Title :
Remember The Days - 8
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship, Romance
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC),
Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya
Kim (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-17
Notes :
Annyeong chingudeul! Masih ingatkah sama ff ini? Aku
harap kalian msh ingat dan msh berkenan buat ngikutin ff-ku yg satu ini :’)
Buat yg baca, smg suka ya dan jgn lupa tinggalin jejak
lwt komen :B
No bash. No copy-paste. No plagiarism.
*Storyline*
Hari
itu, Younghyun berencana untuk berkunjung ke rumah Donghae. Donghae telah menerima
keputusan Younghyun untuk mencintainya. Hal itu tentu membuat Younghyun sangat
bahagia dan melupakan masalah penyakitnya yang ia sembunyikan –meski sejenak.
*Flashback*
Malam
itu, ketika Kyuhyun membawa Younghyun ke rumah sakit setelah gadis itu pingsan
di kafe...
“Uisa-nim..”
panggil Younghyun pada dokter yang memeriksanya, saat dokter itu hendak pergi
meninggalkannya untuk menemui Kyuhyun di luar ruang UGD.
“Tolong
jangan beritahu siapapun tentang penyakitku. Katakan padanya aku hanya lelah
dan asma-ku kambuh, uisa.. Kumohon..” pinta Younghyun serius, membuat dokter
itu keheranan.
“Musuniriya,
agashi? Jadi—kau sudah tahu tentang penyakit ini? Sejak kapan? Penyakitmu sudah
semakin serius. Kau harus di rawat di rumah sakit dan juga menjalani
serangkaian terapi.” Ujar dokter itu tak kalah serius dengan raut wajahnya yang
begitu khawatir.
“Arayo,
geunyang.. Butakhi-juseyo (aku mohon padamu), uisa-nim.. Biarkan aku saja yang
mengatakan ini padanya.. Aku—hanya masih belum siap untuk mengatakan padanya
sekarang.. Aku berjanji untuk kembali ke rumah sakit dan menjalani terapi
setelah ini..” ucap Younghyun memohon, hingga akhirnya berhasil membuat dokter
itu menyerah dan mengikuti saja permintaan Younghyun. Meski pada akhirnya-pun,
Younghyun sama sekali tak menepati perkataannya untuk menjalani terapi.
Younghyun takut kalau terapi itu akan semakin menyakitinya. Toh, terapi juga
tidak akan bisa menyembuhkannya.
Younghyun
sudah cukup lama mengetahui penyakitnya, bahkan sebelum dirinya dijodohkan
dengan Kyuhyun. Ia hanya terlalu takut untuk mengaku pada keluarganya dan juga
Kyuhyun, karena ia tidak ingin membuat orang-orang di sekelilingnya sedih
walaupun sebenarnya dirinya sendiri sangat terpukul dengan fakta mengerikan itu.
Ia juga selalu berusaha terlihat kuat agar jangan sampai membuat orang lain
curiga dan mengkhawatirkannya. Pertemuannya dengan Kyuhyun membuat hidupnya
sedikit berubah dan Kyuhyun telah memberi warna tersendiri dalam hidup gadis
itu. Tidak mencintai Kyuhyun, bukan berarti ia juga tidak membutuhkan sosok
Kyuhyun. Younghyun menyayangi dan menganggap Kyuhyun seperti saudaranya
sendiri. Jauh di dasar lubuk hatinya, ia sangat berterimakasih pada Kyuhyun
yang selalu berusaha melindunginya.
*Flashback end*
“Annyeong..”
sapa Younghyun ramah pada Miran, saat dirinya sudah sampai di depan sebuah
rumah sederhana.
“Onnie?
Kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau datang? Aku belum sempat membersihkan rumah..”
balas Miran terkejut akan kedatangan Younghyun. “Dan juga—Donghae oppa sedang
tidak di rumah. Dia bilang dia mau mencoba melamar kerja di tempat lain karena
lamarannya yang sebelumnya di tolak.” Ujar Miran lagi seraya membukakan pintu.
“Melamar
kerja? Untuk apa? Bukankah seharusnya dia bisa kembali ke restoran?” tanya
Younghyun heran.
“Hmm..
Itu..” Miran terlihat kebingungan. “Sebenarnya Donghae oppa sudah dipecat dari
restoran, onnie.. Onnie mollaseo?” lanjut Miran lagi.
“Mwo?”
Younghyun sangat terkejut dengan kabar itu. Ia tidak percaya appa-nya akan
setega itu memecat Donghae dari restoran. Ia juga merasa bersalah karena alasan
appa-nya memecat Donghae pasti karena dirinya. Kenapa Donghae tak jujur
padanya? Pikir Younghyun.
Tanpa
pikir panjang lagi, Younghyun segera mengeluarkan ponselnya dan berusaha
menghubungi Donghae untuk meminta penjelasan. Miran yang masih berdiri di sana
hanya bisa menatap Younghyun dalam diam.
**
Siang
itu panas cukup terik, hingga membuat Donghae harus berulang kali mengusap
peluh di keningnya, dalam perjalanannya menuju sasaran kerjanya yang berikutnya,
yaitu sebuah kafe. Suara dentingan bel di atas pintu kafe berbunyi nyaring
ketika Donghae membukanya dan masuk.
“Annyeong
haseyo” sapa beberapa staf yang bertugas saat itu, menyambut kedatangan
Donghae.
“Ah,
permisi.. Tapi apakah aku bisa melamar pekerjaan di kafe ini?” tanya Donghae
sopan pada salah satu staf yang ada di sana.
“Jwoseong-e-yo.
Tapi toko ini sedang tidak membuka lowongan. Kebetulan manajer kami juga sedang
tidak ada, jadi kami tidak bisa memberi keputusan.” Jawab staf itu. Donghae
hanya mengangguk mengerti kemudian memutuskan untuk keluar dari kafe itu.
“Arasseo..
Gamsahamnida..” ucap Donghae kemudian pergi.
Saat
sudah berdiri di depan kafe, Donghae hanya bisa mendesah. Ia bingung harus
pergi kemana lagi untuk mencari pekerjaan. Tak lama ponselnya berdering.
“Yoboseyo..”
jawab Donghae.
“.................”
“Aku—aku
sedang di—“ Balas Donghae terbata sebelum akhirnya melanjutkan kembali. “Aku di
depan kafe Platinum, di jalanan Daechi..”
“................”
“Tidak
perlu.. Aku bisa menanganinya sendiri..”
Klik!
Sambungan telponpun terputus. Donghae memandangi ponselnya cukup lama sebelum
akhirnya menyimpannya kembali dalam saku celananya. Ia-pun melanjutkan perjalanannya
demi mencari tempat yang bisa ia datangi untuk melamar pekerjaan. Saat ia
hendak menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil membunyikan klaksonnya kuat-kuat,
tepat di hadapannya. Terlihat dengan jelas siapa di balik kemudi mobil itu.
Seorang gadis terhormat, yang sampai kini masih sulit untuk ia percaya bahwa
gadis itu telah menjadi gadisnya.
Donghae
menatap lurus ke arah Younghyun, demikian pula gadis itu.
Younghyun
keluar dari mobilnya dan berusaha mengajak Donghae untuk ikut bersamanya. Tak
peduli jika ada banyak pengemudi mobil lain di belakangnya yang membunyikan
klaksonnya membabi-buta karena kesal.
“Ppalli
darawa!” seru Younghyun seraya menarik lengan Donghae. Namun Donghae tak
bergeming. Sesuai percakapan mereka di ponsel sebelumnya, Donghae sangat tahu
kemana gadis itu akan membawanya. Younghyun ingin membahas masalah pemecatan
Donghae dengan tuan Kim –ayah Younghyun.
“Oppa!”
pekik Younghyun akhirnya dengan mata berkaca-kaca. Pertama kalinya Younghyun
memanggil Donghae dengan sebutan itu, membuat Donghae tertegun sejenak.
“Jangan
pedulikan aku, Young. Aku bisa tangani masalahku sendiri, aku tak mau kau
terlibat lebih jauh. Aku ini laki-laki. Kembalilah. Lihat sudah banyak orang
yang marah karena terhalang mobilmu.” Ucap Donghae pelan, sambil melepaskan
tangan Younghyun dari lengannya.
“Shireo!
Aku tidak akan pergi sampai oppa ikut denganku!” Younghyun masih tidak beranjak
dan terus meneriaki Donghae yang kini mulai berjalan menjauh. Donghae begitu
bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia sangat membutuhkan
pekerjaan. Namun di sisi lain, ia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi
jika itu adalah gadisnya. Sudah cukup gadisnya banyak berkorban untuknya.
Setelah
sampai di seberang, Donghae menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk melihat
gadisnya lagi. Ia cukup terkejut saat tahu ternyata Younghyun berusaha
mengikutinya. Dilihatnya gadis itu sudah berada di tengah jalan dan masih
berusaha menyebrang. Terlihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arah gadisnya,
Donghae begitu panik.
“Younghyun-ah!
Awas!!” teriak Donghae sejadinya dan berlari sekuat tenaga, menghentikan
beberapa kendaraan yang melintas dengan paksa demi menyelamatkan Younghyun yang
begitu nekad dan gegabah.
Ditariknya gadis itu dalam dekapannya dan ia berhasil
mengamankannya. Jantung Donghae masih berdetak tak karuan. Kejadiannya begitu
cepat. Donghae tak bisa membayangkan jika dirinya terlambat sedikit saja,
mungkin ia akan kehilangan gadisnya.
Tubuh
Younghyun bergetar hebat. Sulit baginya untuk mencerna kembali apa yang baru
saja terjadi. Ia mencengkeram pakaian Donghae saat itu, berusaha menghilangkan
ketakutannya.
Donghae
memeluknya begitu erat, seakan takut jika Younghyun akan pergi.
“Jangan
pernah—melakukannya lagi.. Aku tidak mau melihatmu terluka—sedikitpun..” ucap
Donghae dengan napas terengah-engah. Younghyun yang mendengarnya begitu
tersentuh. Ia sedih, sekaligus menyesal karena sudah membuat Donghae begitu
khawatir. Younghyun tak membalas ucapan Donghae, dan justru mengeratkan
pelukannya pada pria itu, tak peduli jika banyak pasang mata yang
menyaksikannya atau bahkan mencibir kelakuan mereka di tepi jalan siang itu.
**
Kyuhyun
memutuskan untuk mulai ikut berkecimpung di perusahaan appa-nya. Semua itu ia
lakukan sebagai pelariannya dari sakit hatinya setelah ditinggalkan oleh
Younghyun. Sulit bagi Kyuhyun untuk bisa melupakan gadis itu begitu saja.
“Hyun-ah,
karena kau sudah memutuskan untuk ikut andil dalam perusahaan ini, aku jadi
bisa hidup tenang. Akhirnya aku bisa mempercayakan perusahaan ini sepenuhnya
padamu.” Ucap tuan Cho lega. Kyuhyun yang diajak bicara hanya terdiam.
“Bagaimana
persiapan acara pertunanganmu dengan Younghyun? Apakah semuanya lancar?” tanya
tuan Cho lagi yang membuat Kyuhyun semakin terdesak dan tersudut. Ia
kebingungan mencari alasan yang tepat untuknya bisa mengalihkan topik itu.
“Ehm..
Tentang itu.. Aku bisa menanganinya. Gokjonghajimaseyo.” Balas Kyuhyun cepat,
meski agak kelabakan pada awalnya. Tuan Cho yang mendengar itu mengangguk
paham.
“Kurasa
kita perlu untuk membicarakan acara pertunangan ini sekali lagi. Bagaimana
kalau kita undang keluarga Kim untuk makan malam lagi di rumah kita?”
pertanyaan appa-nya kali itu benar-benar skakmat bagi Kyuhyun.
“A-Anieyo..
Untuk apa? Bukankah semuanya sudah jelas?” timpal Kyuhyun yang mulai panik.
“Wae?
Akan lebih baik jika kedua belah pihak bertemu sekali lagi sebelum acara itu
dilangsungkan. Undang mereka untuk makan malam di rumah malam ini!” titah
appa-nya tegas yang membuat Kyuhyun tidak bisa lagi berkelit.
**
Louise
begitu bosan karena seharian tidak ada rencana apapun dan hanya berdiam diri di
rumah. Hingga akhirnya terbersit dalam pikirannya untuk mengunjungi toko kue
itu lagi. Tentu saja toko kue milik Hyukjae, apalagi kalau bukan Tous Les
Jours.
“Imo,
aku ijin pergi sebentar ya! Ada janji dengan teman!” pekik Louise dari ruang
tengah, pada bibinya yang sedang berada di kamarnya. Mendengar teriakan itu,
nyonya Cho-pun keluar.
“Wae?
Memangnya janji dengan siapa? Geundae, apa kau tidak melanjutkan kuliahmu di
Inggris? Sebenarnya berapa lama masa liburmu?” tanya nyonya Cho yang membuat
binar wajah Louise jadi meredup seketika.
“Ehm..”
Louise menggigit bibir bawahnya gusar. “Itu.. Liburku masih lama kok, imo! Aku
masih ingin bermain-main di Korea, lagipula aku sudah punya banyak teman baru
di sini.. Kalau begitu aku pergi dulu ya, imo!” seru Louise kemudian menghambur
keluar, menuju mobil bibinya yang sudah terparkir di depan rumah megah itu.
Selama
perjalanannya menuju Tous Les Jours, Louise terus memikirkan banyak hal. Salah
satunya tentu adalah percakapannya dengan nyonya Cho, mengenai masa liburnya
yang sebentar lagi akan berakhir. Louise terpaksa berbohong pada bibinya bahwa
masa liburnya masih lama, karena ia masih ingin tinggal di Korea. Banyak hal
telah terjadi, bahkan ia baru saja menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada
seseorang yang berhasil membuatnya lupa diri dan senyum-senyum sendiri. Siapa
lagi kalau bukan Hyukjae.
Setelah
sampai di depan Tous Les Jours, Louise tidak langsung turun. Ia memperhatikan
toko itu dari dalam mobilnya, berharap Hyukjae akan keluar dan menemukannya.
Tapi itu semua hanyalah harapannya. Ia tidak yakin apakah Hyukjae memiliki
perasaan yang sama dengannya. Ia meraih ponselnya yang ia simpan di dalam
tasnya, kemudian membuka bagian kalender. Sisa waktunya di Korea sudah tidak
lama lagi. Lebih tepatnya, tinggal 5 hari lagi. Louise menghela napasnya berat,
kemudian melemparkan pandangannya kembali ke arah toko. Ia begitu terkejut saat
di depan mobilnya, sudah berdiri seorang namja bermata sipit dengan gummy
smile-nya yang khas.
“Kau
merindukanku ya, sampai datang ke sini lagi?” sindir Hyukjae tepat sasaran,
yang berhasil membuat pipi Louise merona.
“Mwoya?
Heol! Aku hanya bosan saja dan ingin jalan-jalan,” balas Louise tak mengaku
sambil menyikut lengan Hyukjae yang kini sudah duduk di sampingnya, di central
park tidak jauh dari Tous Les Jours.
Setelah
gurauan kecil itu, mereka duduk dalam keheningan. Menikmati semilir angin yang
begitu sejuk menerpa kulit mereka. Begitu damai, itulah yang mereka rasakan
saat itu.
“Apakah
menurutmu.. Orang-orang seperti kita akan memiliki akhir yang bahagia?” tanya
Hyukjae yang membuat kening Louise berkerut, heran sekaligus tak mengerti.
“Apa
maksudmu?” balas Louise balik bertanya, sambil menoleh ke arah Hyukjae.
“Yah..
maksudku—ah lupakan saja..” ujarnya yang membuat Louise semakin penasaran.
“Yak!
Mwoya? Tch, kau ini suka sekali membuat orang penasaran. Dasar tidak jelas!”
tukas Louise kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Mwo?
Tidak jelas? Kau bilang aku pria tidak jelas? Bagian mananya yang tidak jelas?”
bantah Hyukjae tak terima.
“Semuanya!”
balas Louise tak kalah sewot.
“Eii..
Biarpun aku tidak jelas, kau tetap suka kan? Mengaku saja!” seloroh Hyukjae
spontan yang lagi-lagi membuat Louise tertegun dan terdiam.
“Wah
wah, lihat itu.. Kenapa kau jadi merona sungguhan? Kau benar-benar suka padaku
kan?” lanjut Hyukjae lagi yang terus menggoda Louise. Mendengar itu Louise
semakin terusik dan entah kenapa perasaannya justru terluka.
“Geumanhae..”
ucap Louise pelan yang membuat Hyukjae menghentikan tawa dan candaannya.
“Wae?”
tanya Hyukjae dengan polosnya. Louise-pun beranjak dari duduknya dan mengenakan
kembali tasnya.
“Kurasa
sebaiknya aku kembali sekarang. Gomawo sudah menemaniku siang ini.” Louise
mulai melenggang pergi meninggalkan Hyukjae yang masih terus menatapnya heran.
Ia bingung akan perubahan sikap Louise yang begitu drastis. Sungguh aneh,
pikirnya.
“Lou!”
panggil Hyukjae yang seketika menghentikan langkah Louise. Louise begitu
tertegun ketika Hyukjae memanggilnya akrab dengan nama kecilnya, dan tidak
menyebutkannya secara lengkap seperti orang-orang lainnya yang baru dikenalnya.
“Apakah
besok kau ada waktu?” tanya Hyukjae lagi setengah berteriak. Louise tidak
berbalik, namun hanya menolehkan kepalanya ke samping, berniat mendengarkan
ajakan Hyukjae lebih lanjut.
“Aku
ingin mengajakmu ke suatu tempat. Besok, datanglah lagi ke sini jam 10 tepat.
Gidarilkke!” selesai mengucapkan itu, Hyukjae melambaikan tangannya dan
tersenyum lebar, sebelum akhirnya ikut berbalik dan meninggalkan tempat itu.
Jantung
Louise lagi-lagi berdetak tak beraturan. Louise memegangi dada sebelah kirinya,
untuk meredam perasaannya agar tidak sampai terlalu membuncah. Ia membalikkan
badannya dan menatap lurus punggung Hyukjae yang berjalan menjauh.
“Cinta
itu—kenapa rasanya sesesak ini?” tanya Louise lirih pada dirinya sendiri,
membiarkan hembusan angin siang itu membawa pergi pertanyaannya.
**
Donghae
dan Younghyun telah sampai di kediaman keluarga Kim. Meski awalnya sempat ragu,
Younghyun tak punya pilihan lain selain kembali ke rumahnya untuk meminta
penjelasan pada appa dan eomma-nya. Nyonya Kim begitu terkejut saat melihat
putrinya itu pulang ke rumah, setelah beberapa hari gadis itu memutuskan untuk
tinggal di apartemennya.
“Aigooo..
Youngie-ah.. Bagaimana keadaanmu, sayang? Apa kau makan dengan baik? Kemana
saja kau selama ini?” beberapa pertanyaan mulai dilontarkan nyonya Kim tanpa
jeda seraya memeluk erat putri kesayangannya itu. Namun pelukan itu berangsur
melonggar ketika nyonya Kim mendapati seorang pria yang tampak familiar,
berdiri di belakang Younghyun.
“Geu
namja neun—“
“Donghae..
Dia Lee Donghae, eomma.. dan tujuanku datang ke sini adalah untuk meminta
penjelasan appa dan eomma, kenapa kalian tega memecat Donghae dari restoran?”
ujar Younghyun yang memotong ucapan eomma-nya.
“Mwo?”
nyonya Kim melebarkan matanya tak percaya saat putrinya lebih memilih dan
mementingkan pria itu ketimbang orangtuanya sendiri. “Younghyun-ah, eomma pikir
kau mungkin lelah dan butuh sedikit refreshing. Bagaimana kalau eomma buatkan
sup kesukaanmu? Dan kau anak muda, sebaiknya kau kembali sekarang sebelum aku
berubah pikiran..” ucap nyonya Kim yang kemudian berusaha untuk mengusir
Donghae yang ia anggap sebagai sumber dari perubahan sikap putrinya.
“Eomma!”
“Young-ah,
kurasa eomma-mu benar. Sebaiknya aku pergi sekarang.” Timpal Donghae yang
berniat untuk pergi, namun di cegah oleh Younghyun.
“Andwaeyo!
Oppa kajima..” Younghyun menggenggam tangan Donghae erat dan tak memperdulikan
ekspresi tidak suka dari eomma-nya. Tak lama setelah itu, Younghyun menarik
Donghae untuk ikut dengannya masuk ke dalam rumah itu.
“Berhenti.
Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi menganggapmu sebagai anak. Bukankah itu
yang kau inginkan? Sekarang ada perlu apa kalian datang kemari?” ucap tuan Kim
dari arah ruang tengah, yang kini telah menunjukkan dirinya di hadapan
Younghyun dan Donghae dengan ekspresi kemarahan yang di tahan. Jujur, hati
Younghyun bagai di sayat hingga tak lagi berbentuk saat itu. Tapi tak ada hal
lain lagi yang bisa dilakukannya.
Di
antara sekian pasang mata yang memperhatikannya, Younghyun melepaskan
genggamannya dari Donghae dan berlutut di hadapan appa-nya itu, sekali lagi.
“Butakhijuseyo.. Lee Donghae tidak bersalah. Akulah yang bersalah. Jangan pecat
dia. Dia sangat membutuhkan pekerjaan itu.. Bukankah selama ini dia sudah
bekerja dengan sangat baik?” ucap Younghyun yang sudah tidak sanggup lagi
membendung airmatanya.
Semua
orang yang ada di rumah itu menyaksikan dengan penuh keterkejutan dan
keheranan. Nyonya Kim tak bisa berbuat banyak untuk membantu putrinya,
sedangkan Donghae berulangkali mencoba membuat Younghyun bangkit berdiri, namun
sia-sia. Akhirnya, Donghae-pun ikut bersimpuh di samping Younghyun.
“Mohon
ampuni saya, tuan. Saya tahu, saya sungguh tidak pantas untuk mengatakan ini.
Tapi, saya dan putri anda saling mencintai. Saya mohon, untuk anda bisa
mengerti keputusan putri anda. Karena bagaimanapun, Younghyun adalah seorang
gadis yang sangat baik dan tulus yang pernah saya temui. Selama ini ia tak pernah
mengeluh dan selalu menuruti segala permintaan tuan dan nyonya. Kali ini, kami
mohon, untuk tuan dan nyonya bisa mempercayai dan memegang kata-kata ini. Kami
berjanji untuk hidup dengan baik untuk ke depannya, dan tidak akan merepotkan
siapapun lagi. Tidakkah kalian memikirkan perasaan Younghyun sedikit saja?”
ucap Donghae panjang lebar, membuat semua yang mendengarnya termasuk Younghyun
tak percaya.
“Cukup!
Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun
lagi dari kalian berdua!” bentak tuan Kim yang mulai lepas kendali. Nyonya Kim
mendekati suaminya untuk bisa menenangkannya.
“Dasar
anak tidak tahu diri! Malam ini keluarga Cho bahkan mengundang kita untuk makan
malam di rumah mereka. Sekarang bagaimana aku bisa berhadapan dengan mereka
jika kau akan membatalkan pertunanganmu secara sepihak?! Kau mencoreng nama
baik keluarga kita!” Ucap tuan Kim emosi, sebelum beranjak dari ruangan itu untuk
masuk ke dalam kamarnya.
“Aku
akan menemui mereka.. Aku—akan memenuhi undangan itu malam ini, appa.. Tapi
kumohon—biarkan Donghae kembali bekerja di restoran appa..” pinta Younghyun
dengan bercucuran airmata, membuat tuan Kim sempat mengurungkan niatnya untuk
masuk ke dalam kamar.
**
Malam-pun
tiba, dan acara makan malam yang dirisaukan oleh Younghyun sekaligus Kyuhyun
itu-pun mulai berlangsung.
“Annyeonghaseyo,
Kim Yoonseok-ssi,” sapa tuan Cho pada tuan Kim setelah calon besannya itu tiba
di rumahnya. Hal yang sama juga dilakukan nyonya Cho begitu dilihatnya nyonya
Kim yang berdiri tidak jauh dari dirinya. Younghyun hanya diam dan terus
menundukkan wajahnya. Orangtua Kyuhyun dan juga orangtua Younghyun terlihat
sudah begitu asik bercengkerama. Kesempatan itu-pun Kyuhyun gunakan untuk bisa
mendekati Younghyun. Tanpa pikir panjang, Kyuhyun berjalan ke arah Younghyun
dan meraih tangan gadis itu untuk bisa ikut dengannya.
“Tak
kusangka kau akan datang malam ini..” ucap Kyuhyun memecah keheningan, setelah
mereka sampai di taman belakang rumah Kyuhyun.
“Eung—“
balas Younghyun masih dengan menundukkan wajahnya.
“Bagaimana
keadaanmu? Apakah sudah lebih baik?”
Mendengar
itu Younghyun menelan ludahnya gusar sebelum akhirnya menjawab, “Eung—“
Kyuhyun
mendesah pelan, kemudian meraih dagu Younghyun agar gadis itu membalas
tatapannya. “Kumohon untuk tidak menunjukkan ekspresi seperti ini lagi
dihadapanku. Itu menyakitiku juga,” ucap Kyuhyun. Younghyun menatap manik mata
Kyuhyun dalam diam.
“Gokjongma..
Bukankah sudah kukatakan bahwa kau bisa mengandalkanku?”
“Tapi—“
“Nan
gwenchana, jinjja..”
Younghyun
begitu tersentuh dengan ucapan Kyuhyun yang begitu tulus. Tidak ada yang bisa
gadis itu lakukan untuk membalas kebaikan Kyuhyun.
“Gomawo..
Mianhae—gu,” ucap Younghyun lirih, dengan tatapan sendu miliknya.
“Tidak
terasa acara pertunangan anak-anak kita hanya tinggal menghitung hari,” ujar
nyonya Cho setelah semuanya berkumpul di ruang makan.
“Ne.
Geureonikka, apakah semua persiapannya sudah beres?” sahut nyonya Kim dengan
kekehan andalannya.
“Kyuhyunie
rang Younghyunie rang, ottae?” ujar nyonya Cho lagi sambil memandang Kyuhyun
dan Younghyun secara bergantian. Suasana mendadak menjadi hening saat semua
mata ikut menatap ke arah 2 orang itu. Younghyun terlihat mulai panik dan hanya
terus menundukkan wajahnya. Di tengah-tengah keheningan itu, tiba-tiba Kyuhyun
bangkit dari duduknya hingga menimbulkan bunyi berdecit dari kursi.
“Eoh,
Kyuhyun-ah, waeyo?” tanya nyonya Cho yang heran dengan sikap Kyuhyun.
“Maafkan
aku. Kurasa—aku tidak bisa—“ Kyuhyun belum selesai dengan ucapannya ketika tuan
Cho tiba-tiba berdehem cukup keras dan mengejutkan seisi ruangan itu.
“Bicara
apa kau ini, dasar anak nakal?! Duduk!” perintah tuan Cho dengan emosi tertahan
saat menyadari gelagat mencurigakan dari putranya. “Ehem, jweoseonghamnida.
Mari kita lanjutkan lagi makan malamnya. Masalah acara pertunangan itu, lebih
baik kita bahas setelah makan saja,” lanjut tuan Cho. Semua mengangguk dan
mengikuti usulan dari tuan Cho.
Kyuhyun
tak bergeming. Ia masih berdiri pada posisinya dan berniat melanjutkan
kalimatnya yang sempat terpotong.
“Kurasa
aku tak bisa melanjutkan semua ini. Maafkan aku—“ Kyuhyun membungkukkan
badannya sebagai tanda penyesalannya. Mendengar itu, otomatis semua yang ada di
sana begitu terkejut. Nyonya Cho bahkan hampir tersedak saat putranya itu
kembali berulah.
“Kyu—“
ujar Younghyun lirih yang hampir tidak terdengar. Tuan Cho membelalakkan
matanya tak percaya. Emosinya memuncak dan ia kembali dikecewakan akan sikap
putra tunggalnya itu. Sementara tuan dan nyonya Kim hanya terdiam tidak tahu
harus berkata apa saat mendengar pengakuan itu. Dalam hati mereka, mereka cukup
berterimakasih pada Kyuhyun karena dengan begitu nama baik keluarga Kim tidak
jadi tercoreng karena Younghyun. Namun mereka tetap bertanya-tanya tentang apa
yang sebenarnya terjadi. Apakah 2 orang itu tengah mencoba mempermainkan
orangtuanya?
“Anak
nakal!! Apa yang kau bicarakan ini, hah?! Berhenti bermain-main!” bentak tuan
Cho yang sudah tidak kuasa lagi membendung emosinya.
“Appa,
mianhae. Naega jalmothaesseo. Geunde, sebenarnya, selama ini aku sudah memiliki
gadis yang kucintai,” jelas Kyuhyun.
“M-Mwo?
Mwoya ige?!” pekik nyonya Cho tak mengerti, seraya mengelus dadanya karena tak
percaya.
“Aku
tahu sikapku ini sudah terlalu jauh dan kurang ajar. Tapi aku benar-benar sudah
tidak bisa melanjutkan ini. Malam ini, aku bahkan mengundang gadis itu untuk
datang,” lanjut Kyuhyun yakin.
Tuan
dan nyonya Kim saling berpandangan bingung. Younghyun dan Louise menatap
Kyuhyun tak percaya. Tuan dan nyonya Cho-pun bahkan sampai kehabisan kata-kata
untuk bisa meluruskan situasi saat itu. Tak lama, terdengar bel pintu yang
berbunyi.
“Sepertinya
dia sudah datang,” Kyuhyun beranjak dari ruang makan dan bergegas menuju pintu
untuk menyambut kedatangan gadis yang ia maksud.
“Appa,
eomma, kenalkan. Ini gadis yang kumaksudkan,” terang Kyuhyun yang terlihat
biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Dari balik tubuh Kyuhyun, terlihat
seorang gadis dengan rambut sebahu dan wajah yang manis tengah berdiri.
“Baiklah,
kau bisa mengenalkan dirimu sekarang,” pinta Kyuhyun yang mempersilakan gadis
itu untuk lebih menunjukkan dirinya.
Semua
orang yang ada di ruangan itu begitu terkejut, tak terkecuali Younghyun, yang
sama sekali tak berpikir bahwa Kyuhyun akan bertindak senekad itu.
“Annyeonghaseyo.
Joneun—Lee Miran iragohamnida..”
**TBC**
wuahhh semakin complicated. lanjut thor
BalasHapusmakasih sayang :)
Hapusditunggu yah lanjutannya ^^
Ini kalo dipikir2 cinta segi berapa ya? Donghae ama Kyuhyun suka Younghyun, Lee Miran suka Kyuhyun, Lee Hyukjae suka Miran, Louise suka Hyukjae..... hahahahaa... :-)
BalasHapushahaha.. nah lo.. bingung jg nih authornya cinta segi brp XD
Hapusmakasih ya cantik, udah mampir ke sini ;)
ditunggu yah lanjutannya :D