Kamis, 31 Oktober 2013

Remember The Days - Part 7





Title :
Remember The Days - 7
Author :
Kxanoppa
Genre :
Bromance, Friendship, Romance
Tags :
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Miran (OC), Kim Younghyun (OC), Louise Park (OC), tuan&nyonya Cho (OC), tuan&nyonya Kim (OC)
Length :
Chaptered
Rating :
Pg-17
Notes :
Annyeong chingudeul! Masih ingatkah sama ff ini? Aku harap kalian msh ingat dan msh berkenan buat ngikutin ff-ku yg satu ini :’) Mian krn chapter ke-7 ini memakan waktu lama, soalnya author lg sibuk-sibuknya sama tugas kuliah >.< Mian jg krn author mengganti rating-nya jadi PG-17 scr tiba-tiba, soalnya author pikir ff ini terlalu byk konfliknya, takutnya terlalu complicated dan sulit dimengerti anak-anak kecil(?)
Well, drpd banyak cingcong, nih chapter 7 kupersembahin. Buat yg baca, smg suka ya dan jgn lupa tinggalin jejak lwt komen :B
No bash. No copy-paste. No plagiarism.



*Storyline*

"Apa... Sudah tidak ada kesempatan lagi untukku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Miran tanpa ia sadari.
"Ne?" Kyuhyun cukup terhenyak, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.
"Ah ani.. Itu.. Lupakan saja. Bukan apa-apa." Miran yang segera tersadar langsung merutuki dirinya sendiri. Merasa bodoh dan begitu lancang dengan pertanyaan non-sense semacam itu. Ia sadar bahwa dirinya dan Kyuhyun terlalu berbeda, dan kenyataan itu membuat perasaannya cukup nyeri.
"Ah.. Ara.." Balas Kyuhyun tanpa protes sedikitpun, kemudian kembali menyeruput minumannya.
"Kurang dari seminggu.. Younghyun dan aku akan bertunangan." Ucap Kyuhyun lagi memecah keheningan. Miran tertegun dengan ucapan pria itu. Mendadak dadanya kembali nyeri.
"Sebenarnya kami dijodohkan, dan Younghyun tak pernah mencintaiku. Mungkin aku terlalu naif dan egois. Menjalani cinta sepihak dan justru membuatku sakit. Tsk.." Ucap Kyuhyun dengan senyum getir. Miran hanya menatapnya sendu. Jadi selama ini Kyuhyun sudah tahu bahwa Younghyun tidak mencintainya. Tapi apakah ia tahu bahwa pria yang dicintai Younghyun adalah Donghae, oppa-nya? Miran terus bertanya-tanya dalam benaknya.
Kyuhyun kembali menatap cangkir di hadapannya dengan pandangan kosong. Merasa tak tega, Miran spontan meraih tangan Kyuhyun dan menggenggamnya erat, mencoba memberi sedikit kekuatan.
"Mian. Aku mengerti perasaanmu. Aku tidak tahu bagaimana meringankan rasa sakit itu, tapi hanya ini yang bisa kulakukan." Ucap Miran tulus. Kyuhyun sempat menatapnya tak percaya.
"Bukankah ini lucu? Setelah sekian lama, kita dipertemukan kembali pada situasi yang kurang baik. Kita bertengkar lalu membenci satu sama lain. Sekarang setelah aku tahu yang sebenarnya, aku merasa seperti menemukan bagian dari diriku yang hilang." Ungkap Miran panjang lebar, dengan tatapannya yang mulai menerawang. Kyuhyun mengernyitkan keningnya berusaha mencerna maksud perkataan Miran.
"Aku tahu kau pria yang baik. Dan kau pantas mendapatkan gadis yang baik.. Oppa." Lanjut Miran lagi dengan sedikit penekanan di akhir kalimatnya. Kyuhyun cukup tersentuh dengan ucapan dan sebutan 'oppa' dari Miran untuknya.
"Gomawo. Sepertinya sekarang kau bukan gadis monster lagi seperti yang selama ini kupikirkan." Balas Kyuhyun dengan seringai usilnya, membuat jantung Miran kembali berdegup kencang.

**

Di rumah, Donghae masih belum bisa menentukan sikap. Sulit untuk dipercaya bahwa Younghyun, atasannya sendiri menyatakan cinta padanya.
"Mianhae. Aku tahu ini mengejutkanmu. Tapi apa yang kukatakan itu benar. Aku bersungguh-sungguh bahwa aku mencintaimu. Sejak pertama kita bertemu." Jelas Younghyun sambil tertunduk.
"Lalu bagaimana dengan orangtuamu?"
"Aku sudah mengatakannya pada appa dan eomma. Apapun yang terjadi, aku tak akan menyerah."
"Kyuhyun. Bagaimana dengannya? Bukankah kalian dijodohkan?" Younghyun terdiam. Sekelebat perasaan bersalah kembali terbersit dalam benaknya.
"Geumanhaja. Aku tidak ingin merusak hubungan yang sudah kalian jalin. Kau harus ingat bahwa aku hanya pria miskin. Tak berpendidikan. Apa yang kau suka dariku?"
"Anieyo. Aku mencintaimu apa adanya. Donghae-ssi, jebal. Aku tahu perasaan kita sebenarnya sama, iya kan?" Kali ini giliran Donghae yang terdiam. Ia masih belum yakin pada perasaannya sendiri.
"Selama ini aku diam-diam bekerja di butik temanku. Dari penghasilanku selama ini, aku sudah bisa menyewa sebuah apartemen. Aku sudah memutuskan untuk melepaskan hak warisku atas bisnis appa. Aku akan hidup mandiri, dengan apa yang menjadi pilihanku sendiri. Dan salah satunya adalah kau." Terang Younghyun dengan mata berkaca-kaca. Tangannya sudah erat menggenggam tangan Donghae. Mendengar itu Donghae begitu tersentuh.
"Younghyun-ssi..."
"Donghae-ssi.. Uri saranghaja.. Eoh? Aku tahu kau juga sama. Kau mencintaiku, iya kan?" Tanpa menunggu jawaban dari Donghae, Younghyun langsung memeluknya.
Donghae semakin salah tingkah, namun kemudian ia mulai berpikir bahwa apa yang dikatakan Younghyun benar. Ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.
**

"Lou, sebentar lagi aku akan kedatangan tamu. Kebetulan sedang tidak ada suguhan apapun. Maukah kau membantuku? Pergilah ke toko kue dan belikan aku beberapa kue yang enak." Pinta nyonya Cho pada Louise.
"Jeongmalyo? Geurae. Arasseo." Balas Louise menyanggupi. Tanpa basa-basi lagi, Louise langsung mengambil kontak mobil bibinya itu untuk bisa segera melajukannya menuju toko kue.

Louise telah sampai di depan sebuah bakery dengan papan nama besar bertuliskan 'Tous Les Jours'. Dengan segera ia turun dari mobilnya dan memasuki toko itu.
"Wahh.. Baunya enak sekali. Membuatku lapar saja." Desah Louise saat hendak masuk dalam toko itu.
"Annyeong-haseyo." Sapa salah seorang pegawai yang ada di sana setelah Louise membuka pintu masuk. Louise hanya tersenyum sebagai balasan. Setelah itu, ia langsung berjalan menyusuri tiap rak dan meja yang penuh dengan berbagai macam kue.

"Yak, Hyukie-ah! Aku memintamu datang bukan untuk duduk dan makan! Aigoo anak ini." Omel seorang wanita baya pada anak laki-lakinya yang tengah asik menikmati kue dagangannya sendiri.
"Ah eommaa.. Hanya sekali ini saja, eoh? Aku tidak tahan jika hanya duduk dan menunggu sedangkan di sini banyak godaan. Semua kue ini tampak lezat!" Balas pria itu merengek.
Di tengah percekcokannya itu, sekilas Hyukjae mendapati sesosok gadis yang tidak asing baginya. Ia-pun menghentikan aktivitas makannya dan beranjak untuk bisa mendekati gadis itu.

"Ehem.." Hyukjae berdehem pelan saat sudah berdiri di samping gadis itu. Awalnya gadis itu tak merespon karena terlalu asik memilih kue, namun setelah deheman yang kedua kalinya barulah gadis itu menoleh.
"Omo ya! Kaget aku!" Pekik Louise sambil mengusap dadanya karena terkejut.
"Omo.. Neo.. Bukankah kau temannya Donghae yang waktu itu?"
"Temannya Donghae? Yak, aku juga punya nama. Namaku Hyukjae. Lee Hyukjae."
"Ah, mian.. Sepertinya kita belum benar-benar mengenalkan diri saat itu. Ah, aku Louise. Louise Park."
"Tapi.. Bagaimana kau tahu aku ada di sini? Kau menguntitku ya?!" Ucap Louise lagi yang membuat Hyukjae menatapnya tak percaya.
"Mwo? Menguntitmu? Yak, kau pikir aku ini pria seperti apa? Ini toko kue milik eomma-ku.."
"M-mwo? Jadi toko ini...-" Louise membelalakkan matanya, tak menyangka bahwa Hyukjae adalah pemilik toko. Melihat itu Hyukjae hanya mengangguk, meyakinkan.
**

Selesai mengantarkan Miran ke minimarket, Kyuhyun-pun mengantarkan gadis itu kembali ke rumahnya. Kyuhyun sengaja menggunakan arah jalan yang lebih jauh karena ia tidak ingin cepat sampai. Ia khawatir jika Younghyun masih ada di sana. Hatinya belum siap jika harus melihat kebersamaan Donghae dengan gadisnya itu lagi.
"Oppa.. Kenapa tidak lewat jalan yang itu saja? Bukankah ini lebih jauh untuk sampai ke rumahku?" Tanya Miran heran.
"Ah, geuraeyo? Mian. Karena banyak pikiran aku sampai lupa dan tak fokus." Balas Kyuhyun tak jujur. Tapi toh, Miran memaklumi dan menurut saja.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang itu, akhirnya mereka-pun sampai. Mengetahui Younghyun yang sudah tidak ada di sana, Kyuhyun tampak sedikit lega.
"Baiklah, kita sudah sampai." Ujar Kyuhyun. Tak ada jawaban. Kyuhyun menoleh ke arah Miran dan terkejut. Ternyata Miran tertidur dan terlihat pulas sekali. Melihat itu Kyuhyun jadi tak tega untuk membangunkannya.

Kyuhyun menggendong Miran di punggungnya. Ia membawa gadis itu dengan hati-hati agar jangan sampai membangunkannya. Saat sampai di depan pagar dan baru saja akan membukanya, Donghae tiba-tiba keluar dari rumahnya. Mereka berdua sama-sama terkejut dan tidak tahu harus berkata apa.
"K-Kyu..?" Ucap Donghae terbata, masih dengan ekspresi terkejutnya. Kyuhyun tidak menjawab dan justru menundukkan wajahnya. Kyuhyun begitu salah tingkah menghadapi 'hyung'nya itu.
"Apa yang terjadi dengan Miran? Bagaimana dia bisa bersamamu?" Tanya Donghae lagi sambil berusaha mendekat.
"Sebelumnya.. Ijinkan aku untuk membawanya masuk.." Kata Kyuhyun yang akhirnya buka suara. Mendengar itu, Donghae-pun mengangguk dan segera membukakan pintu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Donghae lagi setelah Kyuhyun menidurkan Miran di kamarnya.
Kyuhyun tampak gelisah. Ia menelan ludahnya berat dan masih enggan untuk menatap 'hyung'nya. "Kami tak sengaja bertemu saat di jalan. Aku mengantarnya untuk memperbaiki sepeda, juga ke minimarket. Saat kuantar pulang, ia tertidur di mobilku." Jelas Kyuhyun yang berusaha tetap tenang. Donghae mendengarkan dengan seksama lalu mengangguk paham. Tak sengaja, Donghae melihat gelang tali yang masih terpasang dengan baik di pergelangan tangan Kyuhyun dan seketika itu juga membuatnya teringat akan masa lalu.
"Kyu.." Donghae menghela napas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Mianhae.."
Kyuhyun mengernyitkan keningnya dan spontan menatap 'hyung'nya dengan tatapan bingung.
"Mianhae karena aku meninggalkanmu begitu saja waktu itu. Aku juga tidak berusaha untuk mencarimu saat memutuskan untuk kembali tinggal di Seoul. Aku sudah gagal menjadi hyung yang baik untukmu. Aku tahu selama ini kau terus memikirkanku dan mencariku dari Hyukjae." Lanjut Donghae menjelaskan.
Kyuhyun terdiam. Jauh di dasar lubuk hatinya ia juga merasa bersalah karena tak bisa melakukan apapun untuk membantu Donghae. Ia tahu bahwa selama ini Donghae dan Miran telah melalui kehidupan yang sulit.
"Anieyo. Kau sudah dan selalu menjadi hyung yang terbaik untukku. Aku juga bersalah karena memukulmu dengan seenaknya saat di restoran waktu itu." Mengatakan itu membuat Kyuhyun diingatkan kembali akan Younghyun. Hatinya sakit.
"Yah.. Banyak hal telah terjadi. Dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Tak peduli seberapa sulit itu, kita tetap harus bertahan bukan?" Donghae tersenyum getir saat pandangannya menangkap bekas luka yang ada di kening Kyuhyun. "Kuharap mulai detik ini juga, kita bisa melupakan semua masa lalu itu dan mulai menjalani hidup yang baru. Hidup yang lebih baik, bersama-sama.." Ucap Donghae lagi kemudian kembali menatap manik mata Kyuhyun.
"Aku merindukanmu, Kyu. Aku merindukan Hyukjae. Aku merindukan kita semua bersama-sama." Donghae memeluk Kyuhyun dengan erat, meluapkan semua rasa rindunya pada sahabat masa kecilnya itu. Meski awalnya sempat ragu, pada akhirnya Kyuhyun tetap membalas pelukan itu.
"Hyung.."
"Hm?" Balas Donghae setelah melepaskan pelukannya. Kyuhyun menghela napasnya sejenak, sambil memikirkan kalimat yang akan ia sampaikan.
"Ada satu permintaanku padamu dan kuharap kali ini, kau bisa benar-benar menepatinya." Ucap Kyuhyun yang membuat Donghae semakin penasaran.
"Apa itu? Katakan saja. Aku akan berusaha semampuku untuk benar-benar melakukannya untukmu."
"Tolong cintai dan lindungi Younghyun.." Kyuhyun mengatakan itu dengan berat hati, namun ia berusaha untuk bisa merelakannya. Ia yakin dengan pasti bahwa kali ini 'hyung'nya bisa menepati itu.
Donghae tertegun. Tenggorokannya tercekat. Ia menatap Kyuhyun dalam, tidak tahu harus menjawab bagaimana.
"Aku tahu Younghyun tidak mencintaiku. Saat ia mengatakan itu padaku aku sangat marah dan kesal. Aku bisa saja menghajar pria yang sudah seenaknya merenggut Younghyun dariku. Tapi setelah tahu bahwa pria itu adalah kau, aku menyerah. Setidaknya aku bisa lebih merelakannya karena kau adalah 'hyung'ku dan aku percaya padamu. Jadi kumohon, jangan kecewakan aku, hyung." Ucap Kyuhyun sungguh-sungguh. Donghae masih terdiam. Ia lalu menepuk pundak Kyuhyun, berusaha menyalurkan sedikit kekuatannya sekaligus meyakinkan Kyuhyun bahwa ia akan memenuhi permintaan itu.
"Mianhatta. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Gokjonghajima."
**

Sore itu Younghyun memutuskan untuk pulang ke apartemen sewaannya. Banyak hal mengganggu pikirannya saat itu. Perasaannya begitu sulit dijelaskan. Sakit, sesak, sekaligus lega, semuanya bercampur jadi satu. Di sofa apartemennya ia duduk termenung. Tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Ia teringat bagaimana sedihnya appa dan eomma-nya saat mendengar keputusannya untuk memilih Donghae. Ia sadar bahwa perbuatannya itu terlalu gegabah, bahkan gila. Ia baru saja meninggalkan keluarganya dan juga Kyuhyun. Ia merasa begitu bersalah dan menjadi anak yang durhaka.

"Appa, eomma mianhae.." Ucap Younghyun lirih di sela isak tangisnya. Tak lama ponselnya berbunyi. Tertera nama Kyuhyun di sana. Jantungnya seakan mencelos, seketika ia merasa gugup hanya dengan membaca nama pria itu. Ia masih belum berani untuk berhadapan dengan Kyuhyun. Ia takut Kyuhyun tidak bisa menerima keputusannya.
Panggilan itu ia abaikan sampai akhirnya dering dari ponselnya berhenti. Namun Kyuhyun bukan seorang yang mudah menyerah. Pria itu kembali menghubungi Younghyun dan tidak akan berhenti sampai Younghyun menjawabnya. Karena tidak enak hati, akhirnya Younghyun menyerah dan mengangkat panggilan telpon itu.
"Youngie-ah. Neo odiya? Kenapa lama sekali menjawab telponku?" Seru Kyuhyun dari sebrang sambungan telponnya yang terdengar cemas. Tangan Younghyun bergetar. Ia tak kuasa menahan rasa sedihnya. Ia tak tega mengetahui Kyuhyun yang masih saja mencemaskannya.
"Aku baik-baik saja. Tak perlu mencemaskanku." Balas Younghyun dengan suara setenang mungkin, berusaha untuk tetap kuat.
"Ada yang ingin kubicarakan. Katakan dimana kau sekarang, dan aku akan segera ke sana." Ujar Kyuhyun lagi. Younghyun terdiam.
"Youngie-ah? Jawab aku." Younghyun menggigit bibir bawahnya. Ia begitu kebingungan. Haruskah ia memberikan alamat apartemennya? Tapi bagaimanapun, ia tetap harus menjelaskan semuanya pada Kyuhyun.
"Baiklah. Datanglah ke apartemen Gyeong-ja di Cheongdam-dong. Lantai 15, ruangan nomor 201."

Tak lama setelah percakapan singkat itu, Younghyun merasa sakit kepala yang teramat sangat. Ia tidak bisa berpikir jernih saat itu. Karena persediaan obat-obatannya yang terbatas di apartemen itu, ia-pun memilih alternatif lain yang mungkin bisa membantu menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Ia berjalan tertatih menuju dapurnya, kemudian membuka kulkas dan mengambil sebotol wine dari dalamnya. Ia meneguknya tanpa pikir panjang. Tidak cukup dengan satu-dua tenggak, ia terus meminum wine itu hingga dirasakannya sakit kepala itu mulai berkurang.

Masih menggenggam botol wine itu, Younghyun berjalan kembali menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Tak lama, terdengar bunyi bel dari arah pintu. Younghyun berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya untuk bisa bangkit dan beranjak, untuk memeriksa siapa yang datang. Wajah Kyuhyun terlihat dengan jelas di layar intercom. Younghyun-pun segera membuka pintu untuk pria itu.
"Cepat selesaikan urusanmu, lalu pergi." Ujar Younghyun dingin.
"Urusanku? Bukankah itu juga urusanmu? Kau harus menjelaskan semuanya padaku." Balas Kyuhyun sambil terus berjalan memasuki apartemen Younghyun. Younghyun terdiam, dan hanya mengekori Kyuhyun untuk kembali duduk di sofa.
"Aku tahu kau menemui Donghae hari ini." Ucap Kyuhyun lagi, yang membuat Younghyun mendongakkan wajahnya dan menatap pria itu.
"Youngie-ah.. Kau tahu kan aku sungguh-sungguh mencintaimu? Kuharap kau tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan."
"Mianhae." Younghyun mengalihkan pandangannya dan kembali menunduk. "Aku tak cukup baik untukmu. Berhenti mencintaiku dan carilah gadis lain yang lebih pantas."
"Seminggu lagi pertunangan kita. Kau tega mengacaukan semua rencana yang sudah orangtua kita susun. Rasanya ingin sekali mempertahankanmu di sisi ku jika saja pria yang kau cintai itu bukan Donghae hyung." Younghyun terdiam. Dadanya nyeri karena perasaan bersalah yang lagi-lagi harus terbersit.
"Mianhae. Aku tak bermaksud mempermainkanmu. Hanya saja.. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku pada Donghae. Mianhae, jeongmal mianhae." Ucap Younghyun yang mulai kembali terisak. "Aku tahu aku bersalah. Aku bahkan harus menyakiti perasaan kedua orangtuaku. Aku terpaksa melakukan semua ini karena aku juga tidak ingin kehilangan Donghae. Aku hanya terlalu bingung dan egois." Lanjutnya lagi dengan tangis yang semakin menjadi.

Mendengar pengakuan itu tentu Kyuhyun merasa patah hati. Tapi melihat keadaan Younghyun yang tidak begitu baik, ia juga tak tega. Kyuhyun-pun bangkit dari duduknya dan mendekati Younghyun. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba saja sakit kepala itu datang kembali. Younghyun berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit itu. Ia meremas ujung pakaiannya yang ia kenakan saat itu.
"Kau tahu? Selama ini aku tulus mencintaimu. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku merelakanmu bersama Donghae hyung jika memang itu yang kau inginkan. Cintai dia dan jangan pernah meninggalkannya. Dia juga adalah sosok yang penting bagiku." Ucap Kyuhyun panjang lebar dengan kedua tangannya yang meraih pipi Younghyun. Membuat gadis itu mau-tak mau harus menatapnya.

Kyuhyun mengusap lembut air mata yang membasahi kedua pipi Younghyun. Mereka saling bertukar pandang untuk beberapa saat dan saling terdiam. Semakin ia menatap manik mata indah milik gadis itu, semakin ia sulit mengendalikan emosinya. Kyuhyun menelan ludahnya susah payah, saat tanpa aba-aba apapun wajahnya sudah bergerak maju dan mendekati Younghyun. Younghyun yang masih menahan kesakitan tak bisa banyak berkutik. Ia hanya bisa pasrah sambil memejamkan kedua matanya. Membiarkan Kyuhyun mencium dan melumat bibirnya pelan. Benar-benar di luar dugaan, Younghyun justru membalas ciuman itu setelah sebelumnya meletakkan tangannya di pundak Kyuhyun dan meremat mantel yang dikenakan pria itu. Membuat Kyuhyun semakin menuntut. Bukan karena Younghyun menginginkannya, namun lebih karena ia sudah kehabisan akal untuk meredam rasa sakit di kepalanya. Kyuhyun menarik tengkuk Younghyun dan melumat bibirnya semakin dalam. Cukup lama, hingga akhirnya mereka bersama-sama melepaskan tautan itu karena suplai oksigen yang semakin menipis dalam rongga paru-paru mereka.

Masih terengah, Younghyun terkejut saat dilihatnya ada darah di sekitar hidung dan bibir Kyuhyun.
"Kyu.. Darah.. Kau berdarah.." Ucap Younghyun terbata.
"Ani. Bukan aku.. Tapi kau, Young." Balas Kyuhyun tak kalah terkejut, setelah sebelumnya ia mengusap darah yang keluar dari hidung Younghyun.
**

Sejak pertemuan mereka di Tous Les Jours, Louise dan Hyukjae jadi sedikit lebih akrab. Dengan sifat Hyukjae yang supel dan menyenangkan, membuatnya lebih mudah untuk bisa dekat dengan sepupu Kyuhyun itu.
Tanpa Louise sadari, ia akan senyum-senyum sendiri saat teringat tentang Hyukjae. Entah kenapa, Louise merasa sangat nyaman saat bersama pria itu. Meskipun narsis dan cukup usil, baginya Hyukjae adalah sosok yang menyenangkan dan tahu cara membuatnya tertawa.
"Louie-ah, wae geurae? Kuperhatikan kau senyum-senyum terus. Apa ada sesuatu?" Tanya nyonya Cho yang penasaran akan perubahan sikap keponakannya tersebut.
"Ah, imo.. Anieyo. Amugeotdo aniya." Jawab Louise malu-malu.
"Geuraeyo? Jeongmal? Ah.. Apa kau sedang jatuh cinta?" Desak nyonya Cho lagi.
"Anieyo, imo! Aish, jeongmal." Ujar Louise cepat kemudian bangkit dari duduknya dan beranjak dari ruang tv untuk menghindari pertanyaan lain dari bibinya.

Dalam perjalanannya menuju kamarnya di lantai dua rumah itu, Louise masih saja mengulum senyum. Hatinya berbunga-bunga dan begitu riang. Sulit untuk dijelaskan. Louise sendiri bahkan tak begitu yakin dengan apa yang ia rasakan. Sesampainya di dalam kamar, Louise bersandar di pintu lalu memegangi dadanya.
"Apa benar aku jatuh cinta pada pria itu?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
**

Keesokan harinya, Hyukjae kembali mengunjungi Donghae di rumahnya. Ia cukup terkejut saat mengetahui Miran yang juga sedang di rumah.
"Miran-ssi, kau tidak masuk kuliah?" Tanya Hyukjae saat sudah dipersilakan masuk oleh Miran.
"Ne, oppa. Kebetulan sekali hari ini tidak ada kelas. Jadi aku bisa istirahat sekaligus menjaga Donghae oppa di rumah."
"Ah, arasseo. Lalu dimana Donghae?"
"Oppa masih mandi. Tunggu di sini saja dulu. Hyukjae oppa mau minum sesuatu?" Tawar Miran.
"A-anieyo. Tidak usah repot-repot. Kau temani aku saja di sini, ottae?" Balas Hyukjae cepat, sempat membuat Miran mengernyit heran. Namun akhirnya Miran menurut juga.

"Jadi apa saja yang kalian lakukan kemarin?" Tanya Hyukjae memulai topik baru.
"Kemarin Younghyun onnie datang."
"Mwo? Geuraesseo.. Apa saja yang kalian bicarakan?"
"Molla. Aku tidak ikut mengobrol. Onnie datang untuk menemui Donghae oppa dan mereka membicarakan sesuatu yang sepertinya sangat penting."
"Ahh.. Arasseo.." Hyukjae tampak berpikir. Mengira-ngira apa yang dibicarakan Younghyun dan Donghae.
"Kemarin aku juga sempat keluar untuk membeli gula. Lalu tak sengaja aku bertemu dengan Kyuhyun oppa saat di jalan." Lanjut Miran yang membuat Hyukjae tertegun.
"Kyuhyun?"
"Ne. Sungguh kebetulan yang ajaib. Kau tahu oppa? Aku dan Kyuhyun oppa sudah beberapa kali bertemu sebelum aku tahu identitasnya yang sebenarnya. Pertemuan awalku dengannya sangat tidak menyenangkan. Kami bahkan harus terlibat pertengkaran kecil karena hal sepele, lalu membuat kami berdua sempat saling benci. Bukankah itu lucu? Seperti takdir yang sudah dituliskan untuk kami berdua." Tanpa sadar Miran menceritakan itu dengan penuh semangat dan berbinar-binar, membuat Hyukjae merasa sedikit aneh.
"Jinjjayo? Wah, benar.. Seperti takdir yang sudah dituliskan.." Balas Hyukjae sambil memaksa senyum. Dilihatnya Miran masih berbinar dan membuatnya penasaran.
"Apa kau menyukainya?" Tanya Hyukjae pada akhirnya.
"Ne?"
"Apa kau menyukai Kyuhyun?" Miran terdiam. Ia menundukkan wajahnya dan tampak tersipu malu. Tanpa gadis itu menjawabpun, Hyukjae sudah sangat yakin bahwa Miran memang menyukai Kyuhyun. Seketika itu juga Hyukjae merasa sesak di dadanya. Ia patah hati.

Tak lama setelah itu, Donghae muncul dan menyapa Hyukjae. Miran-pun segera beranjak meninggalkan ruang tamu agar Hyukjae dan oppa-nya bisa lebih leluasa dalam berbincang.
"Bagaimana toko baru-mu? Ramai pengunjung kan?" Tanya Donghae membuka percakapan.
"Ah, ne. Tentu saja. Apalagi pemiliknya pria tampan sepertiku." Balas Hyukjae narsis.
"Tch. Narsismu sama sekali tak berubah." Mendengar itu Hyukjae hanya terkekeh.
"Keadaanmu sendiri bagaimana? Kapan kau akan mulai bekerja lagi?" Tanya Hyukjae.
"Aku baik-baik saja. Ehm itu.. Aku belum bisa memastikannya."
"Wae?"
"Karena..--" Donghae menggantungkan kalimatnya dan menatap Hyukjae ragu.
"Apa karena Younghyun? Kemarin ia datang kan?" Tukas Hyukjae tepat sasaran. Donghae hanya mengangguk.
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Hal yang selama ini kutakutkan, Hyukie." Hyukjae terdiam, berusaha menebak.
"Apa maksudmu? Ada apa sebenarnya?" Tanya Hyukjae setelah menyerah karena sama sekali tak berhasil menebaknya.
"Dia bilang dia mencintaiku." Hyukjae terbelalak mendengarnya. Bagaimana mungkin ia dengan bodohnya melupakan fakta itu?
"Lalu apa tanggapanmu?"
"Aku.. Entahlah. Ini sulit." Donghae mendesah.
"Kau juga mencintainya kan, Hae?" Donghae menatap sahabatnya itu sendu. Ia sendiri masih ragu dengan jawaban apa yang harus ia berikan pada Younghyun.
"Aku sangat mengenalmu. Cepat katakan padanya bahwa kau juga mencintainya. Jangan membuatnya menunggu, Hae. Dia pasti sangat cemas dan sedih. Ia pasti juga sudah mengorbankan banyak hal untukmu." Bujuk Hyukjae yang berhasil membuat Donghae goyah.
"Tapi bagaimana dengan Kyuhyun?" Tanya Donghae.
"Tenang saja. Kyuhyun pasti akan mengerti. Kau dan Younghyun saling mencintai. Memangnya apa yang akan Kyuhyun lakukan? Dia tak akan bisa memisahkan kalian." Balas Hyukjae yakin.

Tanpa sepengetahuan Donghae dan Hyukjae, Miran rupanya bersembunyi di balik kamarnya dan mendengar dengan jelas semua pembicaraan itu. Ada perasaan lega di benaknya karena Kyuhyun tidak jadi bertunangan dengan Younghyun. Tapi ia juga sedih jika mengingat bagaimana Kyuhyun murung dan kecewa karena patah hati.
**

Younghyun membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya saat sinar matahari membuatnya terbangun dari tidurnya. Karena keadaannya yang di luar dugaan, Kyuhyun-pun memutuskan untuk menemaninya di apartemen itu.
"Kau sudah bangun?" Suara Kyuhyun mengejutkannya.
"Eoh? Ne.. Gomawo. Mianhae-gu." Balas Younghyun sambil tertunduk karena merasa tak enak hati.
"Gwenchana. Cepatlah bersiap."
"Ne? Mwol?" Younghyun yang masih duduk di tepi ranjang tak mengerti maksud perkataan Kyuhyun.
"Kita pergi ke rumah sakit. Kau tampak pucat." Younghyun menggigit bibir bawahnya dan meremas ujung pakaiannya karena gugup.
"Anieyo. Aku baik-baik saja. Hanya terlalu lelah dan stres." Sergah Younghyun.
"Apa kau yakin?"
"Ne. Gokjongmal." Kyuhyun tampak menatap Younghyun ragu, namun akhirnya ia menyerah.
"Baiklah. Jika kau butuh sesuatu, hubungi aku." Mendengar itu Younghyun terdiam dan menatap Kyuhyun lekat.
"Bahkan jika aku tidak berarti apapun lagi bagimu, aku akan tetap di sini jika kau butuhkan aku. Kau bisa mengandalkanku, Youngie." Bibir Younghyun bergetar. Pandangannya mulai kabur karena air mata. Younghyun terlalu lemah. Bagaimana mungkin ia tega menyakiti orang yang begitu tulus mencintainya?
"Kkalke. Jaga dirimu." Ucap Kyuhyun lagi sebelum benar-benar pergi meninggalkan apartemennya.

Hati Younghyun berdenyut sakit. Sangat sakit. Air mata sudah tak mampu lagi ia bendung dan jatuh begitu saja mengaliri pipinya yang memucat.
"Mianhae, Kyu. Aku terpaksa melakukan ini." Ujarnya lirih. Dengan cepat ia mengusap air matanya dan beranjak dari ranjangnya menuju laci meja kerjanya. Sebuah amplop berwarna putih ia ambil dari dalam laci itu. Ia lalu membuka amplop ber-stempel logo dan tulisan "Rumah Sakit International Seoul" itu dan menarik isi suratnya.
Sebuah senyum getir tersungging di bibirnya yang juga memucat begitu ia membaca kembali isi surat itu.

"Sesuai hasil pemeriksaan, melalui surat keterangan ini, dinyatakan :
Nama : Kim Younghyun
Usia : 25 tahun
Positif mengidap kanker otak stadium III. Disarankan untuk segera melakukan tindak operasi dan terapi....—“ 

**TBC**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar