adalah temanku saat kuliah dulu, sekaligus putri dari pemilik restoran tempatmu bekerja saat ini." Papar Hyukjae yang membuat Donghae membulatkan kedua matanya. Ia teringat ucapan Younghyun yang menyatakan bahwa dia hanya sekedar pelanggan tetap di restoran itu, dan bukan pemilik restoran itu. Jadi selama ini Younghyun berbohong? Pikir Donghae.
"J-jadi.. Younghyun temanmu? Dia pemilik restoran itu?" Tanya Donghae berusaha memastikan dengan sedikit terbata.
"Ne. Majayo. Geundae, kenapa dengan ujung bibirmu itu? Terjadi sesuatu, Hae-ah?" Balas Hyukjae penuh selidik.
"Oh ini.. Ne, terjadi sesuatu di restoran. Hanya salah paham, aku sudah tidak ingin membahasnya."
"Apa kau ingat seperti apa orang yang memukulmu itu? Kau lihat wajahnya?" Cecar Hyukjae.
"Aku tak terlalu memperhatikannya. Kejadiannya begitu cepat. Setelah ia datang dan tiba-tiba memukulku, Younghyun berusaha menengahi dan pria itu pergi bersama Younghyun. Yang kuingat, ada bekas luka di keningnya. Tapi sudahlah, untuk apa kau menanyakan ini sampai sedetil itu?"
"Apa kau sungguh tak mengenalinya?" Hyukjae terus mengejar Donghae dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Entahlah. Sepertinya tidak. Hyukie-ah, wae? Dari tadi kau serius sekali ingin tahu tentang hal ini. Aku tidak apa-apa kok. Aku bahkan sudah memaafkannya."
"Apa kau memaafkannya karena kau tidak mengenalinya?"
"M-musuniriya?" Balas Donghae yang semakin tidak mengerti.
"Bagaimana kalau aku bilang bahwa pria yang memukulmu itu adalah Kyuhyun? Apa kau masih akan memaafkannya?"
Tembakan Hyukjae tepat mengenai sasaran. Mendengar itu, Donghae seakan melemas. Jantungnya kembali berdebar tak stabil dan ia tak bisa mengendalikan emosinya saat itu. Ia berusaha mencerna perkataan Hyukjae yang begitu mengejutkannya.
**

Miran baru saja menyelesaikan kuliahnya di hari itu. Ia berjalan pelan menuntun sepedanya hingga keluar gerbang kampusnya, setelah itu mulai mengayuhnya. Miran bukan tipe gadis yang akan menikmati perjalanannya sambil memandangi suasana perkotaan. Ia mengayuh sepedanya dengan cepat karena ia ingin cepat sampai ke rumah dan memastikan bahwa oppa-nya baik-baik saja.
Karena terlalu cepat, ia sampai tidak menyadari bahwa di persimpangan yang ia lalui, sebuah mobil sedan audi berwarna hitam sedang melaju menuju ke arahnya. Miran begitu terkejut hingga kehilangan fokusnya. Audi hitam itu pun berhenti mendadak tepat di depan Miran, hingga menimbulkan bunyi berdecit yang memekakkan telinga.

Ckiiiiiitttttttttt... Braaakkkkkkkkk....!!!

Miran terjatuh tertimpa sepedanya, karena ternyata audi hitam itu tetap menabraknya meskipun tidak keras. Miran berusaha bangkit dan merintih karena kakinya yang berdarah.
Pemilik audi hitam itu pun keluar dan mendekati Miran.
"Mianhaeyo. Gwenchanayo?" Ucap pemilik mobil itu yang ternyata adalah Kyuhyun. Miran cukup terkejut melihatnya, karena merasa kalau wajah Kyuhyun familiar.
"Kau...?" Ucap Kyuhyun lagi yang ternyata juga menyadari bahwa Miran adalah gadis yang pernah ia lihat sebelumnya.
"Kakiku berdarah dan stang sepedaku bengkok. Sekarang bagaimana aku bisa pulang?" Ujar Miran ketus.
"Mwo? Yak, aku kan sudah minta maaf kenapa kau malah marah. Lagipula kau yang salah, nyelonong seenaknya di persimpangan seperti ini. Masih untung kau tidak ditabrak truk atau bus." Balas Kyuhyun tak kalah pedas. Kyuhyunpun mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada Miran.
"Igeo! Kukira ini cukup. Lagipula lukamu tidak parah dan sepedamu masih bisa kok dikendarai." Kyuhyun meyodorkan uang itu, namun Miran hanya memandanginya dengan tatapan tak senang. Meski begitu, Miran tetap menerima uang itu, lalu...

