Selasa, 28 Januari 2014

FOREVER







Author : kxanoppa
Genre : romance, tragedy, angst
Cast : park chanyeol (exo-k), kris (exo-m), hwan sara (OC)
Rating : pg-15
Length : one-shot
Notes : hello! This is kxanoppa and this is just a fiction. Park chanyeol belongs to God, SM ent, EXO, and his family while the story and OC belong to me. Copying and bashing are not allowed! But I'd be thankful if you can give me some feedbacks and appreciations through comment :D 

“—Berjanjilah padaku. Kau akan selalu ada saat aku membutuhkanmu dan tidak akan pernah meninggalkanku—“


**


Suatu malam di pertengahan musim dingin, seorang pria terlihat duduk seorang diri sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. Wajahnya berubah cerah dengan mata berbinar dan senyum lebar ketika dilihatnya seorang wanita yang berlari ke arahnya.
"Noona! Yogi yogi.." Seru pria itu sambil mengayunkan tangannya, meminta wanita itu agar lebih cepat.
Wanita itu menghentikan larinya sebelum sampai karena terengah dan mencoba mengatur nafasnya yang pendek karena lelah. Kepalanya pening dan pandangannya tiba-tiba mulai buram. Park Chanyeol yang mengetahui itu langsung menuju ke tempatnya dengan raut cemas.
"Noona gwenchana?" Tanya Chanyeol panik.
"Ah.. Gwenchana. Aku hanya lelah setelah berlari," jawab wanita itu sambil tersenyum.
"Noona pasti lelah. Maafkan aku karena memintamu keluar di malam yang sedingin ini. Wajah noona pucat sekali, noona pasti kedinginan," ujar Chanyeol dengan nada penyesalan.
"Aniya. Aku baik-baik saja, Chanyeol-ah," balas wanita itu meyakinkan.
Tak lama setelah itu, Chanyeol sudah berjongkok didepannya lalu berkata, "Sara noona, ayo naik ke atas punggungku. Aku akan menggendongmu sampai ke cafe itu!" Serunya antusias dengan salah satu tangannya yang menunjuk ke arah cafe yang dimaksud.
Sara yang melihat itu sempat terkejut dan ragu. Ia merasa itu akan merepotkan bagi Chanyeol. Tapi ia tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa saat itu ia benar-benar merasa lelah. Akhirnya ia putuskan untuk menuruti kemauan kekasihnya itu. Sesekali bersikap manja tidak apa-apa 'kan?

Selama perjalanan, Chanyeol tidak merasa terbebani sedikitpun. Ia justru tersenyum lebar dan bersenandung sangat gembira seperti anak kecil yang menggemaskan. Mengetahui itu Sara jadi tersentuh. Perkiraan Sara bahwa Chanyeol akan menurunkannya di depan cafe ternyata salah. Chanyeol terus membawanya hingga memasuki cafe dan membuat semua pelayan juga pengunjung yang ada di sana memperhatikan mereka berdua. Alhasil, Sara harus merunduk menutupi wajahnya yang bersemu merah karena malu.
"Chanyeol-ah," panggil Sara, berusaha meminta Chanyeol untuk segera menurunkannya.
"Nah, tuan putri, kita sudah sampai," ujar Chanyeol tanpa mengindahkan panggilan Sara sebelumnya.
Sara masih menunduk berusaha menutupi rasa malunya, setelah ia duduk di salah satu bangku.
"Noona kenapa wajahmu merah? Ah, kyeoptaa.." Goda Chanyeol yang tidak ditanggapi oleh Sara.
"Noona~ noona noona noona noona~" panggil Chanyeol manja beberapa kali.
"Waeee?" Balas Sara sedikit gemas.
"Apa noona marah? Kenapa diam saja?"
"Aniya. Geunyang... Ah, dwaesseo.." Sara masih belum bisa menatap mata Chanyeol. Bukan berarti dia marah. Dia hanya belum bisa menormalkan detak jantungnya.
Tak lama setelah itu pelayan datang menghampiri mereka dan memberikan buku menu. Chanyeol memilih dengan riang ketika Sara memutuskan untuk menyamakan pesanannya. Malam itupun mereka habiskan berdua di cafe sambil menghangatkan diri dari dinginnya udara di luar.
"Ah.. Aku senang sekali akhirnya bisa bersama noona lagi malam ini!" Seru Chanyeol yang kembali memulai percakapan.
"Kau ini. Bukankan kemarin-kemarin kita juga selalu bertemu?" Balas Sara.
"Noona! Aku 'kan bosan harus belajar seharian. Hatiku sepi dan sengsara saat noona tak ada dalam jarak pandangku,"
Sara tertegun mendengar pernyataan itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa sebagai balasannya.
"Noona! Mulai sekarang berjanjilah padaku. Kau akan selalu ada saat aku membutuhkanmu dan tidak akan pernah meninggalkanku. Araji?" Pinta Chanyeol masih dengan senyum cerahnya. Sara benar-benar merasa tersudut dengan permintaan itu. Jauh di dalam lubuk hatinya, hal itu juga adalah keinginan terbesarnya.
Sara membalas sendu tatapan penuh binar milik Chanyeol, sebelum berkata "ne.. Arasseo, Chanyeol-ah.."

Hari semakin larut. Chanyeol pun memutuskan untuk segera mengantarkan Sara pulang. Namun Sara menolaknya dengan alasan tidak ingin merepotkan Chanyeol.
"Noona yakin tidak ingin kuantar?" Tanya Chanyeol sekali lagi.
"Eung. Tidak apa-apa, Chanyeol-ah. Pulanglah dan cepat tidur. Besok kau harus sekolah," balas Sara.
"Noona.. Yakin tidak apa-apa?"
"Aigu... Apakah aku terlihat selemah itu? Aku akan baik-baik saja. Percayalah," ucap Sara meyakinkan.
Setelah benar-benar yakin, Chanyeol pun menurut untuk kembali ke dormnya. Chanyeol bersekolah di salah satu sekolah elit dengan banyak peraturan dan mengharuskannya tinggal di dorm bersama teman-teman sekolahnya. Meskipun Sara terpaut 3 tahun lebih tua, Chanyeol sangat menyayanginya. Hubungan mereka sudah terjalin selama hampir 1 tahun dan Sara berhasil mengubah Chanyeol yang pemurung menjadi Chanyeol yang periang dan bahagia. Bagi Chanyeol, Sara adalah sumber kebahagiaannya. Tidak peduli jika ada begitu banyak perbedaan di antara mereka.

**

Sesampainya di rumah, Sara dikejutkan dengan keadaan rumah yang berantakan. Botol-botol minuman dan bungkus makanan berserakan. Baru saja ia hendak membereskannya, seseorang justru mengejutkannya.
"Ya! Hwan Sara!" Pekik seorang pria tinggi berparas tampan dengan garis wajah yang mirip dengan Sara.
"K-kris oppa," balas Sara terkejut.
Pria bernama Kris itu berjalan mendekati Sara dan menoyorkan kepala Sara dengan keras.

"Darimana saja kau, hah? Mana uangnya?!" Teriak Kris di depan wajah Sara. Sara menelan ludahnya susah payah. Ia takut dan seperti ingin menangis.
"M-mianhae, oppa. Tapi gajiku di bulan kemarin sudah kuberikan pada oppa semuanya. Aku tidak punya uang lagi, oppa.."
"Bukankah kau bisa meminta pada kekasihmu yang kaya raya itu?!" Kris mengusap wajahnya frustrasi ketika Sara mulai menitikkan airmatanya.
"Aku tidak mau tahu. Kau harus berikan padaku sisanya. Kalau tidak, biar aku sendiri yang memintanya pada kekasih bodohmu itu!" Lanjut Kris emosi kemudian berlalu memasuki kamarnya dengan membanting pintu.
Sara terduduk lemas dan menangis sejadinya saat itu. Ia tidak mungkin membiarkan kakaknya meminta uang pada Chanyeol. Bagaimana mungkin ia tega membebani kekasihnya hanya demi memenuhi keinginan kakaknya yang tukang judi?

Keesokan harinya Chanyeol kembali menghubunginya. Sara yang saat itu masih sibuk bekerja sebagai buruh pabrik tidak bisa benar-benar menanggapi panggilan Chanyeol. Hingga selesai waktunya bekerja, Sara baru membaca sms dari Chanyeol yang mengajaknya bertemu di taman kota. Setelah membereskan semua barangnya, Sara bergegas menuju taman dengan menghubungi Chanyeol terlebih dulu.

Di taman, Sara mencari bangku kosong untuk menunggu kedatangan Chanyeol. Namun ia terkejut saat dilihatnya seorang pria berseragam sekolah yang begitu familiar sudah duduk di sudut taman. Sara menghampirinya setelah yakin bahwa pria itu adalah Chanyeol.
"Chanyeol-ah.." Panggil Sara.
"Ah noona! Kau sudah datang? Aku menunggumu lama sekali lho," balas Chanyeol sedikit gelagapan kemudian menyunggingkan senyum lebar andalannya.
"Jam berapa kelasmu berakhir?" Tanya Sara.
"Ehm.. Jam 2.." Jawab Chanyeol dengan ekspresi berpikir.
"Mwo?! I-itu berarti kau sudah menungguku lebih dari 2 jam?! Aigu, Chanyeol-ah.. Mianhae.. Seharusnya 'kan kau tahu kalau aku baru selesai bekerja jam 5 sore.." Balas Sara merasa bersalah.
Chanyeol menunjukkan cengirannya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar-benar seperti anak usia 10 tahun, tapi tetap menggemaskan. Tak lama kemudian, Sara mulai menyadari sesuatu. Ia merasa curiga lantaran Chanyeol terus menyembunyikan satu tangannya dibalik punggungnya. Ditambah lagi, ia sempat gelagapan saat pertama Sara menegurnya.
"Geundae.. Apa itu yang ada di tanganmu?" Tanya Sara penasaran.
"M-mwo? Ah.. Noona, apa noona tidak ingat ini hari apa?"
"Hari...rabu?"
"Aigu, noona! Bagaimana kau bisa melupakan hari ulangtahunmu sendiri?!" Pekik Chanyeol cukup nyaring meskipun dengan suara bassnya.
"M-mworago? Aigu.. Jadi hari ini sudah ulangtahunku ya?" Sara benar-benar merasa bodoh.
Chanyeol mengeluarkan tangan yang daritadi ia sembunyikan. Setangkai bunga mawar merah sudah dalam genggamannya, dimana ada sesuatu yang berkilau di antara mahkota bunga mawar itu.
"Saengil chukkahamnida, saengil chukkahamnida, saranghaneun Hwan Sara... Saengil chukkahamnida~" ucap Chanyeol bersenandung dengan begitu romantis.
"Chanyeol-ah.." Sela Sara berkaca-kaca.
"Selamat ulangtahun, noona. Terimakasih sudah hadir dihidupku. Semoga kita bisa terus bersama selamanya. Ini hadiah dariku. Aku membelinya dengan hasil tabunganku sendiri dari bekerja part-time dan bukan dari uang orangtuaku," lanjut Chanyeol panjang lebar.
Sara begitu terharu. Ia tidak pernah ingin menyusahkan Chanyeol. Ia juga sedikit sensitif jika itu sudah menyangkut uang atau latar belakang Chanyeol yang kaya raya. Sara tidak ingin Chanyeol salah paham ataupun merasa kasihan pada keadaan keluarga Sara yang sederhana. Oleh karena itu Chanyeol tidak pernah memaksa Sara untuk menerima pemberiannya yang berdasar atas harta orangtuanya.
Sara pun meraih mawar itu dan menemukan sebuah cincin yang sangat cantik terselip di dalamnya.
"Itu bukan emas. Tapi aku membelinya dengan cinta 24 karat yang tak akan pernah luntur," jelas Chanyeol lagi dengan senyuman khasnya.
Sara terdiam. Ia tidak bisa membendung airmatanya lagi. Dipeluknya Chanyeol dengan erat sambil terus mengucapkan "gomawo, Chanyeol-ah.. Gomawo.."

Tanpa mereka berdua sadari, seseorang tengah memperhatikan mereka dari dalam mobilnya dan dari balik kacamata hitamnya. Seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik dan berkelas; nyonya Park. Dia adalah ibu Chanyeol yang diam-diam sedang dalam perjalanan menuju dorm untuk melihat keadaan putra semata wayangnya. Nyonya Park begitu terkejut menyaksikan putranya yang seorang ahli waris tunggal berpelukan dengan seorang gadis biasa di taman kota. Tentu itu akan sangat mencoreng nama baik keluarga.
"Jang ahjussi bisakah aku meminta tolong padamu?" Tanya nyonya Park pada asisten kepercayaan keluarganya.
"Tolong selidiki wanita itu. Cari tahu siapa dia, dimana dia tinggal, apa pekerjaannya. Semua tentangnya dan kabari aku secepatnya," lanjut nyonya Park.
Pria baya yang merasa diperintah itupun langsung menyanggupi dan nyonya Park memutuskan untuk kembali pulang.

**

"Noona, apa kau senang?" Tanya Chanyeol setelah selesai menonton bioskop bersama Sara.
"Apa masih perlu ditanyakan lagi? Apa wajahku belum menunjukkan perasaan yang bahagia?" Balas Sara sedikit sewot.
"Noona kenapa jadi sewot? Noona kalau marah-marah terlihat semakin cantik," goda Chanyeol.
Pipi Sara memanas karena malu dan ia memukul lengan Chanyeol sebagai tanda kekesalannya. Meskipun ia tahu itu sama sekali tidak menyakitkan bagi Chanyeol.
"Gomawo, Chanyeol-ah..." Ucap Sara lagi.
"Sampai kapan kau akan mengatakan itu, noona? Aku tidak tuli. Cukup sekali kau mengatakannya, atau kau mau kucium?" Goda Chanyeol sekali lagi.
"Ya, Park Chanyeol!" Wajah Sara makin memanas dan ia semakin kesal saat Chanyeol justru menertawainya dengan keras.
"Aigu, uri Sara noona memang yang paling imut!" Seru Chanyeol riang.
Sara terlihat masih manyun karena kesal, tapi tak lama setelah itu ia tersenyum. Senyum bahagia dan lega karena ia masih memiliki Chanyeol disampingnya. Ia tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi jika Chanyeol meninggalkannya.
"Noona, apa kau lelah?" Tanya Chanyeol ketika Sara berjalan sambil menggandeng erat lengan Chanyeol dan menyenderkan kepalanya di sana.
"Aniya.. Saat bersamamu aku merasa sangat sehat dan bersemangat.." Balas Sara meski dengan suara sedikit parau.
"Udara semakin dingin. Kurasa sebaiknya noona pulang dan beristirahat. Aku tidak ingin noona sakit," Chanyeol melepas syal miliknya dan memakaikannya pada Sara.
"Tapi aku belum lelah, Yeol-ah.." Ujar Sara meyakinkan.
"Apa sekarang noona sedih karena harus berpisah denganku hari ini?"
"A-aniya.. Bukan seperti itu juga.. Aku hanya--"
"Noona! Sara noona! Saranghae~" sela Chanyeol dengan kecupan singkat di pipi yang membuat Sara membelalakkan matanya.
"Mian, tapi aku harus kembali sekarang. Aku baru ingat kalau besok ada tugas yang harus dikumpulkan.." Lanjut Chanyeol lagi.
"Noona terlihat pucat. Istirahatlah, noona. Kita bertemu lagi besok.. Okay?"
Sara masih terdiam. Mendadak otaknya tidak berfungsi dengan baik.
"Lihat! Busnya sudah datang. Hati-hati, noona.. Aku akan memperhatikanmu dari sini sampai busnya menghilang dari pandanganku.." Ucap Chanyeol yang masih antusias.
"Arasseo.. Kau juga, hati-hati.. Sampai bertemu besok.. Gomawo untuk hari ini.." Balas Sara kemudian ia mulai melangkah memasuki bus.
"Ahh, noona!" Seru Chanyeol tiba-tiba yang membuat Sara menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Jangan pernah lepaskan cincin itu sampai kapanpun! Araji?" Ucap Chanyeol setengah berteriak. Sara hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya.
Setelah bus berjalan, Sara bisa melihat Chanyeol yang tersenyum lebar dan melambaikan tangannya penuh semangat, membuat Sara terkekeh karena tingkah kekanakan kekasihnya itu. Dipandangnya cincin perak dengan hiasan berkilau yang terpasang cantik di jari manisnya dan lagi-lagi ia tak bisa berhenti tersenyum.

**

Hari-hari berikutnya masih berjalan dengan baik. Sara dan Chanyeol selalu menyempatkan waktu mereka untuk bertemu. Entah untuk sekedar makan ataupun mengobrol. Kakak Sara tidak terlihat di rumah sejak ancamannya tempo hari. Entah kemana ia pergi untuk menghabiskan uang Sara. Tapi Sara tidak terlalu memedulikannya, asalkan Chanyeol ada disisinya ia tak akan merasa sedih.
Hingga suatu ketika, ia melihat kakaknya, Kris, seperti sedang bernegosiasi dengan seorang wanita paruh baya dengan gaya dandanan yang sangat glamor, di depan rumahnya. Sara yang penasaran kemudian mendekati mereka.
"Kris oppa, apa yang terjadi?" Tanya Sara sembari menunduk hormat pada wanita paruh baya itu.
Wanita itu melepaskan kacamata hitamnya dan menatap Sara dingin.
"Kau yang bernama Hwan Sara?" Tanya-nya.
"Ah, ne. Apa ada yang bisa saya bantu, nyonya? Apakah anda kebetulan mengenal saya?"
"Beliau adalah nyonya Park. Sekaligus ibu dari kekasihmu, Park Chanyeol. Beliau datang menawarkan uang pada kita. Dengan alasan.. Kau harus menjauhi Chanyeol.." Sahut Kris menjelaskan dengan tatapannya yang lurus pada nyonya Park.
"N-ne?" Sara yang tidak mengerti hanya memandang kakaknya dan nyonya Park bergantian.
"Bukankah kalian sangat membutuhkan uang? Kudengar sendiri pengakuan dari kakakmu. Ia bahkan setuju dengan tawaranku. Jadi mulai sekarang jangan pernah ganggu putraku lagi. Berhenti menemuinya.." Ujar nyonya Park begitu dingin dan menusuk bagi Sara. Hati Sara berdenyut sakit.
"N-ne? Jamshiman-yo, ahjumma.." Sara berusaha memohon pada nyonya Park saat nyonya Park mulai melenggang untuk memasuki mobilnya.
"Ahjumma, jebal.. Jangan seperti ini kumohon.. Kami saling mencintai, tidak bisakah kau memberikan kami kesempatan? Aku akan berusaha untuk menjadi wanita berpendidikan seperti yang kau inginkan, ahjumma.. Aku akan sekolah lagi dan menjadi wanita yang pintar setelah aku mengumpulkan banyak uang.." Mohon Sara dengan airmata yang sudah menganak-sungai dipipinya.
Nyonya Park yang mendengar itu mendengus seraya berkata "sampai kau mengumpulkan uang? Berapa lama lagi? 10 tahun? Atau 20 tahun? Kau akan membuat putraku menunggu selama itu? Dasar gadis bodoh!"
"Ahjumma... Jebal..." Pinta Sara yang kini sudah berlutut dan memeluk kaki nyonya Park.
Nyonya Park tidak mengindahkan hal itu dan justru merasa terganggu. Dihempaskannya kakinya hingga Sara terjatuh. Namun Sara tidak menyerah. Ia tetap meraih kaki nyonya Park dan memeluknya lagi dan lagi. Nyonya Park sangat marah hingga menyuruh beberapa asistennya untuk menjauhkan gadis miskin itu darinya. Sara terus berusaha memohon. Ia berucap dengan susah payah, diiringi isak tangisnya yang terdengar memilukan. Namun tak satupun dari semua orang yang ada di sana -termasuk kakaknya- yang berniat untuk membantunya. Semuanya terasa begitu tak adil dan menyakitkan bagi Sara.
Nyonya Park berhasil masuk dalam mobilnya dan meninggalkan Sara dalam keadaan yang 'mengenaskan' dan terduduk di aspal.
"Hentikan tangisan konyolmu itu jika kau tak mau disangka orang sakit jiwa!" Seru Kris kemudian masuk ke dalam rumah begitu saja dengan setumpuk uang dalam genggamannya. Ia sama sekali tak peduli pada Sara.
Sara masih terpaku ditempatnya, ketika ia memandangi kembali cincin pemberian Chanyeol di jari manisnya. Hatinya semakin teriris mengingat ia harus menjauhi Chanyeol. Tidak akan ada lagi senyum jenaka itu. Tidak akan ada lagi wajah menggemaskan itu. Tidak akan ada lagi Chanyeol yang memanggilnya noona dengan riang. Tidak akan ada lagi Chanyeol dan Sara yang bahagia.

**

Keesokan malamnya, seseorang datang dan menggedor pintu rumah Sara dengan keras. Sara terkejut saat tahu bahwa ternyata Chanyeol yang datang, dalam keadaan yang tidak baik. Chanyeol terengah-engah dan... Menangis.
"Chan-Chanyeol-ah.."
"Noona... Noona ayo pergi.. Ayo kita pergi bersama, noona.." Ucap Chanyeol tersendat-sendat.
Melihat penampilan Chanyeol yang seperti itu Sara merasa sangat sedih. Ia mengusap wajah Chanyeol dengan lembut. Baru saja ia ingin menyanggupi keinginan Chanyeol, namun ia segera teringat akan perkataan nyonya Park. Ia tidak ingin memperkeruh suasana dan membuat segalanya makin buruk. Apalagi jika itu menyangkut Chanyeol.
"Mianhae.." Ucap Sara yang mulai terisak.
"Pergilah denganku noona. Aku akan membawa uang tabunganku dan kita bisa bersama.. Aku berjanji akan mulai mencari pekerjaan. Setelah itu kita bisa menikah dan hidup bahagia.." Ucap Chanyeol lagi dengan senyum terpaksa.
Sara tahu Chanyeol sama hancurnya saat mereka berdua harus berpisah seperti ini. Kenapa takdir begitu tak adil?
Chanyeol jatuh berlutut dihadapan Sara dengan isak tangisnya yang semakin menjadi.
"Noona... Selamatkan aku..." Ia memohon.
Sara membekap mulutnya untuk menahan tangisnya. Meskipun itu tak bisa menahan rasa sakit dihatinya.
"Aku... Aku dijodohkan.. Eomma menjodohkanku... Aku tidak mau, noona.."
Mendengar itu Sara semakin sakit. Direngkuhnya tubuh pria itu untuk memberikan sedikit kekuatan.
"Mianhae... Mianhae..." Hanya kata itu yang terucap dari bibir Sara.

Malam itu adalah malam terakhir pertemuan mereka berdua. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam tiba-tiba datang dan 2 orang pria keluar dari dalamnya, berusaha membawa Chanyeol pergi jauh dari Sara. Chanyeol meronta ketika tangan-tangan kedua pria itu menariknya kuat.
"Andwae! Sara noona! Lepaskan aku!" Teriaknya beberapa kali. Hati Sara tersayat melihat kejadian itu. Sara berusaha semampunya untuk bisa menggapai Chanyeol kembali namun ia tak cukup kuat untuk menandingi 2 pria berbadan tegap itu.
Sara tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan kisah cintanya bersama Chanyeol dan Chanyeol pun menyerah pada jalan takdirnya. Meskipun ia tidak benar-benar menutup hatinya untuk Sara karena ia tidak akan pernah berhenti mencintai wanita yang selama ini selalu bersamanya dan memberinya kebahagiaan. Tanpa Sara, kebahagiaan itu tidak ada..

**

Beberapa tahun berlalu. Sara benar-benar menepati ucapannya sendiri untuk bersekolah lagi. Ia berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu universitas ternama. Kakaknya, Kris mulai menyadari segala kesalahannya dan merenungkannya di balik jeruji besi setelah pihak kepolisian menemukannya tengah berjudi beberapa bulan yang lalu. Sara dengan sabar dan tulus rutin mengunjunginya meski ia sendiri terpuruk karena sakit hatinya dan itu membuat Kris malu pada dirinya sendiri.

Di tengah perjalanannya pulang dari universitas, Sara tak sengaja melihat tayangan berita dari layar lcd di pusat kota. Dari layar tersebut dibahas berita mengenai putra sekaligus pewaris tunggal keluarga Park. Putra pemilik Metro Company yang sangat terkenal di dunia perbisnisan korea, Park Chanyeol. Pria yang pernah dan akan selalu ada dihatinya itu akan segera menikah dengan seorang model cantik dan juga terkenal. Betapa sakitnya hati Sara ketika ia harus kembali diingatkan akan perpisahannya dengan Chanyeol. Sara terpaku ditempatnya saat itu. Tak henti-hentinya menatap wajah yang begitu ia rindukan meski melalui layar lcd. Menatapnya tanpa berkedip, seakan itu adalah saat terakhirnya untuk mampu melihatnya. Sara menangis. Tidak hanya di mata-nya, tapi juga dihatinya. Sara hancur.

Di kediaman keluarga Park, Chanyeol begitu tertekan dan frustrasi. Ia harus terus memainkan drama yang tidak tahu kapan akan berakhirnya. Ia sangat membenci ibunya tapi ia juga tidak ingin dianggap anak durhaka. Ia terus bergelut dengan pikirannya sendiri.
Hingga beberapa hari berlalu dan tiba-lah hari pernikahan Chanyeol yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Park. Chanyeol begitu terpojok, tersudut, tak bisa menghindar lagi. Di usianya yang masih muda ia harus menikahi seorang gadis pilihan orangtuanya yang tidak pernah ia cintai sedikitpun. Hati Chanyeol hancur, tak berbentuk lagi setiap kali ia mengingat tentang Sara. Bagaimana Sara akan selalu tersenyum saat melihatnya. Bagaimana Sara tertawa, kesal, marah. Bagaimana Sara mengkhawatirkannya seperti seorang ibu. Bagaimana Sara memperlakukannya lebih baik dibandingkan dengan ibunya sendiri. Ia merindukan semua itu. Ia merindukan Sara hingga rasanya ia mau mati.
Chanyeol duduk di depan meja rias. Dihadapan cermin, ia memperhatikan penampilannya yang sudah sangat rapi dan tampan dengan setelan tuxedo putih. Saat-saat yang sangat ia impikan bisa ia alami bersama Sara. Namun semuanya sudah terlanjur. Terbersit sebuah pemikiran dalam benak Chanyeol. Ia meyakini itu sebagai satu-satunya cara agar ia bisa terbebas dari siksaan hatinya. Selamanya.

Nyonya Park mengetuk beberapa kali pintu ruangan dimana Chanyeol bersiap-siap. Namun tak ada jawaban apapun dari sana. Sambil sesekali memeriksa jam di ponselnya yang semakin mendekati waktu pemberkatan nikah, nyonya Park begitu khawatir dan gelisah. Ia-pun memanggil beberapa asistennya untuk mendobrak pintu yang terkunci itu, dan betapa terkejutnya mereka semua saat dilihatnya Chanyeol yang sudah tergeletak bersimbah darah di lantai. Ia memotong pergelangan tangannya sendiri. Pekat merah darah menodai sebagian besar pakaiannya yang berwarna putih bersih. Wajah tampan Chanyeol yang cerah kini begitu redup dan pucat. Chanyeol sudah pergi. Memutuskan secara sepihak bahwa itu adalah cara terbaik untuknya bisa bahagia kembali. Suara teriakan memilukan pun terdengar hampir di seluruh penjuru koridor bangunan itu.

**

Semangat hidup Sara sudah hilang tak berbekas. Meskipun tetap beraktivitas seperti biasa, Sara begitu 'kosong'. Raganya ada tapi jiwanya seakan terenggut entah kemana. Hwan Sara bukan lagi gadis ramah dan ceria seperti dulu. Kini ia tak lebih dari sekedar mayat hidup. Ia duduk di depan televisi di rumahnya dengan pandangan kosong. Beberapa kali ia mengganti channel namun tak satupun dari channel-channel itu yang ia perhatikan dengan baik. Sara sudah 'mati'. Sara sudah 'tidak ada'.
Ia menghentikan aksi penggantian channel itu pada sebuah channel berita. Dimana kematian mengejutkan putra pemilik Metro Company menjadi topik utamanya.
Masih dengan pandangan kosongnya yang lurus ke layar televisi, Sara berucap lirih.
"Park Chanyeol..? Mati?" Ia mendengus, terkekeh masam. "Tidak... Tidak mungkin.. Chanyeol tidak mati.. Penyiar itu bodoh. Sangat bodoh.."
Tak lama kemudian ia mematikan televisinya dan beranjak untuk bersiap pergi ke universitas.

Di perjalanannya, hampir seluruh layar lcd di pusat kota mengabarkan berita kematian Chanyeol. Namun Sara seakan tutup mata dan telinga. Ia tidak tahu hal itu. Ia tidak mendengar hal itu. Tidak tidak tidak. Chanyeol masih hidup dan mereka akan bersama lagi seperti dulu. Sara terus meyakinkan dirinya. Hingga akhirnya langkahnya terhenti. Hatinya seperti mau lepas. Sakit sekali. Airmatanya tumpah. Ia menangis dalam diam. Seperti orang sakit jiwa. Ia berjongkok menahan dadanya yang sesak dan mulai semakin terisak. Orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya memperhatikannya heran. Sara memukul-mukul dada dan kepalanya berulang kali. Meyakinkan dirinya bahwa Chanyeol tidak mati seperti yang diberitakan.
"Chanyeol tidak mati! Chanyeol tidak mati!"
Hingga tiba-tiba terdengar suara gemerincing yang membuatnya terhenyak. Cincinnya. Cincinnya dari Chanyeol terlepas dan terlempar.
"Tidak! Cincinku! Aku sudah berjanji padanya..! Cincinku!" Seru Sara berkali-kali dengan wajah penuh airmata. Ia mulai mencari dimana cincinnya dan menemukannya tengah menggelinding. Ia mengejar cincin itu tanpa memperhatikan sekelilingnya. Ia berhasil mendapatkan cincin itu kembali, namun terlambat untuk menyadari bahwa sebuah truk pengangkut barang tengah melaju kencang ke arahnya.
Suara berdebam yang cukup keras diikuti teriakan memilukan kembali terdengar ketika Sara sudah tergeletak bersimbah darah, namun dengan sedikit kesadarannya yang tersisa ia masih bisa tersenyum untuk terakhir kalinya. Setidaknya cincin itu sudah berada dalam genggamannya. Jika kita tidak ditakdirkan bersama di dunia ini, mungkin kita bisa bersama di dunia yang lain...

*END*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar