Kamis, 31 Oktober 2013

Remember The Days - Part 8





Title :
Remember The Days - 8
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship, Romance
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC), Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya Kim (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-17
Notes :
Annyeong chingudeul! Masih ingatkah sama ff ini? Aku harap kalian msh ingat dan msh berkenan buat ngikutin ff-ku yg satu ini :’)
Buat yg baca, smg suka ya dan jgn lupa tinggalin jejak lwt komen :B
No bash. No copy-paste. No plagiarism.



*Storyline*

Hari itu, Younghyun berencana untuk berkunjung ke rumah Donghae. Donghae telah menerima keputusan Younghyun untuk mencintainya. Hal itu tentu membuat Younghyun sangat bahagia dan melupakan masalah penyakitnya yang ia sembunyikan –meski sejenak.

*Flashback*
Malam itu, ketika Kyuhyun membawa Younghyun ke rumah sakit setelah gadis itu pingsan di kafe...

“Uisa-nim..” panggil Younghyun pada dokter yang memeriksanya, saat dokter itu hendak pergi meninggalkannya untuk menemui Kyuhyun di luar ruang UGD.
“Tolong jangan beritahu siapapun tentang penyakitku. Katakan padanya aku hanya lelah dan asma-ku kambuh, uisa.. Kumohon..” pinta Younghyun serius, membuat dokter itu keheranan.
“Musuniriya, agashi? Jadi—kau sudah tahu tentang penyakit ini? Sejak kapan? Penyakitmu sudah semakin serius. Kau harus di rawat di rumah sakit dan juga menjalani serangkaian terapi.” Ujar dokter itu tak kalah serius dengan raut wajahnya yang begitu khawatir.
“Arayo, geunyang.. Butakhi-juseyo (aku mohon padamu), uisa-nim.. Biarkan aku saja yang mengatakan ini padanya.. Aku—hanya masih belum siap untuk mengatakan padanya sekarang.. Aku berjanji untuk kembali ke rumah sakit dan menjalani terapi setelah ini..” ucap Younghyun memohon, hingga akhirnya berhasil membuat dokter itu menyerah dan mengikuti saja permintaan Younghyun. Meski pada akhirnya-pun, Younghyun sama sekali tak menepati perkataannya untuk menjalani terapi. Younghyun takut kalau terapi itu akan semakin menyakitinya. Toh, terapi juga tidak akan bisa menyembuhkannya.
Younghyun sudah cukup lama mengetahui penyakitnya, bahkan sebelum dirinya dijodohkan dengan Kyuhyun. Ia hanya terlalu takut untuk mengaku pada keluarganya dan juga Kyuhyun, karena ia tidak ingin membuat orang-orang di sekelilingnya sedih walaupun sebenarnya dirinya sendiri sangat terpukul dengan fakta mengerikan itu. Ia juga selalu berusaha terlihat kuat agar jangan sampai membuat orang lain curiga dan mengkhawatirkannya. Pertemuannya dengan Kyuhyun membuat hidupnya sedikit berubah dan Kyuhyun telah memberi warna tersendiri dalam hidup gadis itu. Tidak mencintai Kyuhyun, bukan berarti ia juga tidak membutuhkan sosok Kyuhyun. Younghyun menyayangi dan menganggap Kyuhyun seperti saudaranya sendiri. Jauh di dasar lubuk hatinya, ia sangat berterimakasih pada Kyuhyun yang selalu berusaha melindunginya.
*Flashback end*

“Annyeong..” sapa Younghyun ramah pada Miran, saat dirinya sudah sampai di depan sebuah rumah sederhana.
“Onnie? Kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau datang? Aku belum sempat membersihkan rumah..” balas Miran terkejut akan kedatangan Younghyun. “Dan juga—Donghae oppa sedang tidak di rumah. Dia bilang dia mau mencoba melamar kerja di tempat lain karena lamarannya yang sebelumnya di tolak.” Ujar Miran lagi seraya membukakan pintu.
“Melamar kerja? Untuk apa? Bukankah seharusnya dia bisa kembali ke restoran?” tanya Younghyun heran.
“Hmm.. Itu..” Miran terlihat kebingungan. “Sebenarnya Donghae oppa sudah dipecat dari restoran, onnie.. Onnie mollaseo?” lanjut Miran lagi.
“Mwo?” Younghyun sangat terkejut dengan kabar itu. Ia tidak percaya appa-nya akan setega itu memecat Donghae dari restoran. Ia juga merasa bersalah karena alasan appa-nya memecat Donghae pasti karena dirinya. Kenapa Donghae tak jujur padanya? Pikir Younghyun.
Tanpa pikir panjang lagi, Younghyun segera mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Donghae untuk meminta penjelasan. Miran yang masih berdiri di sana hanya bisa menatap Younghyun dalam diam.
**

Siang itu panas cukup terik, hingga membuat Donghae harus berulang kali mengusap peluh di keningnya, dalam perjalanannya menuju sasaran kerjanya yang berikutnya, yaitu sebuah kafe. Suara dentingan bel di atas pintu kafe berbunyi nyaring ketika Donghae membukanya dan masuk.
“Annyeong haseyo” sapa beberapa staf yang bertugas saat itu, menyambut kedatangan Donghae.
“Ah, permisi.. Tapi apakah aku bisa melamar pekerjaan di kafe ini?” tanya Donghae sopan pada salah satu staf yang ada di sana.
“Jwoseong-e-yo. Tapi toko ini sedang tidak membuka lowongan. Kebetulan manajer kami juga sedang tidak ada, jadi kami tidak bisa memberi keputusan.” Jawab staf itu. Donghae hanya mengangguk mengerti kemudian memutuskan untuk keluar dari kafe itu.
“Arasseo.. Gamsahamnida..” ucap Donghae kemudian pergi.

Saat sudah berdiri di depan kafe, Donghae hanya bisa mendesah. Ia bingung harus pergi kemana lagi untuk mencari pekerjaan. Tak lama ponselnya berdering.
“Yoboseyo..” jawab Donghae.
“.................”
“Aku—aku sedang di—“ Balas Donghae terbata sebelum akhirnya melanjutkan kembali. “Aku di depan kafe Platinum, di jalanan Daechi..”
“................”
“Tidak perlu.. Aku bisa menanganinya sendiri..”
Klik! Sambungan telponpun terputus. Donghae memandangi ponselnya cukup lama sebelum akhirnya menyimpannya kembali dalam saku celananya. Ia-pun melanjutkan perjalanannya demi mencari tempat yang bisa ia datangi untuk melamar pekerjaan. Saat ia hendak menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil membunyikan klaksonnya kuat-kuat, tepat di hadapannya. Terlihat dengan jelas siapa di balik kemudi mobil itu. Seorang gadis terhormat, yang sampai kini masih sulit untuk ia percaya bahwa gadis itu telah menjadi gadisnya.
Donghae menatap lurus ke arah Younghyun, demikian pula gadis itu.

Younghyun keluar dari mobilnya dan berusaha mengajak Donghae untuk ikut bersamanya. Tak peduli jika ada banyak pengemudi mobil lain di belakangnya yang membunyikan klaksonnya membabi-buta karena kesal.
“Ppalli darawa!” seru Younghyun seraya menarik lengan Donghae. Namun Donghae tak bergeming. Sesuai percakapan mereka di ponsel sebelumnya, Donghae sangat tahu kemana gadis itu akan membawanya. Younghyun ingin membahas masalah pemecatan Donghae dengan tuan Kim –ayah Younghyun.
“Oppa!” pekik Younghyun akhirnya dengan mata berkaca-kaca. Pertama kalinya Younghyun memanggil Donghae dengan sebutan itu, membuat Donghae tertegun sejenak.
“Jangan pedulikan aku, Young. Aku bisa tangani masalahku sendiri, aku tak mau kau terlibat lebih jauh. Aku ini laki-laki. Kembalilah. Lihat sudah banyak orang yang marah karena terhalang mobilmu.” Ucap Donghae pelan, sambil melepaskan tangan Younghyun dari lengannya.
“Shireo! Aku tidak akan pergi sampai oppa ikut denganku!” Younghyun masih tidak beranjak dan terus meneriaki Donghae yang kini mulai berjalan menjauh. Donghae begitu bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia sangat membutuhkan pekerjaan. Namun di sisi lain, ia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi jika itu adalah gadisnya. Sudah cukup gadisnya banyak berkorban untuknya.

Setelah sampai di seberang, Donghae menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk melihat gadisnya lagi. Ia cukup terkejut saat tahu ternyata Younghyun berusaha mengikutinya. Dilihatnya gadis itu sudah berada di tengah jalan dan masih berusaha menyebrang. Terlihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arah gadisnya, Donghae begitu panik.
“Younghyun-ah! Awas!!” teriak Donghae sejadinya dan berlari sekuat tenaga, menghentikan beberapa kendaraan yang melintas dengan paksa demi menyelamatkan Younghyun yang begitu nekad dan gegabah.
Ditariknya gadis itu dalam dekapannya dan ia berhasil mengamankannya. Jantung Donghae masih berdetak tak karuan. Kejadiannya begitu cepat. Donghae tak bisa membayangkan jika dirinya terlambat sedikit saja, mungkin ia akan kehilangan gadisnya.
Tubuh Younghyun bergetar hebat. Sulit baginya untuk mencerna kembali apa yang baru saja terjadi. Ia mencengkeram pakaian Donghae saat itu, berusaha menghilangkan ketakutannya.
Donghae memeluknya begitu erat, seakan takut jika Younghyun akan pergi.
“Jangan pernah—melakukannya lagi.. Aku tidak mau melihatmu terluka—sedikitpun..” ucap Donghae dengan napas terengah-engah. Younghyun yang mendengarnya begitu tersentuh. Ia sedih, sekaligus menyesal karena sudah membuat Donghae begitu khawatir. Younghyun tak membalas ucapan Donghae, dan justru mengeratkan pelukannya pada pria itu, tak peduli jika banyak pasang mata yang menyaksikannya atau bahkan mencibir kelakuan mereka di tepi jalan siang itu.
**

Kyuhyun memutuskan untuk mulai ikut berkecimpung di perusahaan appa-nya. Semua itu ia lakukan sebagai pelariannya dari sakit hatinya setelah ditinggalkan oleh Younghyun. Sulit bagi Kyuhyun untuk bisa melupakan gadis itu begitu saja.
“Hyun-ah, karena kau sudah memutuskan untuk ikut andil dalam perusahaan ini, aku jadi bisa hidup tenang. Akhirnya aku bisa mempercayakan perusahaan ini sepenuhnya padamu.” Ucap tuan Cho lega. Kyuhyun yang diajak bicara hanya terdiam.
“Bagaimana persiapan acara pertunanganmu dengan Younghyun? Apakah semuanya lancar?” tanya tuan Cho lagi yang membuat Kyuhyun semakin terdesak dan tersudut. Ia kebingungan mencari alasan yang tepat untuknya bisa mengalihkan topik itu.
“Ehm.. Tentang itu.. Aku bisa menanganinya. Gokjonghajimaseyo.” Balas Kyuhyun cepat, meski agak kelabakan pada awalnya. Tuan Cho yang mendengar itu mengangguk paham.
“Kurasa kita perlu untuk membicarakan acara pertunangan ini sekali lagi. Bagaimana kalau kita undang keluarga Kim untuk makan malam lagi di rumah kita?” pertanyaan appa-nya kali itu benar-benar skakmat bagi Kyuhyun.
“A-Anieyo.. Untuk apa? Bukankah semuanya sudah jelas?” timpal Kyuhyun yang mulai panik.
“Wae? Akan lebih baik jika kedua belah pihak bertemu sekali lagi sebelum acara itu dilangsungkan. Undang mereka untuk makan malam di rumah malam ini!” titah appa-nya tegas yang membuat Kyuhyun tidak bisa lagi berkelit.
**

Louise begitu bosan karena seharian tidak ada rencana apapun dan hanya berdiam diri di rumah. Hingga akhirnya terbersit dalam pikirannya untuk mengunjungi toko kue itu lagi. Tentu saja toko kue milik Hyukjae, apalagi kalau bukan Tous Les Jours.
“Imo, aku ijin pergi sebentar ya! Ada janji dengan teman!” pekik Louise dari ruang tengah, pada bibinya yang sedang berada di kamarnya. Mendengar teriakan itu, nyonya Cho-pun keluar.
“Wae? Memangnya janji dengan siapa? Geundae, apa kau tidak melanjutkan kuliahmu di Inggris? Sebenarnya berapa lama masa liburmu?” tanya nyonya Cho yang membuat binar wajah Louise jadi meredup seketika.
“Ehm..” Louise menggigit bibir bawahnya gusar. “Itu.. Liburku masih lama kok, imo! Aku masih ingin bermain-main di Korea, lagipula aku sudah punya banyak teman baru di sini.. Kalau begitu aku pergi dulu ya, imo!” seru Louise kemudian menghambur keluar, menuju mobil bibinya yang sudah terparkir di depan rumah megah itu.

Selama perjalanannya menuju Tous Les Jours, Louise terus memikirkan banyak hal. Salah satunya tentu adalah percakapannya dengan nyonya Cho, mengenai masa liburnya yang sebentar lagi akan berakhir. Louise terpaksa berbohong pada bibinya bahwa masa liburnya masih lama, karena ia masih ingin tinggal di Korea. Banyak hal telah terjadi, bahkan ia baru saja menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada seseorang yang berhasil membuatnya lupa diri dan senyum-senyum sendiri. Siapa lagi kalau bukan Hyukjae.
Setelah sampai di depan Tous Les Jours, Louise tidak langsung turun. Ia memperhatikan toko itu dari dalam mobilnya, berharap Hyukjae akan keluar dan menemukannya. Tapi itu semua hanyalah harapannya. Ia tidak yakin apakah Hyukjae memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia meraih ponselnya yang ia simpan di dalam tasnya, kemudian membuka bagian kalender. Sisa waktunya di Korea sudah tidak lama lagi. Lebih tepatnya, tinggal 5 hari lagi. Louise menghela napasnya berat, kemudian melemparkan pandangannya kembali ke arah toko. Ia begitu terkejut saat di depan mobilnya, sudah berdiri seorang namja bermata sipit dengan gummy smile-nya yang khas.

“Kau merindukanku ya, sampai datang ke sini lagi?” sindir Hyukjae tepat sasaran, yang berhasil membuat pipi Louise merona.
“Mwoya? Heol! Aku hanya bosan saja dan ingin jalan-jalan,” balas Louise tak mengaku sambil menyikut lengan Hyukjae yang kini sudah duduk di sampingnya, di central park tidak jauh dari Tous Les Jours.
Setelah gurauan kecil itu, mereka duduk dalam keheningan. Menikmati semilir angin yang begitu sejuk menerpa kulit mereka. Begitu damai, itulah yang mereka rasakan saat itu.
“Apakah menurutmu.. Orang-orang seperti kita akan memiliki akhir yang bahagia?” tanya Hyukjae yang membuat kening Louise berkerut, heran sekaligus tak mengerti.
“Apa maksudmu?” balas Louise balik bertanya, sambil menoleh ke arah Hyukjae.
“Yah.. maksudku—ah lupakan saja..” ujarnya yang membuat Louise semakin penasaran.
“Yak! Mwoya? Tch, kau ini suka sekali membuat orang penasaran. Dasar tidak jelas!” tukas Louise kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Mwo? Tidak jelas? Kau bilang aku pria tidak jelas? Bagian mananya yang tidak jelas?” bantah Hyukjae tak terima.
“Semuanya!” balas Louise tak kalah sewot.
“Eii.. Biarpun aku tidak jelas, kau tetap suka kan? Mengaku saja!” seloroh Hyukjae spontan yang lagi-lagi membuat Louise tertegun dan terdiam.
“Wah wah, lihat itu.. Kenapa kau jadi merona sungguhan? Kau benar-benar suka padaku kan?” lanjut Hyukjae lagi yang terus menggoda Louise. Mendengar itu Louise semakin terusik dan entah kenapa perasaannya justru terluka.
“Geumanhae..” ucap Louise pelan yang membuat Hyukjae menghentikan tawa dan candaannya.
“Wae?” tanya Hyukjae dengan polosnya. Louise-pun beranjak dari duduknya dan mengenakan kembali tasnya.
“Kurasa sebaiknya aku kembali sekarang. Gomawo sudah menemaniku siang ini.” Louise mulai melenggang pergi meninggalkan Hyukjae yang masih terus menatapnya heran. Ia bingung akan perubahan sikap Louise yang begitu drastis. Sungguh aneh, pikirnya.

“Lou!” panggil Hyukjae yang seketika menghentikan langkah Louise. Louise begitu tertegun ketika Hyukjae memanggilnya akrab dengan nama kecilnya, dan tidak menyebutkannya secara lengkap seperti orang-orang lainnya yang baru dikenalnya.
“Apakah besok kau ada waktu?” tanya Hyukjae lagi setengah berteriak. Louise tidak berbalik, namun hanya menolehkan kepalanya ke samping, berniat mendengarkan ajakan Hyukjae lebih lanjut.
“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Besok, datanglah lagi ke sini jam 10 tepat. Gidarilkke!” selesai mengucapkan itu, Hyukjae melambaikan tangannya dan tersenyum lebar, sebelum akhirnya ikut berbalik dan meninggalkan tempat itu.
Jantung Louise lagi-lagi berdetak tak beraturan. Louise memegangi dada sebelah kirinya, untuk meredam perasaannya agar tidak sampai terlalu membuncah. Ia membalikkan badannya dan menatap lurus punggung Hyukjae yang berjalan menjauh.
“Cinta itu—kenapa rasanya sesesak ini?” tanya Louise lirih pada dirinya sendiri, membiarkan hembusan angin siang itu membawa pergi pertanyaannya.
**

Donghae dan Younghyun telah sampai di kediaman keluarga Kim. Meski awalnya sempat ragu, Younghyun tak punya pilihan lain selain kembali ke rumahnya untuk meminta penjelasan pada appa dan eomma-nya. Nyonya Kim begitu terkejut saat melihat putrinya itu pulang ke rumah, setelah beberapa hari gadis itu memutuskan untuk tinggal di apartemennya.
“Aigooo.. Youngie-ah.. Bagaimana keadaanmu, sayang? Apa kau makan dengan baik? Kemana saja kau selama ini?” beberapa pertanyaan mulai dilontarkan nyonya Kim tanpa jeda seraya memeluk erat putri kesayangannya itu. Namun pelukan itu berangsur melonggar ketika nyonya Kim mendapati seorang pria yang tampak familiar, berdiri di belakang Younghyun.
“Geu namja neun—“
“Donghae.. Dia Lee Donghae, eomma.. dan tujuanku datang ke sini adalah untuk meminta penjelasan appa dan eomma, kenapa kalian tega memecat Donghae dari restoran?” ujar Younghyun yang memotong ucapan eomma-nya.
“Mwo?” nyonya Kim melebarkan matanya tak percaya saat putrinya lebih memilih dan mementingkan pria itu ketimbang orangtuanya sendiri. “Younghyun-ah, eomma pikir kau mungkin lelah dan butuh sedikit refreshing. Bagaimana kalau eomma buatkan sup kesukaanmu? Dan kau anak muda, sebaiknya kau kembali sekarang sebelum aku berubah pikiran..” ucap nyonya Kim yang kemudian berusaha untuk mengusir Donghae yang ia anggap sebagai sumber dari perubahan sikap putrinya.
“Eomma!”
“Young-ah, kurasa eomma-mu benar. Sebaiknya aku pergi sekarang.” Timpal Donghae yang berniat untuk pergi, namun di cegah oleh Younghyun.
“Andwaeyo! Oppa kajima..” Younghyun menggenggam tangan Donghae erat dan tak memperdulikan ekspresi tidak suka dari eomma-nya. Tak lama setelah itu, Younghyun menarik Donghae untuk ikut dengannya masuk ke dalam rumah itu.

“Berhenti. Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi menganggapmu sebagai anak. Bukankah itu yang kau inginkan? Sekarang ada perlu apa kalian datang kemari?” ucap tuan Kim dari arah ruang tengah, yang kini telah menunjukkan dirinya di hadapan Younghyun dan Donghae dengan ekspresi kemarahan yang di tahan. Jujur, hati Younghyun bagai di sayat hingga tak lagi berbentuk saat itu. Tapi tak ada hal lain lagi yang bisa dilakukannya.

Di antara sekian pasang mata yang memperhatikannya, Younghyun melepaskan genggamannya dari Donghae dan berlutut di hadapan appa-nya itu, sekali lagi. “Butakhijuseyo.. Lee Donghae tidak bersalah. Akulah yang bersalah. Jangan pecat dia. Dia sangat membutuhkan pekerjaan itu.. Bukankah selama ini dia sudah bekerja dengan sangat baik?” ucap Younghyun yang sudah tidak sanggup lagi membendung airmatanya.
Semua orang yang ada di rumah itu menyaksikan dengan penuh keterkejutan dan keheranan. Nyonya Kim tak bisa berbuat banyak untuk membantu putrinya, sedangkan Donghae berulangkali mencoba membuat Younghyun bangkit berdiri, namun sia-sia. Akhirnya, Donghae-pun ikut bersimpuh di samping Younghyun.
“Mohon ampuni saya, tuan. Saya tahu, saya sungguh tidak pantas untuk mengatakan ini. Tapi, saya dan putri anda saling mencintai. Saya mohon, untuk anda bisa mengerti keputusan putri anda. Karena bagaimanapun, Younghyun adalah seorang gadis yang sangat baik dan tulus yang pernah saya temui. Selama ini ia tak pernah mengeluh dan selalu menuruti segala permintaan tuan dan nyonya. Kali ini, kami mohon, untuk tuan dan nyonya bisa mempercayai dan memegang kata-kata ini. Kami berjanji untuk hidup dengan baik untuk ke depannya, dan tidak akan merepotkan siapapun lagi. Tidakkah kalian memikirkan perasaan Younghyun sedikit saja?” ucap Donghae panjang lebar, membuat semua yang mendengarnya termasuk Younghyun tak percaya.
“Cukup! Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun lagi dari kalian berdua!” bentak tuan Kim yang mulai lepas kendali. Nyonya Kim mendekati suaminya untuk bisa menenangkannya.
“Dasar anak tidak tahu diri! Malam ini keluarga Cho bahkan mengundang kita untuk makan malam di rumah mereka. Sekarang bagaimana aku bisa berhadapan dengan mereka jika kau akan membatalkan pertunanganmu secara sepihak?! Kau mencoreng nama baik keluarga kita!” Ucap tuan Kim emosi, sebelum beranjak dari ruangan itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Aku akan menemui mereka.. Aku—akan memenuhi undangan itu malam ini, appa.. Tapi kumohon—biarkan Donghae kembali bekerja di restoran appa..” pinta Younghyun dengan bercucuran airmata, membuat tuan Kim sempat mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar.
**

Malam-pun tiba, dan acara makan malam yang dirisaukan oleh Younghyun sekaligus Kyuhyun itu-pun mulai berlangsung.
“Annyeonghaseyo, Kim Yoonseok-ssi,” sapa tuan Cho pada tuan Kim setelah calon besannya itu tiba di rumahnya. Hal yang sama juga dilakukan nyonya Cho begitu dilihatnya nyonya Kim yang berdiri tidak jauh dari dirinya. Younghyun hanya diam dan terus menundukkan wajahnya. Orangtua Kyuhyun dan juga orangtua Younghyun terlihat sudah begitu asik bercengkerama. Kesempatan itu-pun Kyuhyun gunakan untuk bisa mendekati Younghyun. Tanpa pikir panjang, Kyuhyun berjalan ke arah Younghyun dan meraih tangan gadis itu untuk bisa ikut dengannya.

“Tak kusangka kau akan datang malam ini..” ucap Kyuhyun memecah keheningan, setelah mereka sampai di taman belakang rumah Kyuhyun.
“Eung—“ balas Younghyun masih dengan menundukkan wajahnya.
“Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah lebih baik?”
Mendengar itu Younghyun menelan ludahnya gusar sebelum akhirnya menjawab, “Eung—“
Kyuhyun mendesah pelan, kemudian meraih dagu Younghyun agar gadis itu membalas tatapannya. “Kumohon untuk tidak menunjukkan ekspresi seperti ini lagi dihadapanku. Itu menyakitiku juga,” ucap Kyuhyun. Younghyun menatap manik mata Kyuhyun dalam diam.
“Gokjongma.. Bukankah sudah kukatakan bahwa kau bisa mengandalkanku?”
“Tapi—“
“Nan gwenchana, jinjja..”
Younghyun begitu tersentuh dengan ucapan Kyuhyun yang begitu tulus. Tidak ada yang bisa gadis itu lakukan untuk membalas kebaikan Kyuhyun.
“Gomawo.. Mianhae—gu,” ucap Younghyun lirih, dengan tatapan sendu miliknya.

“Tidak terasa acara pertunangan anak-anak kita hanya tinggal menghitung hari,” ujar nyonya Cho setelah semuanya berkumpul di ruang makan.
“Ne. Geureonikka, apakah semua persiapannya sudah beres?” sahut nyonya Kim dengan kekehan andalannya.
“Kyuhyunie rang Younghyunie rang, ottae?” ujar nyonya Cho lagi sambil memandang Kyuhyun dan Younghyun secara bergantian. Suasana mendadak menjadi hening saat semua mata ikut menatap ke arah 2 orang itu. Younghyun terlihat mulai panik dan hanya terus menundukkan wajahnya. Di tengah-tengah keheningan itu, tiba-tiba Kyuhyun bangkit dari duduknya hingga menimbulkan bunyi berdecit dari kursi.
“Eoh, Kyuhyun-ah, waeyo?” tanya nyonya Cho yang heran dengan sikap Kyuhyun.
“Maafkan aku. Kurasa—aku tidak bisa—“ Kyuhyun belum selesai dengan ucapannya ketika tuan Cho tiba-tiba berdehem cukup keras dan mengejutkan seisi ruangan itu.
“Bicara apa kau ini, dasar anak nakal?! Duduk!” perintah tuan Cho dengan emosi tertahan saat menyadari gelagat mencurigakan dari putranya. “Ehem, jweoseonghamnida. Mari kita lanjutkan lagi makan malamnya. Masalah acara pertunangan itu, lebih baik kita bahas setelah makan saja,” lanjut tuan Cho. Semua mengangguk dan mengikuti usulan dari tuan Cho.
Kyuhyun tak bergeming. Ia masih berdiri pada posisinya dan berniat melanjutkan kalimatnya yang sempat terpotong.
“Kurasa aku tak bisa melanjutkan semua ini. Maafkan aku—“ Kyuhyun membungkukkan badannya sebagai tanda penyesalannya. Mendengar itu, otomatis semua yang ada di sana begitu terkejut. Nyonya Cho bahkan hampir tersedak saat putranya itu kembali berulah.
“Kyu—“ ujar Younghyun lirih yang hampir tidak terdengar. Tuan Cho membelalakkan matanya tak percaya. Emosinya memuncak dan ia kembali dikecewakan akan sikap putra tunggalnya itu. Sementara tuan dan nyonya Kim hanya terdiam tidak tahu harus berkata apa saat mendengar pengakuan itu. Dalam hati mereka, mereka cukup berterimakasih pada Kyuhyun karena dengan begitu nama baik keluarga Kim tidak jadi tercoreng karena Younghyun. Namun mereka tetap bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apakah 2 orang itu tengah mencoba mempermainkan orangtuanya?
“Anak nakal!! Apa yang kau bicarakan ini, hah?! Berhenti bermain-main!” bentak tuan Cho yang sudah tidak kuasa lagi membendung emosinya.
“Appa, mianhae. Naega jalmothaesseo. Geunde, sebenarnya, selama ini aku sudah memiliki gadis yang kucintai,” jelas Kyuhyun.
“M-Mwo? Mwoya ige?!” pekik nyonya Cho tak mengerti, seraya mengelus dadanya karena tak percaya.
“Aku tahu sikapku ini sudah terlalu jauh dan kurang ajar. Tapi aku benar-benar sudah tidak bisa melanjutkan ini. Malam ini, aku bahkan mengundang gadis itu untuk datang,” lanjut Kyuhyun yakin.
Tuan dan nyonya Kim saling berpandangan bingung. Younghyun dan Louise menatap Kyuhyun tak percaya. Tuan dan nyonya Cho-pun bahkan sampai kehabisan kata-kata untuk bisa meluruskan situasi saat itu. Tak lama, terdengar bel pintu yang berbunyi.
“Sepertinya dia sudah datang,” Kyuhyun beranjak dari ruang makan dan bergegas menuju pintu untuk menyambut kedatangan gadis yang ia maksud.

“Appa, eomma, kenalkan. Ini gadis yang kumaksudkan,” terang Kyuhyun yang terlihat biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Dari balik tubuh Kyuhyun, terlihat seorang gadis dengan rambut sebahu dan wajah yang manis tengah berdiri.
“Baiklah, kau bisa mengenalkan dirimu sekarang,” pinta Kyuhyun yang mempersilakan gadis itu untuk lebih menunjukkan dirinya.
Semua orang yang ada di ruangan itu begitu terkejut, tak terkecuali Younghyun, yang sama sekali tak berpikir bahwa Kyuhyun akan bertindak senekad itu.

“Annyeonghaseyo. Joneun—Lee Miran iragohamnida..”

**TBC**

4 komentar:

  1. wuahhh semakin complicated. lanjut thor

    BalasHapus
  2. Ini kalo dipikir2 cinta segi berapa ya? Donghae ama Kyuhyun suka Younghyun, Lee Miran suka Kyuhyun, Lee Hyukjae suka Miran, Louise suka Hyukjae..... hahahahaa... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. nah lo.. bingung jg nih authornya cinta segi brp XD
      makasih ya cantik, udah mampir ke sini ;)
      ditunggu yah lanjutannya :D

      Hapus