Bughh!

Miran menendang Kyuhyun tepat di tulang keringnya. Membuat Kyuhyun mengaduh kesakitan sambil memegangi kakinya.
"Akkhh!! Yak!!!! Kau benar-benar monster!!" Pekik Kyuhyun.
Miran menanggapinya dengan seringai penuh kemenangan. Sambil menuntun sepedanya ia berlalu meninggalkan Kyuhyun yang masih kesakitan, sebelum akhirnya ia kembali mengayuh sepedanya itu.
**

Kyuhyun kembali melajukan mobilnya. Namun kali ini dengan penuh emosi lantaran kejadian tak menyenangkan yang baru saja ia alami. Bertemu gadis yang seperti monster, begitu pikirnya. Mengingat itu membuat kakinya semakin sakit dan ia harus meringis untuk menahannya.
"Sial!" Umpatnya dengan suara agak tertahan karena sakit di kakinya.
"Awas saja kalau sampai aku melihatmu lagi. Akan kubalas!"
Mobil Kyuhyun akhirnya sampai di depan sebuah rumah besar. Rumah keluarga Kim. Hari itu ia sengaja datang untuk bisa membicarakan masalah perjodohannya dengan Younghyun pada tuan dan nyonya Kim.

"Aigo, tak kusangka kau akan datang kemari. Jadi, kalian sudah memutuskan untuk menerima perjodohan ini? Ah, johtta!" Ucap nyonya Kim, yang duduk berhadapan dengan Kyuhyun dan Younghyun di ruang tamu rumahnya saat itu.
"Ne, eommonim." Balas Kyuhyun sopan. Membuat nyonya Kim semakin gembira sedangkan Younghyun hanya bisa melemparkan tatapan sinisnya pada pria di sampingnya.
"Aigo, Kyuhyun-ah. Kau bahkan sudah memanggilku 'eommonim', aigo. Neomu kyeopta. Membuatku semakin tak sabar untuk segera menikahkan kalian." Ujar nyonya Kim sambil terus terkekeh. Setelah itu nyonya Kim beranjak menuju meja makan untuk bisa menjamu calon menantunya itu.
"Kurasa ini sudah semakin gila." Tukas Younghyun berbisik pada Kyuhyun. Pria itu hanya menyeringai kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Younghyun.
"Kau masih menganggap ini permainan? Silahkan saja. Kau sudah memutuskan untuk ikut dalam permainan ini bukan? Jadi mari kita selesaikan. Lagipula ini tidak benar-benar permainan untukku. Karena di sini aku benar-benar menyukaimu." Balas Kyuhyun juga dengan berbisik, tepat di telinga Younghyun. Membuat gadis itu merinding.
"Aku menunggu kalian di ruang makan, ternyata kalian malah bermesraan di sini. Bagaimana kalau pernikahannya dipercepat saja?" Goda nyonya Kim dengan senyum lebar.
"A-anieyo, eomma. Ige mwoya?" Balas Younghyun salah tingkah kemudian melepas paksa tangan Kyuhyun yang ada di pinggangnya.

Setelah Kyuhyun pulang, Younghyun masuk ke dalam kamarnya dan merenung. Ia kembali dirundung kegalauan jika harus memikirkan rencana perjodohan dirinya dengan Kyuhyun. Ia masih tak percaya pada perubahan sikap dan juga pikiran Kyuhyun yang begitu mencolok. Bagaimana mungkin Kyuhyun bisa dengan mudah menyukainya, padahal di acara makan malam waktu itu Kyuhyun bahkan tak menunjukkan ketertarikan sama sekali padanya. Bukankah itu aneh? Apakah Kyuhyun tipe orang yang mudah dipengaruhi? Younghyun jadi semakin tak yakin akan keputusannya menerima perjodohan itu. Ini gila. Lagipula, Younghyun tak ada perasaan apapun pada Kyuhyun.
Bayangan Donghae kembali muncul. Younghyun semakin bingung dan sedih. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Ia tahu bahwa hubungannya dengan Donghae tak akan mendapat restu, dan itu membuatnya semakin tersiksa. Ia sudah terlanjur mencintai pria itu. Pria sederhana, seorang pelayan, tidak berpendidikan. Younghyun, kau gila! Rutuknya dalam hati sambil mengacak rambutnya frustasi. Ia kembali teringat saat Louise menatap Donghae penuh makna. Itu membuatnya sangat sesak. Membuatnya sangat cemburu.
**

Setelah mengayuh sepedanya dengan cukup bersusahpayah, Miran akhirnya sampai juga di rumah. Ia terkejut saat mendapati ada orang lain di rumahnya.
"Oppa, aku pulang! Oppa odisseo?"
"Annyeong. Kau pasti Miran." Tiba-tiba dari arah kamar Donghae, seorang pria keren menampakkan wujudnya dan tersenyum sumringah.
"Nuguya? Apa yang kau lakukan di kamar oppa-ku? Mana Donghae oppa?"
"Ah, aku Lee Hyukjae. Apa oppa-mu tak pernah cerita soal aku padamu? Apa mungkin kau tak ingat aku? Aku sahabat lama oppa-mu. Ketua kelas yang dulu pernah datang untuk menyerahkan surat pernyataan keluarnya Donghae dari sekolah. Kau ingat?" Jelas Hyukjae panjang lebar.
"Aku tak ingat." Hanya balasan singkat itulah yang keluar dari mulut Miran, membuat Hyukjae salah tingkah karena canggung dan malu akan sikap bodohnya itu.
"Dimana Donghae oppa?" Tanya Miran lagi.
"Ah, itu.. Oppa-mu sedang istirahat di kamar. Sepertinya ia kelelahan. Sebaiknya kita jangan mengganggunya dulu, okay?" Hyukjae berusaha menutupi kebenaran. Ia tidak ingin Miran khawatir. Setelah menceritakan yang sebenarnya pada Donghae mengenai Kyuhyun, Donghae tiba-tiba saja sulit bernapas dan tubuhnya berkeringat, hingga akhirnya ia harus demam. Hyukjae sudah membujuknya untuk ke rumah sakit, namun Donghae terus menolak. Hyukjae hanya berharap bahwa demam itu tidak parah dan bisa segera sembuh.
Beruntung, Miran menuruti saja perkataan Hyukjae. Ia pun berjalan menuju kamarnya sendiri untuk berganti pakaian.
"Miran-ssi, jamkanmanyo."
"Waeyo?"
"Kakimu kenapa? Kau terluka."
"Oh, tadi seseorang menabrakku hingga aku jatuh tertimpa sepeda. Tapi tidak apa-apa, ini hanya luka kecil. Sebentar juga sembuh."
"Anieyo. Darahmu masih terus keluar. Harus segera diobati. Biarkan aku mengobatimu, eoh?" Tawar Hyukjae. Melihat raut wajah Hyukjae yang tulus mengkhawatirkannya, Miranpun kembali menuruti tawaran pria itu. Entah bagaimana, Miran merasa Hyukjae adalah pria yang baik dan ia nyaman bersama dengan pria itu. Sama seperti ketika ia sedang bersama Donghae, oppa-nya sendiri.
**

Di dalam kamarnya, Donghae masih pada posisi tidur di ranjangnya. Namun ia sama sekali tak tertidur. Ia tak memedulikan nyeri yang ia rasakan karena demam. Terlalu banyak hal dalam pikirannya. Membuat dadanya sesak karena ia harus menangis. Menjadi Donghae yang rapuh, tanpa ada satupun yang tahu. Ia melepaskan semua bebannya melalui airmata itu. Perkataan Hyukjae terus terngiang dalam benaknya.

*Flashback*
"Pria yang memukulmu waktu itu.. Itu Kyuhyun. Younghyun menceritakan semuanya padaku. Juga tentang Kyuhyun yang dijodohkan dengannya." Ucap Hyukjae lagi yang membuat Donghae semakin sesak saja. Apa maksud dari semua ini? Apakah Tuhan sedang mempermainkannya? Donghae terus berperang dengan pikirannya sendiri.
"Sebelum kau pergi ke Gimhae, Kyuhyun mengalami kecelakaan dan membuatnya dalam keadaan kritis selama hampir 2 bulan. Dari kecelakaan itulah, ia mendapat luka di keningnya yang membekas hingga sekarang. Setelah lulus sekolah dasar, ayahnya mengirimnya ke Inggris hingga tamat kuliah. Dan itu semua tidak membuatnya melupakanmu, Hae-ah. Ia masih terus memikirkanmu. Ia bahkan berubah menjadi penyendiri, pemikir, dan dingin sejak kau tidak ada bersamanya. Aku tidak bisa menggantikan posisimu, Hae-ah.." Jelas Hyukjae sebelum Donghae tumbang karena tubuhnya yang kian bergetar dan terasa nyeri.
*End of flashback*

"Oppa?" Suara Miran mengejutkan Donghae. Dengan cepat Donghae mengusap airmatanya dan berpura-pura tidur dengan memejamkan kedua matanya. Donghae merasakan Miran yang semakin mendekat.
"Oppa demam. Kita harus ke rumah sakit, eoh?" Bujuk Miran.
"Mian, Hae. Aku tidak bisa berbohong lebih lama pada adikmu." Terang Hyukjae yang sudah berdiri di samping Miran. Karena berpura-pura tidur tak berhasil, Donghae pun membuka kembali kedua matanya. Ia menatap Miran dan Hyukjae secara bergantian.
"Aku tidak apa-apa. Sudahlah, tak perlu mencemaskanku. Aku tidak ingin menjadi beban." Ujar Donghae yang membuat Miran dan Hyukjae tertegun.
"Beban? Apa maksud oppa? Oppa sama sekali tak menjadi beban. Kau sudah bekerja keras selama ini, oppa. Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang." Miran terus membujuk Donghae agar mau menurut untuk di bawa ke rumah sakit. Ia membantu Donghae untuk bangkit dari tempat tidurnya.
"Anieyo! Apa kau tidak lihat aku baik-baik saja?!" Bantah Donghae dengan nada kesal dan meninggikan intonasinya. Miran dan Hyukjae terpaku. Mereka benar-benar tak mengerti apa yang membuat Donghae jadi temperamen seperti itu.
Tak lama kemudian, masih dalam situasi yang sulit antara Donghae, Miran, dan Hyukjae, tiba-tiba ponsel Miran berbunyi.
"Yoboseyo. Appa?"
"...................."
"Mwo? Appa sudah tiba di Seoul? Dimana? Biar aku menjemputmu, appa. Sekarang Donghae oppa--" ucapan Miran terpotong saat tiba-tiba Donghae merebut ponselnya.
"Appa, jigeum odisseo?" Sela Donghae.
"..................."
"Ah, arasseo. Aku akan segera ke sana, appa." Ucap Donghae cepat kemudian bangkit dan bersiap untuk pergi.
"Oppa! Kau pikir kemana kau akan pergi? Kau masih demam, kau harus istirahat, oppa!" Cegah Miran namun tak sedikitpun ditanggapi oleh Donghae. Donghae menghambur keluar dengan terburu-buru. Miran terus berteriak namun Donghae tak mendengar. Miran yang mulai lelah mulai menangis. Hyukjae yang masih di sana, berusaha menenangkan Miran.
"Miran-ssi, kajja. Kita ikuti saja kemana oppa-mu pergi. Aku bawa mobil." Ajak Hyukjae yang hanya  di balas anggukan oleh Miran.

Hyukjae dan Miran sudah berada di dalam mobil. Hyukjae berpikir bahwa Donghae pasti akan pergi ke halte bus dan menuju stasiun untuk menjemput appa-nya. Namun tanpa mereka sadari, ternyata Donghae masih belum pergi. Ia bersembunyi di balik dinding gang rumahnya. Ia hanya tidak ingin Hyukjae dan Miran mengkhawatirkannya dan harus merepotkan mereka berdua. Kau sungguh keras kepala, Donghae! Rutuk Donghae dalam hatinya. Setelah mobil Hyukjae sudah menjauh, Donghae dengan segera berjalan menuju tempat appa-nya menunggunya, meski dengan terengah-engah karena kondisi fisiknya yang buruk.
**

Tuan Cho baru saja menyelesaikan urusan bisnisnya di luar negri. Setelah pesawat mendarat di Incheon International Airport, Kyuhyun sudah menunggu untuk menjemput appa-nya. Meskipun ia membenci appa-nya, ia tetap tak bisa memberontak, karena pada kenyataannya itu semua akan sia-sia. Appa-nya akan selalu menang darinya. Ia hanya berharap appa-nya bisa berubah. Begitu melihat appa-nya keluar dari pintu kedatangan, Kyuhyun berjalan mendekatinya dan membantu membawakan tasnya. Appa-nya terlihat heran dengan perlakuan Kyuhyun namun ia sama sekali tak mengatakan apapun, terimakasih sekalipun atau sekedar menanyakan kabar. Kyuhyun yang sudah terbiasa dengan itu tidak terlalu ambil pusing. Mereka berdua kemudian berjalan menuju mobil, masih dalam keheningan.

Di tengah perjalanan mereka yang terkesan membosankan dan mencekam itu, 2 orang berpakaian aneh dan mencurigakan tiba-tiba men-stop mobil mereka. Sialnya, jalan yang mereka lalui saat itu memang jalanan yang sepi. Sebuah jalan tembus yang Kyuhyun kira akan lebih cepat membawanya sampai ke rumah. Bukan jalan raya yang padat kendaraan. 2 orang itu masing-masing mendekati Kyuhyun dan appa-nya. Mereka menggedor pintu mobil dengan kasar. Memaksa Kyuhyun dan appa-nya untuk membukanya. Salah seorang yang berada di dekat Kyuhyun menodongkan pisaunya. Mengancam akan menusukkannya pada Kyuhyun jika tuan Cho tidak memberikan uang.
"Cepat serahkan harta kalian, atau anak ini kami sakiti!" Ujar penjahat 1 yang tengah mengunci leher Kyuhyun dan menodongkan pisaunya. Tuan Cho yang mendengar itu begitu panik. Ia terlihat sibuk mengeluarkan dompet, arloji, dan semua uang dari tasnya untuk diserahkan pada penjahat-penjahat itu.
"Hanya ini saja?! Aku tahu kau menyimpan banyak uang! Serahkan semuanya!!" Penjahat 2 yang berada di dekat tuan Cho ikut berujar.
"Kalau kau tidak memberikannya, terpaksa anak ini kami sakiti!" Penjahat 1 mulai melancarkan aksinya. Dengan kejam, ia menorehkan pisaunya pada pipi Kyuhyun, hingga meninggalkan luka goresan cukup panjang di sana.
"Aaaaaakkkkhhhhh..." Rintih Kyuhyun yang sama sekali tak bisa melawan.
"Hentikan! Hentikan!! Jangan sakiti anakku! Kumohon. Ini.. Bawalah semua. Bawa semuanya! Jangan sakiti dia!!" Seru tuan Cho bergetar. Sekeras apapun ia, ia tetaplah seorang ayah yang tidak ingin anaknya terluka.
Tak lama setelah itu, penjahat 2 yang tengah asik menghitung jumlah uang pemberian tuan Cho tiba-tiba roboh begitu saja. Ternyata seseorang datang dan memberi pertolongan. Seorang pria baya dengan kayu besar di tangannya, entah darimana ia mendapatkannya. Ia memukulkan kayu itu pada penjahat 2, dan berjalan menuju penjahat 1 untuk bisa melumpuhkannya juga. Penjahat 1 beralih menodongkan pisaunya pada tuan penolong itu, yang ternyata adalah tuan Lee -ayah Donghae dan Miran.
"Cepat pergi dari sini! Pergi!" Seru tuan Lee pada tuan Cho dan Kyuhyun. Kyuhyun yang kesakitan masih merintih dan memegangi pipinya. Ia tidak bisa mengemudikan mobilnya saat itu. Akhirnya tuan Cho dengan cepat menukar posisinya dengan Kyuhyun, sebelum penjahat-penjahat itu kembali melukai mereka. Tuan Cho sempat ragu, tapi ia juga tidak tahan melihat Kyuhyun yang kesakitan. Ia pun melajukan mobilnya sambil sesekali melihat tuan Lee dari spion mobilnya. Saat ia tengah menatap spion itu, terlihat seorang pemuda yang ikut membantu tuan Lee. Samar-samar, seiring mobilnya yang terus melaju menjauh, ia melihat wajah pemuda itu. Entah kenapa tuan Cho merasa pernah mengenalnya. Tiba-tiba kejadian bertahun-tahun yang lalu kembali terbersit dalam benaknya. Kejadian kecelakaan Kyuhyun 12 tahun yang lalu, penyebab Kyuhyun keluar dari mobilnya dulu. Pemuda itu. Apakah dia...? Tuan Cho terus bergelut dalam pikirannya sendiri. Tubuhnya masih bergetar, napasnya terengah-engah karena detak jantung yang cepat. Ia menelan ludahnya kasar dan semakin gusar saat ia menyadari bahwa pemuda itu adalah Lee Donghae. Teman baik putranya yang miskin itu.
**

Donghae terkejut saat melihat appa-nya yang sudah berkelahi dengan seorang tak dikenal. Bahkan pria tak dikenal itu membawa pisau. Tuan Lee yang menyadari kedatangan Donghae kehilangan fokusnya dan lengah. Kesempatan bagi penjahat itu untuk menghujamkan pisau itu di perut tuan Lee. Donghae yang melihat kejadian itu sangat terpukul. Dengan kondisinya yang sudah buruk, lagi-lagi ia kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya bergetar, detak jantungnya kembali tak stabil, napasnya memburu. Ia mengepalkan kedua tangannya berusaha untuk kuat, sambil terus berjalan mendekati appa-nya.
"APPAAAAAAAA!!!!!!!!!!" Pekik Donghae marah dengan kedua matanya yang merah dan basah karena airmata. Donghae mengambil kayu besar dari tangan appa-nya dan memukulkannya sekuat tenaga, tanpa ampun pada penjahat itu. Namun sayangnya, penjahat-penjahat itu berhasil meloloskan diri. Donghae terhuyung dan terjatuh di samping appa-nya yang sudah tergeletak bersimbah darah meskipun appa-nya tidak kehilangan kesadarannya.
"Hae-ah, mianhae.." Ucap tuan Lee lirih.
"A-appa.. Appa bertahanlah.. Aku akan meminta bantuan.." Balas Donghae tak kalah lirih, bahkan terisak.
"Apa.. kau lihat.. cara appa berkelahi tadi? Appa... hebat tidak? Appa... baru saja menyelamatkan sepasang ayah dan anak. Tidakkah kau... bangga... memiliki appa seorang... pahlawan?" Ucap tuan Lee lagi terbata-bata.
"Appa.. Appa, bertahanlah! Aku sudah menghubungi ambulans.. Bertahanlah, appa!" Donghae terus menangis.
"Sudahlah.. A-appa pikir... Mungkin... Inilah saatnya.. Hae-ah.. Jaga adikmu... Appa.. Mencintai kalian berdua... Hiduplah dengan baik.." Tuan Lee tampak semakin kesulitan untuk bernapas dan berbicara. Melihat itu Donghae semakin histeris. Perlahan tuan Lee memejamkan kedua matanya dan denyut nadi tak ditemukan lagi oleh Donghae. Donghae begitu terpukul. Ia menangis sejadinya saat itu. Tak lama, ambulans baru datang. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Semua sudah terlambat.
**

Hyukjae dan Miran tampak berlari di koridor rumah sakit. Mereka mencari dimana Donghae dan menuntut penjelasan mengenai keadaan tuan Lee -ayah mereka.
"Oppa! Apa yang terjadi?! Katakan padaku, oppa! Dimana appa?!" Miran melontarkan semua pertanyaannya dengan penuh emosi. Ia tak bisa mengendalikan dirinya. Ia belum siap menerima kenyataan. Donghae masih terdiam. Ia hanya menundukkan wajahnya yang begitu kusut itu. Begitu pucat, dengan perasaan yang begitu hancur. Noda darah tuan Lee nampak jelas pada pakaian Donghae. Miran terus menuntut penjelasan dari Donghae, ia menarik kerah Donghae dan menggoyang-goyangkannya marah. Hyukjae yang tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa terdiam memandangi kekalutan dan luapan emosi dari kakak-beradik dihadapannya.
"Appa...sudah pergi, Miran. Ini salahku. Bunuh saja aku. Bunuh saja aku!" Ucap Donghae pada akhirnya. Miran menurunkan tangannya dari kerah Donghae. Bibirnya bergetar, ia kehilangan keseimbangannya. Tiba-tiba saja Miran merasa sulit bernapas. Hyukjae yang berdiri tak jauh dari Miran dengan cepat menopang tubuh Miran. Donghae dan Miran tak bisa mencegah airmata mereka untuk tidak turun. Mereka berdua menangisi kepergian ayah mereka yang tak terduga itu. Hingga tiba-tiba Donghae terjatuh dan kehilangan kesadarannya.
"Oppa!"
"Donghae-ah!"
Pekik Miran dan Hyukjae yang sempat didengar oleh Donghae sebelum semuanya menjadi gelap dalam pandangannya.
**

Di depan cermin, Kyuhyun mengamati luka di pipinya yang telah di plester. Setiap kali melihat luka itu, entah kenapa perasaan Kyuhyun jadi tak enak. Samar-samar ia ingat bahwa ada seseorang yang datang menolong kala itu. Namun ia tak terlalu memperhatikan karena sakit di pipinya yang membuyarkan konsentrasi. Ia merutuk dirinya sendiri. Kenapa sebagai laki-laki ia begitu bodoh dan lemah. Ia bahkan tak bisa melindungi dirinya sendiri dan juga appa-nya. Tapi sejak kejadian itu, tuan Cho berubah menjadi lebih perhatian padanya. Mungkin karena tuan Cho trauma jika Kyuhyun sampai disakiti lagi.
"Oppa, sampai kapan kau akan berdiri di sana? Younghyun eonni akan memutuskanmu jika kau terlalu lama berdandan." Ledek Louise yang melenyapkan segala pemikiran Kyuhyun.
"Tsk, yak! Berhenti menggangguku dan urus saja pria korea kenalan barumu itu!"
"Pria korea? Nugu?" Louise mengernyitkan keningnya tampak berpikir sejenak. "Ahh.. Maksudmu Donghae-ssi? Oppa, dia sangat tampan dan baik. Kau tega sekali memukulnya waktu itu. Kupikir jika ia bukan seorang pelayan aku pasti sudah mengejarnya dan menjadikannya pacarku." Ucap Louise lagi. Kyuhyun yang mendengar nama itu langsung berbalik menatap Louise.
"Kau bilang siapa namanya tadi?"
**TBC**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar